Chapter 4

331 29 0
                                    

Keesokan harinya, pelajaran pertama adalah sejarah, tetapi guru pengajar sejarah yaitu Pak Jalil tidak masuk karena izin. Jam pertama jadi free class. Aku jadi merindukan masa-masa saat tidak ada guru di kelas. Aku selalu bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk melihat Dion di kelasnya. Mengapa sekarang tidak bisa.

Tak lama kemudian, Taufan atau yang biasa dipanggil Otar masuk ke kelasku sambil membawa selembar kertas. Semua mata memandang ke arah Otar. Otar berdiri di depan kelas dan membacakan isi dari selembar kertas itu.

"Ini tugas sejarah dari Pak Jalil. Suruh bikin presentasi bab 1. Bikin kelompok, satu kelompok 4 orang."

"Dih, anaknya ya lu, Tar?" ledek Davin.

"Berisik lu, Pin. Kerjain gih sono."

Oh, jadi Otar itu juga dekat dengan Davin. Hmm, dunia sempit yah. Eh, kalau dunia sempit pasti aku bisa jalan ke Amerika dan bertemu terus dengan Dion.

Otar keluar dari kelas. Davin langsung mendekatkan kursinya ke meja aku dan Gita.

"Kita berempat ya sama sebelah gua, Daffa." ajakan Davin.

"Ngerjain tugasnya di rumah gue aja! Nanti abis ngerjain tugas ke mall, temenin gue nonton film terbaru yang udah gue incer-incer! Kalo gitu pagi aja ya jam 8." ide Gita dengan antusias.

Padahal Sabtu pagi aku ada jadwal video call dengan Dion, Dion kan mau ke Hollywood....

"Ah jangan pagi plis. Eh, terserah deh kalo mau pagi, tapi gue telat ya."

"Yah, Na. Ya udah deh siangan aja jam 10-an. Lo sama Davin ya, Davin kan udah hafal rumah gue."

Davin hafal rumah Gita? Kok dia bisa hafal? Memangnya dia sering ke rumah Gita?

"Kenapa sama Davin sih, males."

Davin langsung mendekatiku dan meledekku.

"Kenapa sih, males banget sama gua? Takut baper ya? Hahaha."

"Ih, siapa juga yang mau baper sama cowok gak jelas kayak lo."

"Oh gitu, oke liat aja nanti."

Davin balik ke tempat duduknya sendiri.

Baper? Haha, maaf. Aku takkan bisa menduakan Dion.

Pada hari Sabtu pagi, aku tidak bisa tidur. Aku menunggu jam 4 pagi walaupun sekarang masih jam 1 malam. Aku tidak mau terlewatkan hanya karena aku ketiduran. Ternyata LDR itu susah ya. Kalau LDR-an tanpa perbedaan waktu sih masih baik-baik saja atau waktunya tidak berbeda jauh. Mengapa perbedaan waktu kami sangat jauh? Atau lebih tepatnya mengapa Dion memilih Amerika. Harus ada yang mengalah kalau mau chatting. Kalau bukan aku yang rela begadang, ya Dion yang harus begadang. Sebenarnya, Dion sayang atau tidak ya sama aku? Kalau ia sayang mengapa ia tega meninggalkanku sejauh dan selama ini. Aduh, kok tiba-tiba jadi tidak yakin sih sama Dion. Ayo semangat, An! Pasti Allah sudah memberikan jalan yang terbaik!

Aku menyalakan ponselku dan mengirim pesan kepada Dion.

R "On, aku gak bisa tidur nih, kamu lagi ngapain?"

· "Hallo, An. Aku lagi perjalanan mau ke Hollywood nih. Kenapa kamu gak bisa tidur?"

R "Gak tau nih."

· "Biasanya kalo gak bisa tidur ada yang mimpiin kamu lohh, hayo siapa."

R "Haha gatau deh, kamu kali."

· "Aku kan lagi gak tidur, gimana caranya mimpi."

Haha malu deh.

R "Oiya, haha. Ya udah lah, kamu temenin aku begadang aja ya. Aku gak bisa tidur lagi nih."

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang