10

4.1K 686 137
                                    

"Jadi kapan kau akan kembali tinggal disini?"

"Hm?"

Mata beruang itu melirik tangan besar Yukhei yang menggenggam erat tangan mungilnya. Seakan tak membiarkan dia pergi kemanapun.

Kini matanya beranjak naik dan melihat wajah tampan Yukhei yang tengah menatapnya teduh.

"Segera, jika mereka sudah tak membutuhkanku. Aku pasti akan kembali ketempat ini"

"Berhenti merendahkan dirimu sendiri!"

"Tapi aku memang rend-hmm.."

Ucapan Haechan terhenti saat bibir tebal Yukhei menciumnya lekat dan tangan besar itu meraih lehernya, guna memperdalam ciumannya.

Mata bulat itu menatap tajam Haechan, sukses membuat jantung si pemuda manis berdegup kencang.

Yukhei mendorong pelan tubuh kecil Haechan kedinding kamarnya dan mendekapnya erat, benar-benar tak memberikan celah untuk Haechan pergi dari sisinya.

Wajah Yukhei terangkat dan menatap wajah memerah Haechan yang tengah mengatur napasnya akibat ciuman dadakan darinya.

Wajah tampan itu kembali mendekat dan mengecup singkat bibir merah Haechan, membuat pemuda manis itu sekali tersentak kaget.

Kini Yukhei membenamkan wajah tampannya dalam leher Haechan dan menghirup aroma tubuh yang lebih muda. Aroma yang selalu sukses membuatnya tenang dan mabuk disaat bersamaan. Makin mengeratkan dekapannya, hingga kedua tubuh itu menempel sempurna.

"Jangan bicara seperti itu lagi! Kau adalah orang yang paling berharga!"

"Hyung.."

"Jangan dengarkan apapun yang mereka katakan! Aku akan selalu ada disisimu dan berpihak padamu. Jadi, berhenti menyakiti dirimu sendiri walau itu hanya dengan pemikiran dan perkataanmu sendiri"

Haechan hanya mampu membalas dekapan Yukhei dengan sama eratnya dan tersenyum senang. Hatinya terasa hangat dengan semua perkataan dan perlakuan Yukhei padanya. Hingga tak menyadari keberadaan sosok tinggi Doyoung yang melangkah masuk kamar.

"Baiklah Donghyuck ayo kita pulang- Ya! Berengsek! Bukankah sudah kubilang, aku belum merestuimu!"

Tubuh besar Yukhei terdorong kebelakang dengan keras hingga hampir jatuh saat Doyoung menarik kerah kausnya kuat. Membuat Haechan terkejut karena dekapannya dan Yukhei dipisah secara paksa oleh kakaknya sendiri.

"Doyoung Hyung apa-apaan! Kenapa kau selalu menggangu!"

"Kau yang apa-apaan berengsek! Berani sekali memeluk adikku! Untung aku datang diwaktu yang tepat"

'sebernya kau datang diwaktu yang sangat telat hyung' batin Haechan seraya memutar bola matanya malas melihat kedua makhluk tinggi itu mulai bertengkar.




~•~




Haechan mengenakan tudung hoodie dikepala coklat madunya saat rintikan hujan makin deras. Berjalan cepat dengan wajah yang tertunduk diantara puluhan siswa yang berhamburan keluar gerbang sekolah.

Melihat sekelilingnya dalam diam, menatap iri segerombolan siswa yang tengah bercanda berebut payung atau beberapa siswa yang malah bermain hujan-hujanan dengan teman sepermainannya.

Ya, Haechan iri melihatnya. Dia ingin kehidupannya yang dulu kembali, dimana dia juga bisa tertawa sekerasnya itu dan menjahili teman-temannya disekolah. Bermain dan bercanda layaknya kehidupan sekolah yang normal.

Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang