Yunho atau yang lebih dikenal dengan tuan Kim itu terus memperhatikan punggung lebar Yukhei yang menghilang dibalik pintu. Wajahnya menunduk dan membuka laci meja kerjanya, mengambil sebuah pigura foto dua anak laki-laki berambut hitam dan merah yang tengah tersenyum lebar dan mentapnya dalam.
Jarinya terjulur mengelus lembut potret anak berambut merah dan tersenyum kecil. Ya, itu adalah foto Doyoung dan Haechan saat mereka bertiga berlibur ke paju secara dadakan atas paksaan Haechan. Bocah SMP itu memaksa ingin melihat Imjingak, sebuah taman bersejarah untuk para tentara Korea namun malah berakhir disebuah kedai ice cream.
Pria junjungan para karyawan ini begitu merindukan putra bungsunya.
Dia rindu pada Donghyuck nya yang nakal.
Dia rindu akan kejahilan dan tingkah usil Donghyuck.
Dia rindu akan suara teriakan dan tawa keras Donghyuck.
Dan dia rindu akan panggilan 'ayah' dari Donghyuck untuknya.Tok tok tok
"Ayah-"
Dengan cepat ia letakan kembali pigura ditanganya namun sempat terlihat oleh kedua mata Doyoung, membuat pria kelinci itu tersenyum samar dan masuk kedalam ruang kerja ayahnya.
"Ada apa?"
Doyoung duduk dengan tenang tak memperdulikan suara dingin pria didepannya.
"Tidak, tadi direktur Jeon kesini untuk menemuimu tapi dia sudah pergi karena ada urusan mendadak. Dan sekretaris Im mencoba menghubungimu tapi tak terjawab"
Yunho hanya menggangguk paham mendengar penuturan putra sulungnya, tanpa niatan membalas.
"Umm... Tapi untuk apa Yukhei menemui ayah?"
"Tak ada apa-apa"
Doyoung skeptis mendengar jawaban Yunho dan mata kelincinya melirik pigura foto yang tergeletak terbalik diatas meja ayahnya. Meyerengit heran saat pigura itu kembali dimasukan kedalam laci. Matanya kini menatap lurus manik tegas didepannya.
"Ayah tahu, Donghyuck membaik karena Yukhei. Sebenarnya aku benci mengatakan ini tapi, kurasa Yukhei adalah orang yang tepat untuk Donghyuck"
"Apa yang sedang kau coba katakan padaku"
Tatapan Doyoung beralih pada sebuah sofa coklat besar disamping meja kerja Yunho. Membuat ayahnya ikut melihat sofa itu dan terdiam, tenggelam akan pikirannya sendiri.
"Entahlah apa sedang kukatakan. Tapi jika aku jadi ayah, aku akan senang dan tenang melihat Donghyuck yang dulu kembali lagi"
Doyoung melirik pria didepannya yang masih fokus menatap sofa dengan tatapan yang dalam. Tersenyum kecil dan berdiri, beranjak keluar dari ruang mewah ayahnya.
Mata dingin Yunho terus menatap sofa empuk itu dalam. Itu sofa yang biasa ditempati Donghyuck setiap pulang sekolah, karena putra bungsunya itu lebih suka menghabiskan waktu diruang kerjanya dari pada langsung pulang kerumah. Walau kerjaan bocah itu hanya mengacau dan bertengkar dengan Doyoung hingga membuat kepalanya hampir pecah. Namun saat itu semunya terasa hangat dan menyenangkan.
Yunho akui semuanya jadi seperti ini juga karenanya. Dulu sebelum terlahirnya Donghyuck keluarga cukup harmonis namun mulai terpecah saat Hyo Jin mulai terobsesi akan karirnya di dunia akting dan dia dengan bisnisnya. Saat itu semuanya menjadi suram, mereka berdua lebih memilih kepentingan masing-masing dan mengabaikan satu sama lain. Beruntung Doyoung bukanlah anak manja yang haus akan kasih sayang orang tua, tapi sebagai imbasnya Doyoung tumbuh menjadi pemuda yang cuek dan tak peduli sekitar.
Sampai lahirnya Donghyuck, sibungsu kecil dengan tingkah usil diluar batas, si bungsu yang terus menempeli kakaknya walau mereka berdua hanya bertengkar, sibungsu yang selalu membuat Yunho berusaha keras meluangkan waktunya hanya untuk menjadi salah satu korban kejahilannya. Sibungsu yang kembali menghidupkan keluarganya. Dan si bungsu yang ia sayangi melebihi putra kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna [END]
FanfictionWong Yukhei hanya seorang karyawan biasa dengan kehidupan yang tenang kadang membosankan, hingga muncul bocah SMA dengan kepribadian absurd mengacaukan kehidupan tenangnya sebagai tetangga baru. karakternya OOC terutama Lucas