1

9.4K 1K 90
                                    

Beep beep beep-

Yukhei membuka matanya malas dengan tangan yang terjulur mematikan alarm disamping laci ranjangnya. Duduk ditepi ranjang, melakukan peregangan sedikit lalu beranjak bangun dan berjalan ke kamar mandi.

Membasuh wajah dan mulai menggosok gigi dengan mata yang memperhatikan malas wajahnya sendiri dikaca wastafel. Menghela nafas, lalu mulai membersihkan dirinya.

Keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan lilitan handuk dipinggangnya. Mata bulatnya melirik jam dinding kamar yang menunjukan pukul 06.10 pagi, berjalan dengan malas ke depan lemari dan memakai kemeja dark blue polos juga celana hitam, tak lupa memasang dasi hitam bergaris dileher jenjangnya.

Langkahnya kini mengarah dapur, mengambil dua lembar roti gandum dan langsung memakannya. Mata bulatnya kembali melirik jam di dinding.

Setelah menghabiskan roti ditangannya ia berjalan ke dalam kamar lagi, memakai Hoodie hitamnya juga menggendong tas hitam dipunggungnya lalu berjalan keluar. Memasang sepatu pantofel hitam didepan pintu, dan setelahnya keluar dari apartemennya dan tak lupa mengunci pintu.

Alisnya sedikit naik saat mata bulat itu melihat sekumpulan pria membawa beberapa kardus juga koper kedalam kamar apartemen didepan kamarnya. Kamar apartemennya ini sudah ada yang mengisi setelah kosong beberapa minggu rupanya.

Tak terlalu peduli Yukhei beranjak pergi ke pintu lift, mengunggu pintu baja itu terbuka tanpa menghiraukan seorang bocah yang tengah menggerutu sambil mendorong kardus yang cukup besar dan sepertinya sangat berat untuk diangkat.

Yukhei duduk didepan halte bus dengan tenang, sesekali melirik ke kanan, melihat apa bus yang ditunggunya sudah dekat atau belum.

Yaa, beginilah keseharian hidup Yukhei. Pagi Dia kan bangun saat mendengar alaramnya berbunyi, mempersiapkan diri dengan tenang lalu pergi bekerja. Dia bekerja sebagai Customer Service disebuah perusahaan pengiriman barang di Korea.

Bukankah kehidupannya terlalu biasa untuk ukuran visualnya yang luar biasa?

Jika kalian ingin tahu, sebenarnya keluarga Yukhei itu merupakan salah satu keluarga terpandang di Hongkong. Ayahnya seorang pengusaha tekstil yang sukses sedangkan ibunya seorang pianis yang sangat dihormati dalam dunia musik.

Lalu kenapa Yukhei berakhir seperti ini?

Tak ada yang tahu jawaban pertanyaan diatas, bahkan Yukhei sendiri bingung kenapa bisa ia berakhir begini. Yang dia tahu, dia hanya terlalu bosan dengan kehidupannya yang serba mewah dan 'mudah' di Hongkong, apalagi dengan orang tuanya yang memiliki obsesi akan kebahagiannya, membuatnya sangat dimanja tapi entah kenapa itu malah membuatnya makin bosan.

Karena itu dia datang ke Korea dan menantang dirinya sendiri untuk bertahan hidup seorang diri, walau gagal karena orang tuanya sangat rajin mengiriminya uang dalam jumlah besar ke tabungannya setiap bulan. Dan dia kini justru terjebak dalam tantangannya sendiri.

Lamunannya berhenti saat bus yang ditunggunya datang, dengan cepat ia masuk dan duduk di bangku belakang dengan diam.

.

.

.

.

.

Jam 5 sore, jam para karyawan pulang kerja. Yukhei mendengus sebal seraya turun dari bus saat ia teringat seorang Customer memarahinya habis-habisan karena barangnya yang belum sampai. Seriously itu bahkan bukan kesalahannya, itu salah bagian pengiriman atau packing tapi selalu dia yang kena getahnya.

Yukhei berjalan dengan aura hitam dan mata yang menatap tajam, membuat orang-orang dijalan takut kepadanya. Yukhei tidak peduli dia sedang dalam suasana yang buruk, sampai ia melewatkan minimarket karena harusnya hari ini adalah jadwalnya belanja bahan makanan. Tapi sekali lagi dia tidak peduli, dia hanya ingin segera sampai apartemennya dan tidur, melupakan semua kekesalannya.

Dahinya berkerut bingung saat melihat seorang bocah yang masih mengenakan seragam SMA berdiri didepan kamar apartemennya dengan tangan yang terus menekan bel.

"Kau siapa?"

Bocah SMA itu menoleh dan menatap Yukhei bingung.

"Om sendiri siapa?"

'om? .. OM!!??' tunggu bocah ini baru saja memanggilnya Om!!?
What's?? Dia yang semuda dan setampan ini dipanggil Om?!

"Hei bocah jaga ucapanmu! Aku tidak setua itu untuk kau panggil Om!"

"Tapi aku tidak bertanya kau tua apa tidak Om"

Ingin rasanya ia mencabik-cabik bocah kurang ajar ini.

Yukhei menghembuskan nafas keras, mencoba menahan amarahnya.

"Aku pemilik kamar ini, kenapa?"

"Ohh jadi Om pemilik kamar ini"
Entah kenapa kini bocah itu menatapnya dengan mata yang berbinar.

"Aku sudah menunggumu dari tadi, kakiku pegal terus berdiri disini"
Kini bocah itu menatapnya sebal dengan menghentak-hentakkan kakinya. Kemana tatapan berbinar tadi?

"Aku Lee Haechan, penghuni baru kamar didepanmu. Salam kenal Om"
Dan kini bocah dengan nama Haechan itu bertingkah ramah padanya juga tersenyum manis.

Yukhei bingung harus berekspresi seperti apa melihat tingkah bocah didepannya berubah dalam hitungan detik.

Bocah ini sejenis bunglon atau apa?

"Om, kau tidak mendengarkan ku?"
Yukhei tersadar dari kebingungannya lalu berdegem, mencoba kembali tenang

"Lalu, kenapa kau menungguku?"

"Ahh.. itu karena aku lapar"

"Hah?"

Sekali lagi Yukhei dibuat bingung sekaligus takjub dengan tingkah Haechan yang kini tertawa polos didepannya.




Tbc~
😬😬😬😬
Ok, byeee

Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang