SENIOR'S--21--

709 12 4
                                    


Jika membencimu bisa membuatku lebih baik aku tidak akan melakukan itu, tetapi jika bersamamu menjadikan diriku menjadi lebih buruk, Aku akan lebih memilih bersamamu untuk kita bisa memperbaiki keburukan itu bersama sama.

-Alreno

*****

"Eh sumpah gue jadi nggak nafsu makan gini deh." Ucap Aluna menahan tawanya.

"Udah makan aja nanti lo laper, Lo nggak boleh salah tingkah gitu didepannya si Dia." Ucap Aisyah menenangkan Aluna.

Dia? Dia siapa?

Flashback ON.
'Dep' Jantung Aluna berdetak kencang seperti orang yang baru saja lari Marathon ketika dia menghadap ke samping kasir melihat seseorang yang mustahil baginya jika datang malam itu ternyata sekarang di depan mata Aluna.
Yas, siapa lagi jika bukan Ghifari Alvareno Prasetyo, Anak Pertama dan satu satunya di Keluarga Ghifari.

"Eh itu bener kan si Reno?" Tanya Aluna tak percaya dan berkali-kali mengucek matanya seperti tidak percaya bahwa mimpi indah itu terjadi di dunia nyata.

"Iya lah orang yang disampingnya itu pangerannya gue." Jawab Wulan tertawa kecil.

"Ekhm trus pangeran gue mana-_" Ucap Diar kecewa.

"Pangeranlo masih nungguin lo lewat di jembatan deket rumah lo." Jawab Aisyah membuat Candaan Receh.

"Ih apaan nggak masuk banget deh sama perkataan gue" Sahut Diar menertawakan recehan Aisyah, dan Akhirnya semua orang yang di meja itu tertawa pelan.

"Pangeran gue kok nggak dateng juga." Ucap Aisyah juga terlihat kecewa.

"Tuh kan kata katanya aja yang move on hatinya belum ciah" Sahut Vina menertawakan Aisyah.

"Ekhm kok kayaknya ada yang senyum senyum sendiri sih sambil main Handphone, padahal jarak nggak ada satu meter aja kok chat an aduhhh" Ucap Aluna meledek Wulan yang kini sedang sibuk mengotak atik ponselnya.

"Habis ini kita kemana sih emangnya?" Sahut Wulan.

"Maunya gimana difikir nanti aja deh habisin dulu makannya." Jawab Permata.

Suasana di meja itu hening, hanya tersisa suara Garpu dan Sendok yang kini sedang tempur dengan piring, dan juga suara air yang sedang diaduk aduk dengan sedotan plastik.

"Ekhm ini makanan gue udah habis. Gimana kalo kita cari masjid dulu aja?" Tanya Wulan kepada teman-temannya.

"Oke" Jawab Aluna kemudian semua bergegas keluar dadi tempat makan tersebut.

*****

"Eh sumpah seru banget malam ini." Ucap Aluna memandang kerlap kerlip bintang di taman tengah tengah kota Bandung malam itu.

"Iya lah bagi lo aja seru kan ada pangerannya elo" Sahut Diar menahan tawanya.

"Bukan itu lagi, lebih dari itu mimpi mimpi yang menurut gue mustahil untuk terjadi ternyata malam ini benar benar terjadi, Gue bisa menikmati indahnya bintang sama temen-temen gue, sama orang yang gue su----" Papar Aluna terpotong.

"Wulan" Suara seorang laki-laki disamping wulan yang kini memegang pundak wulan yang asyik memperhatikan cerita Aluna.

"Eh iya ada apa kak?" Tanya Wulan kepada Dika yang sekarang sedang duduk di samping nya.

"Oh iya sekalian Aluna aja deh" Ucap Wulan menarik tangan Aluna untuk pergi meninggalkan teman temannya.

'Tuhan sungguh hamba sangat bersyukur kepadamu malam ini. Dibawah kerlip bintang yang indah ini, dibawah sinar lampu taman yang sangat terang ini rasanya hamba seperti mimpi Tuhan, Mimpi yang dulu hamba anggap hanya mimpi kini benar benar menjadi sangat amat nyata, didepan hamba ya Tuhan.' Batin Aluna dengan mata terpejam mendongak ke arah langit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang