Yukhei menatap tajam Haechan yang kini tengah duduk di meja makan dalam dapurnya. Memperhatikan segala gerak gerik bocah yang masih sibuk dengan ponselnya.
Setelah membuat keributan dengannya, hanya karena dia lapar dengan kata lain bocah SMA ini meminta makan padanya.
Yukhei menolak bahkan mengusir Haechan, tapi apa? Bocah ini malah merengek dan hampir berguling-guling dilantai. Jadi disinilah mereka sekarang, didapur dalam apartemen Yukhei dengan Yukhei yang berkutat didepan kompor dengan rebusan air dipanci, menunggunya mendidih dan tiga bungkus ramen ditanganya.
"Om jangan liatin aku kayak gitu dong, aku tahu aku itu tampan. Jadi gak perlu sampai melotot juga kali"
"Cih, siapa yang liatain kamu!?"
"Udah Om ngaku aja. Aku memang terlalu mempesona, bahkan banyak orang yang mencoba menculikku karena keimutanku ini. Sebenarnya aku lelah dengan wajahku, tapi apa daya wajah tampan ini anugrah untukku. Jadi walau berat, aku harus menjalaninya kan?"
Yukhei memutar bola mata nya jengah, kenapa bocah ini sangat over percaya diri?
Haechan beranjak meninggalkan ponselnya diatas meja dan berdiri di samping Yukhei, mata beruangnya memperhatiakan tangan Yukhei yang sibuk membuka bungkus ramen juga bumbunya.
"Om kok ramennya gak dimasukin sih?"
"Tunggu airnya mendidih dulu"
"Owh.. kapan mendidihnya?"
"Isshh bisa diam gak si?"
Bibir Haechan mengerucut mendengar ketusan Yukhei matanya menatap serius air dalam panci, menunggunya mendidih, tapi air itu tak kunjung mendidih. Mata Haechan melirik kebawah lalu berdecak kesal.
"Ya elah Om, gimana mau mendidih!? Orang kompornya aja belum dinyalain!"
"Hah?!" Yukhei ikut melihat kebawah, dan ternyata benar belum ada api yang keluar dari kompor gas itu. Terus dari tadi apa yang sedang direbusnya?
"Ck, ini gara-gara kamu si banyak ngomong" ketus Yukhei seraya menyalakan kompor didepannya itu.
Sedangkan Haechan menatap tak percaya pada pria jangkung disampingnya ini."Lah? Om yang bego, kenapa aku yang disalahin?"
"Akh, sakit Om!"
Jerit Haechan saat Yukhei dengan tidak berperasaan memukul kepalanya Dengan bungkus ramen utuh."Bocah kurang ajar!!"
.
.
.
.
.
"Sudahkan makannya, pulang sana!"
"Ya ampun Om, baru kelar makan. Ramennya juga belum turun ke perut, masih nyangkut di tenggorokan ini. Udah diusir aja"
"Terus kalo masih nyangkut di tenggorokan kenapa kamu bisa ngomong?"
"Aku juga bingung Om. Hehe"
Ingin rasanya Yukhei mengeplak kepala merah itu dengan panci didepannya.
Yukhei berdiri dengan menenteng panci dan mangkuk bekas ramen, meletakkannya ke wastafel tempat cuci piring. Meninggalkan Haechan yang masih betah duduk dengan mata yang terus memperhatikan Yukhei.
"Om tinggal sendiri?"
Yukhei melirik Haechan malas lalu mulai mencuci peralatan bekas makan mereka."Kenapa aku harus memberitahumu?"
"Baiklah kalau aku tidak boleh tahu, lagipula aku hanya basa-basi"
"Kalau tadi hanya basa-basi, lalu apa yang mau kamu tanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Warna [END]
FanfictionWong Yukhei hanya seorang karyawan biasa dengan kehidupan yang tenang kadang membosankan, hingga muncul bocah SMA dengan kepribadian absurd mengacaukan kehidupan tenangnya sebagai tetangga baru. karakternya OOC terutama Lucas