Chapter 17

289 20 0
                                    

Setelah itu, aku masuk kamar karena aku berpikir kecanggungan ini akan terus berlanjut jika aku masih di sampingnya. Aku memainkan ponselku dan menelpon Davin dengan panggilan video.

"Hai, Diana. Gimana di sana?"

"Di sini enak banget, Vin. I'm serious. Kita bakal muter-muter LA 4 hari ini. Tadi dia ngasih aku kertas putih gitu, tapi judulnya plan with my lovely girlfriend, tapi tadi aku ganti jadi plan with my ex-boyfriend, hehe."

"Haha, ya ampun. Kamu di sana sama siapa aja selain Dion?"

"Sama mamanya, tapi mamanya belum pulang."

"Jadi kamu berdua aja? Sekarang Dionnya di mana?"

Ekspresi Davin langsung berubah khawatir saat aku bilang hanya berdua dengan Dion. Tenang saja Vin, Dion sayang sama aku kok, pasti ia akan menjagaku, hahaha pede sekali aku ini.

"Calm down, Vin. Dia di depan kok, aku di kamar tamu. Kamu tenang aja."

"Oh, oke oke. Ya udah aku tunggu foto-foto kamu di LA ya, bye bye."

"Byee."

Aku mematikan panggilan videonya.

Malam hari sekitar jam 8-an, aku keluar kamar dan menonton TV di ruang tamu, Dion sedang mandi di kamar mandi. Ruang tamunya bersebrangan dengan kamar mandi. Ketika Dion selesai mandi, rambutnya masih basah dan wanginya sangat harum! Aduh, Dion... mengapa kamu sangat tampan! Ah, mengapa aku menjadi tambah menyesali ini! Dion harus tanggung jawab!!!

"An, sholat isya dulu. Di kamar gua aja, nanti gua yang imamin." ajakan Dion yang membuatku benar-benar 'meleleh'.

Dion! Aku baru menyadari bahwa aku bukanlah liburan ke Amerika, tetapi aku liburan ke surga HAHAHA. Aku segera mengambil air wudhu di kamar mandi, setelah itu menuju kamar Dion. Di kamar Dion, banyak sekali fotoku! Ada yang ditempel di dinding, di bingkai, dan sekadar ditaruh di meja. Aku benar-benar terdiam seribu bahasa! Dion ada apa denganmu?

Selesai sholat bejamaah, kami duduk di ruang tamu. Mengapa sholatnya sangat sebentar sih? Ayo dong cepat-cepat azan subuh, mau sholat lagi nih, haha. Bahagia, lega, canggung, semuanya jadi satu! Aku tidak bisa berkata apapun. Aku jadi ingat janjiku saat SMP dulu, kalau ada cowok yang mengimamiku sholat selain keluarga, aku akan berhijab. InsyaAllah saat kembali ke Indonesia aku akan memakai hijab, tetapi sepertinya aku tidak ingin kembali.

Tak lama kemudian, Tante Pollie pulang. Saat ia membuka pintu, ia melihatku seperti sangat tidak percaya.

"Loh? Diana? Kok di sini?"

"Iya tante, aku dibeliin tiket sama Dion ke sini."

Tante Pollie segera menghampiri dan memelukku dengan sangat senang.

"Ya ampun!! I'm so excited!"

Aku merasa ia sudah seperti mama keduaku karena ia sudah sangat peduli kepadaku. Ya, walaupun aku dan Dion sudah jadi mantan.

"Okay, after I take a bath, we have to go dinner!" Tante Pollie melepas pelukannya lalu menuju kamarnya.

Aku dan Dion saling bertatapan. Sepertinya, Tante Pollie belum tau kalau aku dan Dion sebenarnya sudah putus. Kalau seperti ini, ia jangan sampai tau. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya jika tau tentang ini.

Setengah jam kemudian, Tante Pollie sudah rapih memakai gaun pendek. Aku dan Dion juga sudah berganti baju formal. Di depan apartemen, aku berpikir. Mobil Dion hanya bisa untuk 2 orang, bagaimana caranya untuk 3 orang?

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang