7

4.1K 766 46
                                    


Yukhei menatap bosan layar TV LED dihadapannya, memutar matanya tak minat dengan berita perceraian dan skandal perselingkuhan seorang aktris besar di Korea.

Mata bulatnya melirik jam yang tertempel diatas TV, Jam 7 malam. Tubuh jangkung nya berdiri dan berjalan kearah pintu. Menunduk dan mengintip keluar pintu melalui lubang kunci, lebih tepatnya mengintip pintu tetangga bocahnya.

Mengerutkan dahi lalu kembali berdiri tegak dan membuka pintu, menatap pintu apartemen Haechan yang masih tertutup rapat.

Sudah seminggu lebih dia tidak melihat sosok tengil Haechan. Dan dia tidak tahu kemana anak itu pergi, terakhir mereka bertemu saat pesta penyambutan di kantor dan setelahnya bocah absurd itu menghilang bagai ditelan bumi.
Kemana anak itu?

Yukhei sama sekali tidak tahu keberadaan Haechan dan jujur dia cemas. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada bocah absurd itu? Apa anak itu sudah makan? Bagaimana jika anak itu berbuat yang aneh-aneh?

Yukhei mengacak rambut caramelnya frustrasi dan kembali menatap pintu yang tertutup rapat didepannya. Menutup pintu apartemennya sendiri dan berjalan lunglai kekamarnya, sama sekali tak menghiraukan tv yang masih memberitakan skandal perceraian dan perselingkuhan aktris besar Korea.

Percaya tidak percaya Yukhei selalu mengecek kedepan pintu dan bahkan membuka pintu 1 jam sekali hanya untuk melihat apa tetangga tengilnya itu sudah pulang atau belum. Walau selama seminggu ini yang dia temukan hanya pintu yang masih tertutup rapat.

Menjatuhkan tubuhnya dengan keras keranjang dan menghela nafas. Kenapa dia jadi seperti ini? Bahkan pekerjaannya pun kacau karena otaknya hanya terisi sosok Haechan dengan tingkah anehnya.

Bahkan jika dipikir-pikir dia tidak tahu siapa sosok Lee Haechan dan dia baru mengenal Haechan selama 3 hari. Tapi lihat, Haechan sudah memenuhi semua isi kepalanya.

Yukhei kembali menghela nafas dan menatap kosong langit malam melalui jendela kamarnya.

'Lee Haechan, apa yang sudah kau lakukan padaku?'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Haechan melihat penuh kebencian pada sosok didalam cermin besar dalam kamarnya. Sosok pemuda berambut coklat madu dan juga menatap benci padanya, dengan sebuah ponsel digenggamannya.
Ya.. bayangannya sendiri.

"Jika aku menjadi dia, aku pasti sudah bunuh diri"

"Dia aib besar di keluarga Kim"

"Dasar anak haram, mati saja sana"

"Dia anak Kim Hyo Jin kan? Anak hasil perselingkuhan itu? Menjijikan-"

PRAANKKKK

Suara pecahan kaca cermin yang Haechan lempar dengan ponselnya. Dan Haechan masih tetap berdiri mematung disana.

Tak memperdulikan lemparan pecahan kaca yang menggores tubuhnya.
Tak memperdulikan luka goresan kaca yang mulai mengeluarkan darah.
Tak memperdulikan ponselnya yang remuk dan cermin yang hancur dihadapannya.
Juga tak memperdulikan lelehan air mata yang mulai menetes dari mata indahnya.

Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang