5

4.2K 804 63
                                    


Kening Yukhei berkerut bingung melihat Haechan yang berdiri mematung didepan pintu apartemennya sendiri. Sebenarnya dia tidak terkejut dengan tingkah aneh bocah merah itu. Hanya Yukhei bingung kenapa bocah ini memakai hoodie hitam juga celana pendek.
Anak ini tidak berangkat sekolah?

"Bocah, kau tidak sekolah?"

"Hm? Oh, pagi Om"
Sapa ceria Haechan melihat tetangganya itu sudah rapi hendak pergi kerja.

"Mau bolos ya?!"

"Mana mungkin seorang Lee haechan bolos, asal Om tahu aku ini murid teladan yang disayang seluruh orang disekolah.. aku mau pergi dengan Hyungku"

"Oh.."

Yukhei menganggukkan kepalanya mengerti dan berjalan ke depan pintu lift juga menekan tombol disamping pintu baja yang masih tertutup, Sedangkan Haechan berjalan mengikutinya dan berdiri di samping tubuhnya juga menatap yukhei dengan mata berbinar. Dan Yukhei menyadarinya.

"Kenapa melihatku seperti itu?"

"Ternyata Om cukup tampan ya"

"Bocah kau baru sadar?! Kemana matamu selama ini?!"

Haechan cemberut melihat delikan tajam Yukhei juga nada juteknya.

"Tapi tetap lebih tampan biasku di NCT! Taeyong tetap yang paling tampan di dunia!!!"

Yukhei mendengus melihat wajah sengak bocah disampingnya. Ingin dia lempar pot wajah itu.

Ting~

Pintu lift terbuka, memperlihatkan kedalam lift yang cukup penuh. Yukhei masuk saat ia rasa tak ada seseorangpun dari dalam lift yang mau keluar, dan menatap Haechan bingung saat bocah itu masih berdiri disana.

"Hei bocah, tidak ikut masuk?"

Haechan menggeleng dan tersenyum lebar.

"Tidak, Om yang rajin ya kerjanya. Cari uang yang banyak untuk anak kita. Dadahh.. muach😘"

"Bocah, kamu ngomong apa?!"
Seru Yukhei melihat bocah tengil didepannya melakukan flying kiss juga wink dengan genitnya, membuatnya kini menjadi pusat perhatian.

"Ah, dia hanya sedang bercanda" panik Yukhei saat dirinya ditatap aneh semua orang dalam lift. Mengabaikan Haechan yang tertawa senang dibalik pintu lift yang hampir tertutup.

"Tapi dia memang sedang bercanda"
Cicit Yukhei pelan karena dirinya makin dihujani tatap aneh yang intens.

"Ekhm" dehem Yukhei pelan dan mencoba menenangkan dirinya dalam suasana canggung dalam lift.

'sial, kenapa lama sekali turunnya?'


Berbeda dengan Yukhei yang diliputi suasana canggung dalam lift karena perbuatannya. Haechan justru menatap dalam diam bayangannya sendiri di pintu baja yang tertutup rapat didepannya.

Tangannya merogoh kantong hoodie tebalnya saat merasakan ada getaran disana. Mengeluarkan ponselnya yang masih bergetar -tanda ada yang menelpon- menghembuskan nafas pelan dan mengangkat panggilan masuk dari seseorang.

"Iya Hyung? Iya... Ok, aku turun sekarang"

Bocah dengan rambut merah itu berbalik dan berjalan turun dengan menggunakan tangga darurat. Mengenakan tudung hoodie hitam dikepala merahnya dengan masih terhubung dengan seseorang diserang sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Tidak, Om yang rajin ya kerjanya. Cari uang yang banyak untuk anak kita. Dadahh.. muach😘"

Kepala Yukhei menggeleng dengan keras mengingat ucapan Haechan tadi pagi.

'sial hentikan Wong Yukhei!!'

Jerit jiwanya keras. Karena dia sama sekali tidak bisa fokus sepanjang hari berkat ucapan bocah merah tengil yang entah kenapa semakin terlihat manis dimata Yukhei.

"Tidak, Om yang rajin ya kerjanya. Cari uang yang banyak untuk anak kita. Dadahh.. muach😘"

Untuk anak kita...
Anak kita...

Sekali lagi kepala itu menggeleng kuat dan mulai membenturkan wajahnya ke atas meja tempat makan siangnya.

Ah serius? Bagaimana bisa seorang bocah yang bahkan belum genap 3 hari menjadi tetangganya itu mengacaukan kinerja otaknya.

"Yukhei??"

Yukhei mendongak dan tersenyum lebar melihat seorang pemuda duduk didepannya.

"Hai Doyoung Hyung"

"Kau kenapa?"

"Ah tidak apa-apa"

Yukhei duduk dengan tegak dan tersenyum canggung melihat Doyoung yang masih menatapnya aneh.

"Bukannya Doyoung Hyung mengambil cuti hari ini?"

"Iya aku memang cuti hari ini. Aku kesini untuk mengambil ini dan memesan kopi"

Yukhei menggaruk paham melihat amplop coklat besar ditangan Doyoung. Sedikit meyerengit mendengar helaan nafas pelan pemuda yang lebih tua didepannya.

"Apa Hyung sedang ada masalah?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Tidak, hanya saja wajahmu terlihat lelah Hyung"

Doyoung tersenyum kecil melihat segurat kekhawatiran di wajah bawahannya itu.

"Iya, tapi ini bukan tentangku. Tapi adikku"

"Adikmu?"

Doyoung mengangguk dan sekali lagi menghela nafas.

"Dia terkena depresi ringan"

"Ah.. hyung maaf, aku tidak tahu"

"Tak apa, aku harus pergi sekarang"
Ucap Doyoung setelah melihat jam tangannya dan menepuk pundak lebar Yukhei pelan, lalu pergi setelah mengambil pesanannya.

Yukhei menatap sedih punggung Doyoung yang semakin jauh dari cafetaria. Dia merasa sedih melihat wajah yang biasanya selalu ceria itu murung.

Dia, Kim Doyoung adalah seniornya di fakultas manajemen dulu di Hongkong yang kini menjadi atasannya. Dia juga yang membantu Yukhei hidup dikorea dan dapat berkerja disini juga berkat bantuan Doyoung yang notabene anak pemilik perusahaan ini.

Yukhei menghela nafas dan menatap tak minat pada makan siangnya.
Entahlah, tiba-tiba selera makannya hilang.


















Tbc~
🙄👀
Byeeeee

Tbc~🙄👀Byeeeee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang