13. Putus

477 35 8
                                    


SUASANA di dalam mobil benar-benar canggung. Sedari tadi Hanae terus menatap ke arah Yuki seolah ia takut tidak bisa melihat wajah itu lagi.

"Yuki-kun aku ingin menjelaskan sesuatu." Ujar gadis itu setelah berpikir cukup lama.

"Tak ada yang perlu kau jelaskan!"ketus Yuki.

"Dulu aku ingin kita putus karena...."

"Keluar!" Belum sempat Hanae menyelesaikan kalimatnya, Yuki tiba-tiba membanting stir dan menghentikan mobil secara tiba-tiba. Tentu saja Hanae merasa terkejut apalagi saat Yuki menyuruhnya keluar.

"Apa kau tidak dengar?! Kubilang keluar!" Sentak Yuki. Hanae benar-benar terkejut. Ia tak pernah melihat Yuki semarah ini sebelumnya. Hanae pun menuruti perintah Yuki dan keluar dari mobil. Tepat setelah Hanae keluar dari mobil, Yuki langsung menginjak pedal gasnya. Tak lama setelah Yuki pergi, sebuah bus pun berhenti di depan Hanae. Saat itulah ia baru sadar jika Yuki memberhentikannya di depan halte bus.

Di lain sisi, Yuki terlihat melirik spion mobilnya dan menghela napas. Rupanya ia masih belum siap bertemu dengan Hanae. Saat melihat wajah gadis itu hatinya kembali terasa sakit seolah kejadian 2 tahun yang lalu itu baru terjadi kemarin. Kenapa juga gadis itu datang kembali ke dalam hidup Yuki saat pemuda itu merasa sudah benar-benar berhasil melupakannya?

***

Selama kaki Honoka belum sembuh, yang menjadi kaki Honoka tentu saja adalah Yuki. Jika gadis itu mau pergi kemana dan mau melakukan apa, Yuki pasti dengan sigap menggendongnya. Honoka adalah tipe orang yang hiperaktif dan duduk diam di rumah selama hampir seminggu bukanlah hal yang menyenangkan bagi gadis itu. Satu-satunya hiburan bagi Honoka adalah menjahili Yuki dengan menyuruhnya ke sana kemari mengambilkan sesuatu yang Honoka inginkan.

"Kau harus memakannya! Aku tidak mau pergi lagi!" Seru Yuki dengan raut muka yang benar-benar kusut seperti tidak pernah disetrika selama setahun eh ralat maksudnya seperti baju yang tidak disetrika selama setahun. Bagaimana tidak, di hari yang begitu panas dengan matahari yang bersinar terik, Honoka menyuruhnya untuk membelikan es krim. Yang jadi masalah es krim yang Honoka minta sudah habis dan Honoka tidak mau memakan es krim lain. Jadilah Yuki keliling ke sana kemari untuk membeli es krim yang gadis itu mau.

"Tapi, ini sudah mencair, lihatlah!"seru Honoka dan mengangkat sebungkus es krim. Yuki menghela napas melihatnya.

"Aku tahu penjual es krim yang enak kita ke sana saja ya?" Pinta Honoka. Tentu saja Yuki tidak setuju, tapi Honoka bersikeras untuk pergi.

"Aku sudah sembuh lihatlah! Aku bahkan sudah bisa berlari!" Seru Honoka dan berdiri sambil menghentak-hentakkan kakinya. Sedangkan Yuki terlihat cukup khawatir dan meminta Honoka untuk menghentikan aksinya.

"Baiklah kita pergi!" Tiga kata yang keluar dari mulut Yuki itu tentu membuat Honoka sangat senang hingga secara refleks ia pun memeluk Yuki. Beberapa saat kemudian, Honoka pun melepaskan pelukannya dengan canggung. Lalu, gadis itu mendongak menatap Yuki yang ternyata juga menatap ke arahnya. Saat itu, waktu terasa berhenti bagi keduanya, tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. Dan sungguh Honoka berani bersumpah dadanya seperti mau meledak. Yuki pun menundukkan kepalanya dan perlahan-lahan mendekati wajah Honoka. Gadis itu menahan napas saat wajah Yuki semakin dekat. Debaran di dada Honoka semakin cepat, ia bisa merasakan napas Yuki menerpa wajahnya. Honoka pun memejamkan matanya.

"Honoka-chan!" Secara refleks, Yuki dan Honoka pun menjauh. Honoka langsung duduk ke kursi belajarnya dan Yuki pura-pura mengambil buku di rak.

Why?! [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang