15 : Pergi

419 37 8
                                    

Kemarin aku tersenyum menyambutmu di ambang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin aku tersenyum menyambutmu di ambang pintu

Hari ini aku terpaku melihat punggungmu menghilang dari hadapanku

***

Pagi yang indah. Matahari pun bersinar cerah, secerah wajah Honoka yang berseri-seri riang gembira. Wajahnya begitu cerah seolah tanpa beban, bahkan kejadian semalam pun seakan tak pernah terjadi dalam riwayat kehidupannya.

"Ohayou otou-san!" Sapa Honoka seraya turun dari tangga. Ayahnya yang sedang menyiapkan sarapan pun mendongak dan membalas sapaannya.

"Ohayou Hono-chan! Kemarilah kita sarapan bersama-sama!" Ujar ayah Honoka yang sudah duduk di atas kursi kebesarannya.

"Kenapa dia belum turun?" Gumam Honoka sambil terus melihat ke arah tangga menuju kamarnya dan Yuki. Ayahnya yang memperhatikan sejak tadi pun buka suara.

"Yuki-kun sudah berangkat sejak tadi, katanya ia akan mampir ke apartemennya dulu. Nanti kau berangkat dengan otou-san saja ya." Honoka terlihat kecewa mendengar penjelasan ayahnya. Ia juga jadi berpikir, bagaimana jika apartemen Yuki sudah selesai direnovasi? Ia tidak ingin Yuki pergi.

"Apa apartemennya sudah selesai direnovasi otou-san?"Tanya Honoka.

"Sepertinya besok apartemennya sudah selesai direnovasi."

"Apa dia akan pindah lagi?" Dalam hati Honoka benar-benar berharap agar Yuki tidak perlu lagi kembali ke apartemennya bahkan kalau bisa Yuki tidak perlu pindah dari rumahnya untuk selamanya.

"Entahlah dia belum bilang mengenai hal itu kepada otou-san." Apakah itu artinya Yuki tidak berencana untuk pindah? Semoga saja asumsi Honoka itu benar.

Setelah selesai sarapan, Honoka pun berangkat ke sekolah dengan diantar oleh ayahnya. Sesampainya di sekolah Honoka ingin langsung menemui Yuki. Gadis itu pun berjalan dengan langkah yang cukup cepat, namun semua orang juga tahu jika kakinya itu pendek jadi mempercepat langkah tidak akan berpengaruh banyak. Keinginan Honoka untuk bertemu dengan Yuki semakin kuat hingga tanpa sadar ia pun berlari di sepanjang lorong sampai-sampai ia tak sadar jika Kyoko dan Arata memanggil namanya.

Akhirnya Honoka pun sampai di dalam kelas. Bola matanya memperhatikan seluruh penjuru ruang kelasnya untuk menemukan sosok yang ia cari-cari. Nihil. Honoka tak menemukan sosok bertubuh jangkung itu dimana pun. Honoka bahkan sudah mencarinya kemana-mana mulai dari tempat parkir, lapangan basket, rooftop, kantor guru, toilet bahkan sampai ke dalam gudang belakang sekolah. Gadis itu pun berhenti mencarinya karena bel masuk sudah berbunyi. Honoka berpikir jika Yuki mungkin terlambat karena harus ke apartemennya dulu, tapi sampai bel pulang berbunyi sosok Yuki tak kunjung muncul.

Honoka berjalan menuju gerbang sekolah dengan wajah yang muram. Wajah cerahnya yang begitu berseri-seri pagi tadi seolah sirna ditelan badai. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat ada seseorang menghalangi langkahnya. Orang itu mengenakan sepasang sepatu sneakers berwarna putih senada dengan kemeja polos lengan panjang yang ia lipat sampai siku. Kepala Honoka terus mendongakkan kepalanya secara perlahan hingga akhirnya ia melihat wajah orang itu.

Why?! [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang