SELAMAT MEMBACA KISAH HONOKA DAN YUKI
BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA DAN COMMENT SETELAH MEMBACA
***
Aku hanyalah bayangan samar antara kau dan dia
***
YUKI tetap diam begitupun Hanae. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu hingga ia menarik Yuki menaiki biang lala. Padahal Ryuu dan Honoka masih berada di toilet. Yuki benar-benar muak dengan sikap Hanae, ia tidak mau melihat wajah itu lagi. Tapi kenapa gadis itu selalu datang ke dalam hidupnya dan merusak segalanya.
Setelah sekian lama hanya terdiam, tiba-tiba Hanae menangis di depan Yuki. Tapi Yuki telah berubah, dulu mungkin Yuki akan langsung memeluk dan mengusap pipi Hanae dengan lembut saat ia melihat Hanae meneteskan air mata. Tapi itu dulu, sekarang Yuki hanya diam di tempatnya dan menatap Hanae dengan tatapan kosong dan wajah yang begitu datar. Tak hanya hatinya yang membeku, sikapnya pada Hanae pun berubah seratus delapan puluh derajat.
"Yuki-kun aku tahu aku sudah melakukan kesalahan dengan meninggalkanmu tapi aku punya alasan untuk melakukannya. Jadi tolong biarkan aku menjelaskan alasannya. Aku sangat menyesal karena tidak memberitahumu." Ujar Hanae di sela isakannya.
"Semua sudah menjadi masa lalu, tak akan ada pengaruhnya meskipun kau menjelaskan semuanya." Balas Yuki tanpa melihat ke arah Hanae. Ia benci melihat gadis yang sedang menangis. Bukan karena seorang gadis akan terlihat semakin jelek saat menangis, melainkan karena Yuki pasti tidak akan tega dan ia jadi ingin memeluk gadis itu untuk menenangkannya.
"Kau benar, semua sudah terjadi dan kau terlanjur membenciku." Isak Hanae.
"Dulu aku memang membencimu, tapi berkat dia aku belajar untuk memaafkanmu. Dari dia aku belajar untuk tidak egois dan belajar untuk berkorban."
"Dia? Maksudmu Honoka-chan?" Yuki mengangguk tanpa melihat ke arah Hanae. Setelah itu, Hanae hanya diam tak bersuara. Suara isakannya pun tak terdengar lagi. Yuki pun menoleh ke arah gadis itu. Mata Yuki membelalak saat melihat Hanae bersandar pada kaca kabin. Gadis itu tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir keluar dari hidungnya hingga membuat pakaian yang ia kenakan pun berwarna merah. Sontak Yuki pun segera duduk di samping gadis itu dan mengguncang tubuhnya.
"Hana-chan!" Teriak Yuki mencoba menyadarkan gadis itu. Yuki pun mengeluarkan sapu tangan dari sakunya untuk membersihkan darah yang mengalir dari hidung Hanae. Yuki begitu panik, ia bingung harus berbuat apa. Untung saja tak lama kemudian mereka sudah sampai di bawah dan pintu kabin pun terbuka. Yuki pun langsung menggendong Hanae dan membawanya ke rumah sakit.
Saat itu yang terpikirkan dalam kepalanya hanyalah bagaimana cara ia harus menyelamatkan Hanae secepatnya. Ia bahkan lupa jika ia terpisah dari Honoka. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dokter yang menangani Hanae pun keluar dari ruangan gawat darurat dan menghampiri Yuki.
"Bagaimana keadaannya sensei?" Tanya Yuki pada dokter paruh baya di hadapannya. "Keadaannya sudah cukup stabil sekarang, tapi kondisinya akan semakin memburuk jika penyakit leukimianya tidak segera ditangani." Jawab dokter itu dengan penuh wibawa dan keramahan.
"Leukimia?" Seru Yuki yang sangat terkejut mendengar ucapan dokter itu.
"Yuki-kun!" Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil nama Yuki. Orang itu adalah ibu dari Hanae yang datang bersama dengan ayah Hanae serta Ryuu.
Setelah berbicara dengan dokter, ibu Hanae pun berbicara pada Yuki. Dulu Yuki memang
Cukup akrab dengan ibu Hanae.
"Kami mengetahui jika ia menderita leukemia sejak 2 tahun lalu, kami pun berusaha menempuh berbagai cara tapi tak ada perkembangan yang cukup bagus melainkan kondisi Hana-chan semakin memburuk. Hingga akhirnya ia sudah cukup lelah dan tidak mau lagi menjalani kemoterapi atau pengobatan lainnya."
Penjelasan dari ibu Hanae itu cukup membuat Yuki terguncang. Pasalnya Hanae tak pernah menceritakan hal itu padanya. Leukimia bukanlah semacam flu atau batuk yang bias sembuh hanya dalam hitungan hari. Leukimia bukanlah penyakit yang akan langsung sembuh hanya dengan istirahat yang cukup. Bagaimana bias Hanae menyembunyikan masalah sebesar itu padanya? Yuki terus termenung menatap Hanae yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai selang yang menancap di tubuhnya. Akhirnya Yuki pun beranjak untuk pulang setelah ibu Hanae menyuruhnya pulang.
"Tadaima !" ujar Yuki seraya berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai.
Ayah Honoka pun menyambutnya dengan hangat layaknya putranya sendiri.
"Kau pulang sendiri Yuki-kun? Di mana Honoka-chan?" Tanya ayah Honoka yang langsung menyadarkan Yuki. Tanpa berkata-kata Yuki pun langsung memakai kembali sepatunya dan pamit untuk keluar. Sungguh Yuki benar-benar lupa jika tadi ia pergi bersama Honoka. Sambal berlari Yuki pun melirik jam tangannnya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ah benar, ia memang cukup lama di rumah sakit hingga ia lupa jika hari semakin larut.
***
"To...long!" Teriak Honoka dengan suara yang semakin lemah dan serak. Terjebak di dalam toilet sendirian bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi ponsel miliknya juga mati karena kehabisan baterai. Honoka bingung harus berbuat apalagi. Ia sudah berusaha berteriak sekuat tenaga untuk meminta bantuan. Ia juga sudah berusaha mendobrak pintunya. Tapi apa daya ia hanyalah gadis biasa. Honoka bahkan sampai berniat untuk keluar lewat jendela, sayangnya jendela di toilet itu terletak cukup tinggi dan Honoka tidak mampu mencapainya.
Setelah sekian lama berusaha meminta pertolongan, akhirnya Honoka pun menyerah dan meringkuk di belakang pintu. Entah kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga ia harus terkunci di dalam toilet pada malam hari seperti ini. Yuki pasti sudah lama menunggunya atau ia malah tidak menyadari jika Honoka masih belum kembali? Apakah Yuki mengkhawatirkanya? Apakah Yuki akan menemukannya dan menyelamatkannya?
Mungkin Yuki lupa jika Honoka belum kembali karena Yuki pasti sedang bersama Hanae saat ini. Benar, selama ini Honoka hanyalah bayang-bayang Hanae. Honoka sadar jika sebenarnya Yuki hanyalah membohongi perasaannya sendiri selama ini. Sejujurnya Yuki masih menyukai Hanae tapi Yuki terlalu kecewa untuk mengakuinya. Karena itulah ia berusaha menutupi perasaannya dengan menjalani hubungan palsu dengan Honoka. Yuki memang benar-benar mengajak Honoka berpacaran tadi, tapi Honoka tahu jika nama Hanae belum sepenuhnya menghilang dari hatinya. Tanpa sadar cairan bening yang terasa hangat itu meluncur ke pipi mulus Honoka yang diikuti dengan suara isak tangis yang keluar dari mulutnya.
"Hononon apa itu kau?" Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari luar toilet. Honoka pun langsung mengusap air matanya dan berusaha menjawab.
"Ha..ik ini aku!" Seru Honoka dengan suara yang masih serak. Yuki pun berusaha memutar kenop pintu tapi tentu saja pintunya tidak bias terbuka. Yuki tidak mungkin mendobrak pintunya bisa-bisa ia dituntut.
"Tunggu sebentar aku akan segera kembali!" Teriak Yuki dan berlari meninggalkan Honoka di dalam toilet. Tak lam kemudian, Yuki pun kembali dengan mengajak seorang satpam.
"Hononon kami akan mengeluarkanmu!" Seru Yuki setelah ia kembali. Satpam itu pun memasukkan kunci pintu kemudian memutarnya. Yuki pun langsung memutar kenop pintu itu dan mendapati Honoka tengah berjongkok di depan pintu dengan wajah yang sudah memerah karena menangis sekaligus kedinginan.
Yuki langsung membuka jaket yang ia kenakan untuk menyelimuti tubuh Honoka. Honoka pun langsung memeluk Yuki dengan erat sambil menangis. Yuki pun balas memeluk dan membelai kepala Honoka.
"Kukira kau tidak akan mencari dan menemukanku! Aku ketakutan di sini sendirian!" Seru Honoka dibalik isak tangisnya. Yuki benar-benar merasa bersalah karena sempat melupakan keberadaan Honoka dan terlambat menemukannya.
"Aku pasti akan menemukanmu di mana pun kau berada." Bisik Yuki, Honoka pun mengangguk mendengarnya. Kalimat itu benar-benar membuat gadis itu merasa lega dan jauh lebih baik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?! [FINISH]
Fanfiction[Season 2 : Because of You] Bagaimanakah perasaan kalian jika kalian harus tinggal serumah dengan orang yang sangat kalian benci?? Hal itulah yang dialami oleh Honoka entah kenapa ia harus tinggal serumah dengan rival sejatinya yaitu Yuki. Pertengk...