Chapter 3

400 25 0
                                    

Sebulan kemudian, aku sedang menginjakkan kakiku di sekolah baruku. Ternyata, aku satu sekolah dengan teman dekatnya Dion dari kelas 7, yaitu Taufan atau biasa dipanggil Otar karena otaknya lemot dan datar. Awal mos, aku duduk di kursi paling pojok kanan. Aku duduk bersama seorang cowok yang berpenampilan manis, tinggi, putih. Yah lumayan ya, mungkin ia bisa mengingatkanku kepada Dion selama Dion tidak berada di sini. Aku mencoba menyapanya untuk mengetahui namanya.

"Hallo. Nama gue Diana, lo?"

"Gua Davin." jawab Davin dengan jelas, singkat, dan padat.

Huft, sudah berusaha ramah malah dibalas jutek.

Aku mengirim kabar kepada Dion kalau aku sudah berada di sekolah baruku.

R "On, aku baru masuk sekolah nih. Gak enak banget suasananya diem banget."

· "Mungkin karena masih baru kali. Apalagi nanti aku di sini haha, sama orang-orang bule."

R "Asik dongg."

· "Asik ga asik, sih. Takutnya aku gatau mereka ngomong apa atau aku salah ngomong haha."

R "Kamu kan udah jago bahasa Inggrisnya."

· "Tapi aku juga pasti banyak yang belum paham, An. Oiya sampe lupa, kamu SMA di mana deh?"

R "Di 56, On. Kamu di mana?"

· "Oalah bareng sama teman deket aku dong si Otar?"

R "Iya bareng dia. By the way kamu di mana high school nya? Anjas, high school nih, haha."

· "Aku di Fairfax Senior High School, An."

R "Wih keren!"

· "Haha biasa aja, ah. Eh, aku mau tidur dulu yap. Semangat awal MOS-nya hehe."

R "Hmm dasar. Oke have a nice dream, yah."

· "Yaaa."

· "Eh, satu lagi, An. "

R "Apa tuh?"

· "Aku gak mau liat kamu galau-galauan gara-gara aku, ya. Kita harus tetep semangat meskipun LDR ini menyakitkan."

R "Iya, Onn. Janji."

Aku mengunci layar ponselku. Layar hitam memantulkan bayangan wajahku, berharap tiba-tiba ada bayangan wajah Dion di belakangku dan mengatakan bahwa semuanya hanyalah lelucon.

Aku bersandar di tembok dengan ekspresi sedih. Aku teringat saat awal MOS kelas 7. Aku sekelas dengan Dion. Sayangnya, saat itu aku belum ada perasaan dengannya. Ia duduk di barisan kedua dari pintu, wajahnya masih sangat polos dan belum mengerti apapun. Dion duduk dengan Otar, sampai kelulusanpun Otar selalu ada di samping Dion, tetapi sekarang tidak. Dion sudah pergi jauh, meninggalkan Otar, aku, dan keluarganya yang di Indonesia.

"Eh, kenapa lu?" teguran Davin yang sedang menatapku dengan heran.

"Lo mikir gak sih kalo pertama awal masuk itu pasti masih ada rasa-rasa pas SMP."

"Haha iyalah, tapi ya udah lah udah SMA, udah beda. Suasana beda, lingkungan beda, temen-temen beda."

"Nah! Itu tuh yang terakhir, temen-temen beda, especially doi."

"Ya ilah, ya kali dah sekolah baru, temen-temen baru doi masih yang lama."

"Ya mau doi baru atau lama kalo masih sayang gimana dong, kalo kangen gimana"

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang