Chapter 11

239 20 1
                                    

Saat malam hari jam 11-an, aku sudah sangat berpasrah. Sekarang masih di toll Cipularang, Bandung. Ini masih macet total. Bayangin saja, 15 jam baru sampai Bandung! Bagaimana nanti saat balik ke Jakarta, ya ampun.

Papa menghadap bangku belakang ke arahku dan kakak-kakakku.

"Gak papa ya, Ka, De, kita tahun baruan di mobil."

"Iya, Pa, gak papa." jawab Ka Elvi dan Ka Lia, sedangkan aku hanya cemberut.

"Itu yang pojok kiri kenapa? Kok cemberut aja?" ledekan papa.

"Bukan gitu, Pa. Aku gak enak banget sama Dion. Dia ke Indonesia cuma buat ketemu aku dan tahun baruan sama aku, eh akunya malah gak ada." penjelasanku baper.

"Udahlah, kamu jangan terus menyalahkan keadaan. Emangnya papa mau macet-macetan di jalan toll sampe berhari-hari? Emangnya mama mau kehilangan ayah mama, emangnya kita semua mau kayak gini? Enggak. Bukan kamu doang yang sedih, kita semua juga sedih. Kamu tuh harus belajar terima keadaan kalo kita sekarang kayak gini, kalo emang jodoh sih pasti akan diketemuin, kalo jodoh." ceramah mama dan menekankan perkataannya pada kalimat terakhir.

"Kalo jodoh" Maksudnya apa nih? Mama mendukung aku dan Dion berjodoh atau sebaliknya?

Sampai jam 12 malam kami masih berada di toll yang sama. Aku melakukan panggilan video dengan Dion untuk mengisi kekosongan malam tahun baruanku.

"Hai Dion, kita semua masih di mobil. Liat tuh macet total, semua mobil berenti dan terpaksa ikut tahun baruan di tol."

"Ini aku lagi bakar-bakaran sama keluarga aku di Jakarta. Mungkin emang takdirnya gini, Na. Kalo kamu di sini pasti aku sama kamu, sedangkan aku terakhir bakar-bakaran sama keluarga aku pas aku umur 10 tahun, ahaha. Thanks to you, Na. Aku bakar-bakaran di rumah papa aku, bertiga sama Mas Bobby. Mama udah aku bujuk-bujuk tapi dia tetep gak mau. Jadi dia di rumah, palingan sama Om Johan dan anak-anaknya."

"Oke, have fun, ya!"

"Iya, Diana."

Aku tersenyum mendengar perkataan Dion yang membuat rasa bersalahku hilang.

3 hari kemudian, kami sudah sampai toll Cikampek, baru kali ini aku merasakan macet yang sangat parah sampai menginap di mobil. Aku baru bangun dari tidur, sekarang masih jam 4 pagi. Kami sedang berada di rest area, tidur dari jam 11 malam sampai jam 4 pagi. Mobil kami sudah berevolusi menjadi hotel berjalan, soalnya semua kegiatan seperti tidur dan makan di sini semua. Oh iya, aku hampir lupa! Harusnya sekarang Dion balik ke Amerika! Dia pulang jam berapa ya?

D "Dion!!! Kamu pulang jam berapaaa? Aku udah di toll Cikampek nihhh."

Oh iya, sekarang sudah tidak ada perbedaan waktu, jadi dia juga masih jam 4 pagi, pantas saja belum dibaca.

1 jam kemudian, kami semua selesai bergantian sholat shubuh di masjid rest area. Setelah itu mereka tiduran lagi sebentar, sedangkan aku hanya bermain ponselku, aku tidak bisa tidur, rasanya ada sesuatu yang mengganjal jika aku tinggal tidur.

· "Sbb ya, Na. Aku berangkat jam 1 siang, kamu bisa dateng gak?"

R "InsyaAllah aku usahain aku dateng kok."

· "Kalo gak bisa juga gak papa kok."

R "Enggak, aku usahain aku bisa kok. Kamu tunggu ya."

· "Oke, see you."

Aku harap tidak ada kemacetan apapun lagi. Waktuku tinggal 8 jam lagi. Kalau perjalanan lebih dari 8 jam, ya sudah lah mungkin aku memang belum ditakdirkan untuk bertemu dengan Dion.

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang