Kayanya, bab kali ini bakalan dibuat dua part. Aku keasikan nulis, sampe gak sadar lumayan banyak juga ya. Buar bab lanjutannya ini masih bakalan dari sisinya Matt. Cuma harap bersabar ya, ujiannya Leo sudah di depan mata.
***
Perasaan yang mengganggu ini terus berputar di kepalaku. Beberapa hari sudah berlalu, semenjak Ian yang mendadak bergabung untuk mencari pelaku kejahatan yang meneror ruang band. Meski aku ogah-ogahan untuk menerima kedatangan Ian, tapi tampaknya teman-temanku tidak merasa terganggu. Bahkan Khari dan David sangat akrab dengan Ian, mereka yang paling sering berbincang bersama.
Cerita tentang Samudra itu memang mengganggu pikiranku. Perasaan curiga jika Ian ada sangkut pautnya dengan kejadian Samudra masih mengganggu, maksudku mungkin saja Ian sama jahatnya dengan Andra dan Raka, tapi berhubung di sini dia tidak mau terlihat jelek, jadinya dia mengaku jika dia orang baik dan tak terlibat.
"Gimana kalau kita tanya beberapa orang yang sempat terlibat dan kenal dengan Samudra?" David membuyarkan lamunanku, tangannya mengetuk-ngetuk meja . Khari yang sibuk melahap nasi bebek panggangnya, tidak memedulikan ocehan David. Satu personil yang baru bergabung langsung mengangguk-angguk seolah setuju, iya siapa lagi kalau bukan Ian.
Sebenarnya, aku agak terganggu dengan kehadirannya. Bukan karena dia menyukai Mona, yah, fakta itu juga agak mengangguku sih. Hanya saja, dia ini seperti orang asing yang seharusnya tidak usah ikut campur di sini. Apalagi Ian itu orangnya menyebalkan.
Aku mengedikkan bahu saat David menoleh ke arahku seolah meminta jawaban.
"Siapa aja orang-orang yang kenal sama Samudra? Dan yang termasuk dekat," tanyaku.
Ian tampak menimang-nimang jawaban. "Samudra kan orangnya agak pendiam, jadi buat nyari tahu orang yang cukup dekat sama dia itu nggak sulit sih. Dia lumayan deket juga sama gue, selain itu Alvin yang paling dekat dengan Samudra, dulu mereka juga duduk bareng. Kadang dia sering kumpul juga sama Heri, Edo, juga deket sama Yeni. Kalau masalah dia deket sama Yeni, itu soalnya Samudra suka sama Yeni sih," jelasnya.
Aku pernah tahu dengan orang bernama Samudra ini, memang dia ini orangnya termasuk tertutup dan tidak banyak bicara. Beberapa kali aku sempat dengar namanya dijadikan bahan bercandaan oleh beberapa orang, aku juga tidak begitu tahu masalahnya apa. Mungkin karena gayanya yang konyol atau bagaimana. Memang sih anak yang namanya Samudra itu, dia bukan anak yang aneh banget hanya saja penampilan dan caranya berjalan memang cukup unik.
"Gue sama Mona biar urus Yeni sama Alvin. Kalian bertiga coba tanyain Heri sama Edo aja," usulku, kebetulan juga tidak ada Mona jadi aku bisa membuat keputusan sesuka hatiku. Coba saja kalau Ian mau menolak, akan kuusir jauh-jauh dia dari sini. Jangan harap dengan dia gabung di sini bisa modus ke Mona selama masih ada aku yang punya kuasa di sini.
"Gue lumayan deket sama Alvin, mending gue gabung kalian." Ian mencoba menginterupsi usulku. Benarkan? Dasar tidak tahu diri.
Aku menggelengkan kepala sembari berkata, "Nggak usah, lo gabung Khari sama David aja, kasihan mereka nggak kenal sama Heri, Edo, kalo gue kenal sama Alvin kok. Kalo masalah Yeni, dia kan anak Osis jadi Mona pasti kenal."
"Oke deh," jawabnya pasrah.
Khari dan David diam-diam menertawaiku, aku tahu itu.
"Gue pergi dulu, mau nyusul Mona," pamitku. Aku meletakkan sendok yang sempat kuangkat-angkat dan mainkan.
Tidak bohong jika aku mengenal Alvin, selain dia kakak kelasku, aku kenal karena dia tergila-gila sama Ema. Beberapa kali dia sering mendatangiku dan minta saran, dulu dia sering datang bersama Samudra yang memang diam saja. Maka dari itu aku tahu Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.M.D.K #2 [END]
Gizem / GerilimMatthew Jeffrey, satu di antara ratusan siswa yang beruntung menjadi vokalis di band sekolah tanpa melalui proses audisi. Matt mengira mendapat hal yang cukup istimewa, menjadi bintang utama dengan mudah. Awalnya, semua memang baik-baik saja. S...