13

4.2K 710 86
                                    

Mulutnya mulai terbatuk dengan perut yang terasa mual. Tapi suara-suara itu tak kunjung hilang, tatapan itu terus menghujaninya tanpa ampun. Rasanya sangat gelap dan mengerikan, Haechan ingin pergi dari sana namun tak bisa. Seakan kakinya lumpuh, ia sama sekali tak bisa bergerak.

Yang Mi melangkah cemas mendekati Haechan, tapi langkahnya terhenti saat pintu apartemen terbuka. Menampilkan Yukhei yang melihat keduanya terkejut.

"HAECHAN"

Yukhei segara berlari, mencengkeram pundak kecil yang masih meringkuk dilantai. Menyeka keringat yang membasahi kening Haechan dan menatapnya penuh kepanikan dan kekhawatiran.

"Haechan kau kenapa? Hei!"

Panik Yukhei makin menjadi kala napas Haechan semakin terputus-putus dengan wajah yang semakin pucat.

Melirik tajam pada Yang Mi yang masih terpaku disana. Dengan tergesa ia angkat tubuh kecil itu dalam gendongannya dan berlari kedalam kamar, tak memperdulikan Yang Mi yang mengekorinya dari belakang dengan perasaan cemas dan rasa bersalah.

Didudukannya tubuh dalam balutan seragam itu diatas ranjang. Tangan besarnya menangkup wajah pucat Haechan yang penuh sarat akan kesakitan.

"Haechan-ah bernapas, tenanglah ada aku disini!"

Seru Yukhei ketika melihat napas Haechan yang makin tersengal-sengal, tangannya kembali sibuk menyeka keringat yang makin deras membasahi wajah pucat Haechan.

Hati Yukhei hancur melihat keadaan Haechan sekarang, wajahnya pucat memerah akibat kesulitan bernapas juga setitik air mata membasahi pipinya.

"Tidak Haechan-ah, kumohon bernapaslah, kumohon.."

Didekapnya tubuh yang masih bergetar itu dalam pelukannya, membenamkan wajah kesakitan itu dalam dadanya.

Yukhei tidak sanggup melihat ekspresi kesakitan Haechan. Melihat Haechan yang tersiksa seperti ini benar-benar membuatnya hancur. Yukhei lebih suka jika Haechan memukulinya, atau meledeknya habis-habisan. Bukan seperti ini.

"Bernapaslah... Kumohon.."

Bisik putus asa Yukhei, dengan tangan yang mengelus-elus lembut punggung Haechan. Berharap dapat menenangkan si Surai coklat dalam dekapannya.

"Do... yung"

Dilepaskan dekapannya saat mendengar suara lirih Haechan, menatap Haechan yang juga tengah menatapnya.

"Ya?"

"Young... Hyung.."

"Apa? Ah, do-doyoung Hyung? Kau ingin bertemu dia?"

Dengan tergesa Yukhei merogoh kantung celananya, mengambil ponselnya dan menekan nomor Doyoung.

Menatap cemas Haechan, dan kembali meraih tubuh kecil itu dalam pelukannya. Menggenggam erat bahu Haechan, sementara menunggu jawaban dari Doyoung.

"Cepatlah angkat-Ah Doyoung Hyung! Cepat ke apartemenku sekarang!"

"Aku juga tidak mengerti! Cepatlah datang! Haechan kesakitan sekarang!"

"Kau boleh memakiku sepuasmu nanti! Sekarang cepat datang!"

Yukhei melempar ponselnya dan kembali mendekap Haechan, menciumi kepala coklat itu berkali-kali dengan perasaan yang hancur. Setetes air mata jatuh dari mata bulat Yukhei, dia ikut hancur melihat keadaan Haechan saat ini.

"Hyuck-ah!"

Seru Doyoung dan berlari kedalam kamar setelah Yang Mi membukakan pintu untuknya.

Meraih tubuh Haechan yang masih didekap Yukhei dan memeluknya erat. Tangannya terangkat, mengusap Surai coklat Haechan.

Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang