SENIOR'S--19--

289 5 0
                                    


Happy Reading semuanya😍

"Den...den Reno bangun den udah jam 6 ini apa den Reno nggak sekolah." Ucap Mbak surti selaku orang yang bantu bantu dirumah sekaligus menemani Reno di rumah jika Ayah dan Bundanya sedang sibuk bekerja.

"Ehhm eh iya bi." Jawab Reno malas dan dia langsung beranjak cepat dari kamar tidur menuju kamar mandi.

"Bi, hari ini hari apa?" Tanya Reno aneh.

"Hari Senin lah Den, kan hari ini hari pertama den reno ujian." Jawab Bi Surti.

"Eh iya hari ini gue Ujian Bi kok gue lupa kan tadi malem gue udah belajar ya masa gue lupa hari ini ujian." Ucap Reno menepuk jidatnya dan hanya dibalas gelengan kepala heran oleh Bi Surti.

"Nah ini den, bibi bikinin nasi goreng telur mata sapi kesukaan aden." Ucap Bi surti memberikan sepiring nasi goreng untuk Reno.

"Eh ehh Bibi cantik deh." Jawab Reno ramah. Memang Reno adalah anak yang ramah jika seseorang sudah kenal dekat dengannya, namun jika dengan orang yang tidak dia kenal dia tidak pernah menganggap orang itu ada.

"Yaudah bi, Reno langsung aja ya, hari ini Ujian Reno dapet giliran Pagi." Pamit Reno mengusap bibirnya karena kotor terkena susu Coklat yang baru diminumnya.

'Brum brum' Suara motor Reno melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolahnya, Sebelum sesamapainya di sekolah ia bertemu dengan Best Friends nya.

"Eh bro." Celutuk Reno kepada seseorang berkumis menggunakan baju sederhana dan sedang memegang sapu.

"Eh den Reno ganteng hari ini."

"Hus Pak Dadang gak boleh gitu, kita sama sama laki laki kalo pak Dadang sampe suka sama saya nanti bahaya lo pak." Bisik Reno kepada Dadang salah satu tukang kebun di sekolahnya.

"Saya cuma memuji den Reno saja." Jawab Pak Dadang kesal.

"Yaudah doa'in Reno lancar sampe ke pelaminan ya pak."

"Pelaminan?"

"Eh maksutnya lancar mengerjakan Soal ujian gitu lo. Yelahh typo dikit saja." Ucap Reno dan langsung mengacir pergi meninggalkan Pak Dadang yang sedang menggeleng keheranan melihat tingkah laku Reno yang aneh itu

'Tet tet tet' Bel Ujian Nasional berbasis Komputer berdering untuk pertama kali di SMPN 11 Bandung semua siswa sekarang sudah terfokus melihat layar putih didepannya yang berisi deretan soal. Berbeda dengan Reno yang masih dengan santainya memandangi Layar putih itu dengan malas, Karena Reno memang adalah anak yang selalu menganggap ringan permasalahannya dan menyelesaikannya dengan amat santai.

"Woi ren 17 soal lo apa?" Tanya seorang teman yang duduk bersebelahan dengan Reno.

"Buset udah 17 lo? Nomer 1 aja belum gue kerjain." Jawab Reno sambil mengacak rambutnya kebingungan.

"Ah elu santai amat jadi bocah 10 menit lagi bel kematian berdering bro." Ucap teman Reno yang kebingungan.

"Maksut gue tu nomer 1 belum gue kerjain tapi nomer 2 dan selanjutnya udah." Gumam Reno tertawa kecil. Ya, memang Reno adalah pakar dari memecahkan rumus rumus rumit di Matematika, dan kebetulan jadwal Ujian hari ini adalah matematika.

"Santai aja napa." Sahut Reno singkat.

"BRO NOMER 2 WOI"

"EH GEBLEK LUUU NOMER 15 WOI"

"AH ELAH CINN NOMER 4 ATUH BANG"

"SAY NOMER 43 DONG CIN."

"BRO PELIT AMAT SIH UDAH NANTI GUE BORONGIN SIOMAY PAK JOHAN DEPAN SEKOLAH"

"MANA ADA SIOMAY PAK JOHAN ORANG DIA JUALANNYA CILOK"

"AH ELAH MAU CILOK MAU SIOMAY PENTING NOMER 35 DEH"

"SETIA KAWAN NAPA."

"BRO BROOO AYOLAH NOMER 49"

"Anak-anak waktu ujian tinggal 2 menit lagi diharap tenang dan yang sudah selesai hingga tahap akhir pengiriman diharap keluar." Ucap Pengawas ruangan tersebut.

"Reno apakah kamu sudah selesai?." Tanya pengawas ruang tersebut.

"Alhamdulillah sudah bu sampai akhir sampai komputernya sudah kembali mati berlayar hitam." Jawab Reno santai.

"Yasudah buruan keluar." Suruh Pengawas tersebut dan kemudian Reno langsung mengacir keluar dari ruangan Ujian.

"Ck" keluh Reno sambil menendang satu botol yang tepat didepan kakinya.

"Mending gue ke rumah Aluna deh." Ucap Reno karena terdapat sebuah ide yang lewat difikirannya, Kemudian dia langsung melenggang pergi menaiki motor kesayangannya untuk menuju rumah Aluna.

'Jangan pergi-pergi lagi
Aku tak mau sendiri
Temani aku tuk sebentar saja
Agar aku tak kesepian, Sebait nada indah berhasil lolos dari mulut Reno.

Surabaya, 11 April 2015
"Aluna nenek mau ngomong serius boleh?" Suara nenek Aluna memecahkan lamunan Aluna di balkon kamarnya.

"Eh nenek, mau ngomong apa sih? Ngomong aja langsung nggak papa." Sahut Aluna.

"Jadi gini, Keadaan Eyangmu disini kan sudah tua kadang tiba tiba sakit ya seperti ini kan, Bagimana kalau kita pindah lagi ke Surabaya bareng bareng?" Jelas Nenek Aluna membuat Aluna terkejut dan secara spontan mengingat semua kenangannya di Bandung dan meneteslah setitik air mata dari mata lebarnya.

"Loh nek kenapa bisa gini? Dulu Aluna di Surabaya diajak ke Bandung sedangkan Aluna sudah nyaman di Bandung kenapa harus kembali ke Surabaya, terus gimana nasib rumah kita disana, bagaimana sekolah Aluna?" Tanya Aluna

"Pindah semua." Jawab Nenek Aluna singkat.

"Aluna nggak mau Nek, Aluna pindah ke Bandung sendirian aja, Aluna sudah nyaman sama temen temen Aluna di sana." Ucap Aluna memohon.

"Tapi Surabaya Bandung itu jarak yang jauh Lun, tolong kita pindah kesini bareng bareng saja."

"Gimana sih Nek, Kita niatnya disini kan cuma jengukin Eyang, Kenapa kita harus pindah sekalian." Ucap Aluba sangat memohon.

"Ini demi kebaikan semuanya." Jawab Nenek Aluna singkat.

"Tapi tidak untuk Aluna."

"Gimana kalau Eyang aja kita ajak ke Bandung?" Tanya Aluna ceria

"Eyang mu yang tidak mau, lagian rumah ini adalah rumah tua peninggalan Ibundanya Eyangmu yang merupakan Eyang Nenek masa harus dijual atau ditinggal kosong, nggak boleh Lun." Jawab Nenek Aluna.

Dalam situasi seperti ini Aluna tidak lagi bisa mengelak atas keputusan yang dibuat Neneknya secara tiba-tiba dan keputusan yang sudah disetujui oleh anggota keluarganya, Selain kata 'iya' tidak ada lagi kata yang pantas Aluna lontarkan kepada Neneknya, Walaupun 'iya' tersebut berat, namun Aluna harus mengucapkannya karena ia kasihan terhadap Eyangnya. Ia tidak berfikir bagaimana kenangan dia di Bandung, bagaimana Wulan, Siti, Vina, dan bagaimana Reno yang masih terfokus didalam fikirannya adalah kesehatan dan keselamatan Eyangnya.


Kak Reno

Lun, lo dimana?
Kok rumah lo kosong?
Woii
Eh buset
Alunaaa
Read.

"Kak Reno maafin Aluna ya, cuma Aluna fikir sia sia kalau diantara kita ada yang menambah rasa sayang, Karena gue tau Kak kalau kita nggak akan ketemu lagi kecuali takdir yang akan mempertemukan kita kembali." Ucap Aluna sambil memandangi foto Reno yang dijadikannya sebagai icon Whatsapp nya.

Halooo readers👋👋👋

Kira kira bagaimana Reno di Bandung setelah ia mendengar kabar bahwa Aluna pindah lagi ke Surabaya? Bagaimana cara Aluna mengatasi kesepiannya tanpa Reno di Surabaya? Tunggu di Part selanjutnya ya😇







Minta Maaf!!!!
Maaf ya readers atas ketidaknyamanan membacanya karena jarang di update, permasalahannya ini Author masih sekolah juga jadi harus ngerjain tugas tugas sekolah yang kian menumpuk jadi maaf ya😥

Senior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang