Rewind

4.2K 703 100
                                    

Warn
Bagian ini panjang pake banget











"Aku mau kita cerai!"

"Kau gila?! Apa ini karena perselingkuhan ku? Bukannya kau sendiri yang memperbolehkan ku berselingkuh?!"

"Itu sebelum aku tahu jika Donghyuck anak hasil dari perselingkuhanmu!"

"Lalu apa masalahnya? Kau bahkan sangat memanjakannya melebihi Doyoung"

"Itu karena kukira dia anak kandungku! Tetap saja aku ingin kita bercerai!"

"Yak bagaimana dengan karirku?
Jadi bualanku tentang keluarga kita yang sangat harmonis didepan publik itu sia-sia!"

"Aku tidak peduli! Lagipula publik pasti lebih memihakku saat tahu kau yang berselingkuh"

"Yakk!!"

"Dan jangan lupa bawa anak menjijikanmu itu bersamamu!"

"Ok! Kita cerai! Aku memang sudah tidak tahan hidup denganmu!"
"Huh! Harusnya dulu aku melakukan aborsi"

Pranngg

Suara pecahan gelas yang dilempar dengan keras ke dinding.

"Sial!"

Haechan mengacak-acak Surai merahnya kesal bahkan sesekali menjambak rambutnya kuat. Berharap suara ayah dan ibunya berhenti terngiang-ngiang dikepala merahnya.

Kepalanya menunduk, menatap dalam sebuah surat yang telah menghancurkan hidupnya.

Diremas dan dirobeknya hingga surat yang berasal dari rumah sakit besar Korea itu tak berbentuk.

Melampiaskan rasa kesal dan amarahnya pada selembar kertas yang tak bersalah lalu melemparnya hingga berserakan bersama pecahan gelas dilantai.

Tubuh kecil itu terperosok jatuh terduduk dilantai. Menatap kosong dinding putih apartemennya.

Bahunya terasa sangat berat dengan pikiran yang terus melayang kemana-mana. Sekarang semuanya terasa sangat berat dan menyesakan untuk ditanggungnya.

"Sial! Kenapa harus aku! Kenapa- Arrgghh!!"

Lagi dijambaknya Surai merah itu keras, menimbulkan rasa sakit dan pening dikepalanya yang terasa berat.

Dunia Haechan hancur tak terbentuk saat ia mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri. Hati dan perasaannya remuk bagai tertimpa ratusan ton baja. Namun yang membuat rasa sakit nya lebih para adalah perkataan kedua orang tuanya sendiri, bahkan ibunya berniat membunuhnya walau ia belum terlahir.

Apa sebegitu menjijikan kah dirinya?

Lalu untuk apa dia dilahirkan? Kenapa ibunya tidak melaksanakan niat mengaborsinya saja dulu, dengan begitu semuanya tak akan terasa sesakit ini.

Tangan Haechan mengepal erat hingga kuku jarinya menembus permukaan telapak tangannya sendiri. Tidak dia pedulikan setitik darah yang keluar dan rasa perih ditanganya.

Pikirannya sangat kacau sekarang, rasanya dia ingin mencekik orang lain atau mencekik dirinya sendiri untuk melampiaskan amarahnya.

Diriliknya pecahan gelas yang cukup tajam dan tanpa pikir panjang diraihnya lalu melangkah cepat kekamar mandi.

Membuka keran air, membiarkan air terus mengalir membasahi kaki dan celananya. Diarahkan sisi tajam kaca kepergelangan tangan kirinya.

Ya, Haechan mencoba bunuh diri. Dalam otaknya jika dia pergi maka semuanya akan kembali seperti semula.

Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang