Sudah setahun berlalu dan keadaan kian membaik untuk Haechan, dimana semua komentar jahat untuknya perlahan menghilang juga kesehatan mentalnya mulai membaik, walau masih bisa ia rasakan sedikit tekanan oleh beberapa pasang mata yang kadang masih menatapnya penuh intimidasi. Namun ia mencoba untuk tidak peduli.
Waktu adalah obat penyembuh
Haechan setuju pada siapapun yang pernah mengatakan padanya dulu. Jika dulu, tertawa adalah suatu hal yang mustahil untuknya tapi tidak sekarang, dia dapat tertawa dengan kencang sepuasnya tanpa harus takut akan rasa sakit dan ketakutan.
Ya, dia bahagia sekarang.Terlebih dengan adanya Yukhei dan Doyoung yang selalu ada disisinya dan jangan lupakan Yang Mi yang selalu menjadi teman bertengkar nya walau hanya melalui sambungan telepon.
Senyum manis Haechan mengembang melihat sosok tinggi yang berjalan menghampirinya. Mengerutkan keningnya bingung saat secara tiba-tiba pria tampan itu memeluk tubuhnya erat.
"Om? Ada apa ini?"
Bocah SMA itu semakin bingung saat Yukhei sama sekali tak meresponnya namun justru makin mengeratkan pelukannya. Dengan bingung ia balas pelukan pria bongsor itu dan menepuk-nepuk punggungnya pelan.
"Kau punya masalah? Ah apa Doyoung Hyung memecatmu? Berarti Om sekarang jatuh miskin, eh dari awal kan Om memang sudah miskin"
"Diamlah, aku sedang marah sekarang"
Haechan terdiam mendengar ucapan Yukhei yang terdengar kesal menahan amarah.
"Baiklah aku diam. Tapi bisa kita pergi dari sini dulu, kau boleh memelukku sepuasmu nanti"
Yukhei melepas pelukannya dan berdehem pelan saat ia sadar mereka masih dilingkungan sekolah. Dan jangan tanyakan berapa pasang mata yang sedang menatap keduanya.
~•~
Yukhei berdehem pelan guna menghilangkan rasa gugup yang kini melandanya, merapikan setelan jas hitam ditubuh atletisnya. Mata bulatnya mengedar memperhatikan isi ruangan yang terlihat begitu mewah dengan dominasi warna emas.
Tubuh tingginya menegang saat seorang pria paruh baya berjalan masuk dengan penuh wibawa. Meskipun dilanda canggung ia tetap menundukkan tubuhnya 90° dengan sopan.
Pria yang lebih tua itu hanya mengangguk ringan dan menunjuk kursi didepannya, Yukhei mengangguk paham dan duduk dengan tenang.
"Jadi kau Wong Yukhei?"
"Iya saya Wong Yukhei Sajjangnim"
"Baiklah, kenapa ingin menemuiku?"
Yukhei mengambil napas dan menatap pria didepannya, pria yang akan ikut andil dalam kebahagiannya. Ya, dia adalah tuan Kim, ayah Haechan walau bukan secara biologis dan sekaligus bos besarnya.
"Saya ingin melamar putra Anda untuk saya nikahi"
"Putraku?"
"Iya putramu, Kim Donghyuck"
Yukhei menelan ludahnya pelan saat keheningan melanda kedunya.
"Kenapa melamarnya padaku? Dia bukanlah putraku"
"Apa maksud anda?"
"Bukannya sudah jelas apa maksudku tadi. Anak itu bukanlah anakku, jadi jika kau ingin melamarnya datanglah ke orang tuanya langsung, jangan padaku"
"Tapi Donghyuck tetaplah putra Anda secara hukum"
Tangan Yukhei mengepal erat dengan tatapan tajamnya, kontras dengan sikap tenang pria didepannya.
"Iya kau benar dia masih putraku secara hukum, dan itu beban untukku"
"Anda-"
"Kurasa urusan kita sudah selesai. Kau bisa keluar sekarang"
Yukhei bangkit masih dengan tatapan tajamnya dan menunduk sopan pada pria didepannya.
"Terima kasih atas waktu Anda"
Setelah mengucapkannya dengan nada dingin tubuh tinggi itu berbalik, berjalan keluar dengan aura penuh amarah. Yukhei kesal akan semua perkataan bosnya itu, dan kecewa karena dia tak bisa berbuat apapun untuk Haechan.
Mata tajam tuan Kim terus memperhatikan Yukhei yang berjalan keluar ruangannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
~•~
"Kenapa dia bisa bicara seperti itu! Maksudku dia tetaplah ayahmu"
Haechan menghela napas dengan tangan yang sibuk menepuk-nepuk pelan punggung lebar Yukhei. Telinganya masih setia mendengar cerita pria bongsor itu.
"Sudahlah Om, lagipula kenapa kau menemuinya"
"Kenapa menemuinya? Kau tidak mendengar ceritaku tadi ya! Sudah jelaskan, untuk melamarmu dan mendapatkan restu!"
Haechan terbatuk kecil mendengar ucapan Yukhei barusan.
"Me-melamar?"
"Iya, kenapa? Kau tidak ingin kulamar!"
"Bukan begitu!"
Yukhei terkekeh melihat wajah panik Haechan, dicubitnya pelan pipi berisi Haechan dengan gemas. Padahal baru beberapa detik lalu dia dipenuhi amarah namun kini liat bibirnya tersenyum lebar dengan aura bunga-bunga disekelilingnya. Hanya Haechan yang dapat merubah mood Yukhei secepat ini.
"Maksudku kenapa Om meminta restu padanya? Padahal sebentar lagi aku akan pindah ke Jepang dan hidup dengan pamanku"
"Tunggu, pindah ke Jepang? Apa maksudmu?"
Senyum Yukhei hilang dan tergantikan dengan wajah terkejutnya.
"Setelah sekolahku selesai, ayah menyerahkanku pada pamanku di Jepang dan aku akan tinggal disana"
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Memangnya aku harus mengatakannya pada Om"
"Tentu harus! Aku ini kekasihmu"
"O, benarkah? Jadi selama ini Om itu kekasihku? Sejak kapan?"
"Akhh lepaskan aku!"
Jerit Haechan saat tubuhnya dijatuhkan keatas sofa dengan tiba-tiba dan dikurung tubuh besar Yukhei diatasnya."Jadi selama ini kau tidak menganggap ku!"
"Bukan, aku baru tahu jika selama ini Om itu kekasihku- akh hentikan!"
Jerit Haechan dibarengi dengan tawa yang keras karena Yukhei menggelitiki pinggang dan perutnya dengan brutal. Yukhei ikut tertawa keras menikmati reaksi Haechan dibawahnya.
"Om hentikan! Geli ha ha ha akkhh tolong!! Aku sedang dilecehkan! Siapapun tolong!!"
"Yak kau bicara apa! Siapa yang sedang melecehkanmu!"
"Siapa lagi! Tentu Om!"
"Akkh sakit!"
Lagi Haechan menjerit tapi kali ini karena kedua pipi berisi nya ditarik tangan Yukhei. Sedangkan Yukhei makin tertawa dengan keras.
"Hm?"
Suasana seketika menjadi hening saat kedua mata mereka bertemu. Tangan Yukhei beranjak dari pipi Haechan dan mengelus nya lembut, dengan tatapan teduh Yukhei mengecup pipi Haechan yang sedikit memerah karena ulahnya dan mendekap tubuh dibawahnya.
"Aku tidak akan membiarkanku pergi! Kau akan tinggal disini bersamaku atau aku akan ikut bersamamu"
Haechan tersenyum kecil dan mengangguk dalam dekapan Yukhei.
Tbc~
👀Maap lama updatenya karena ada sedikit masalah jadi yaa gitulahh
Terima kasih udah baca/vote/komen
💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna [END]
FanfictionWong Yukhei hanya seorang karyawan biasa dengan kehidupan yang tenang kadang membosankan, hingga muncul bocah SMA dengan kepribadian absurd mengacaukan kehidupan tenangnya sebagai tetangga baru. karakternya OOC terutama Lucas