"Eh Jira ngapain dirumah gue?"
Jira memasukan kedua tangannya didalam saku cardingannya dan membuang pandangannya dari Jihyun, "Emang gaboleh? gue mau ngumpang tidur disini."
Jihyun menutup kembali pagar rumahnya sambil membawa sekantung plastik digenggamannya, "Kenapa lagi? Haechan berulah?"
"Bukan Haechan, tapi sodaraㅡ sepupu ya entahlah."
Jihyun tertawa dan mendekati Jira, "Yaudah nih makanan buat dikamar, mau langsung keatas apa mau ikut ngobrol disini?"
Jira melirik sekilas pria yang berada di belakang Jihyun dan Jira harus memajukan tubuhnya selangkah lebih dekat ke Jihyun, "Pacar baru?" bisik Jira di telinga Jihyun.
"Eh buset, kagalah gila masih bertahan ya gue sama Hansol ngomong di ayak dulu." Jihyun mendorong Jira hingga Jira mundur selangkah.
Jihyun melangkah dan menduduki dirinya di kursi yang Jira tadi duduki, "Sepupu gue itu dia baru main kesini katanya si ada masalah juga makanya mau nginep disini, jodoh kali ya sama lu?" Jihyun tertawa pelan.
Tiba-tiba wajah Jihyun berubah menjadi serius, "Oh iya ra tadi gue ketemu sama Dilan katanya nitip salam buat lu, katanya salam rindu udah lama gak ketemu." Jihyun kembali tertawa.
"Dilan siapa?"
"Jaemin, sohibnya Haechan kan udah pindah kedaerah gue." Jihyun memegang perutnya seraya tertawa.
"Apaan si gajelas."
"Gue kesini jadi dikacangin?" Jira maupun Jihyun tersentak dan saling pandang.
Jihyun berdeham dan menatap Jira, "Oh iya Ra, kenalin itu sepupu gue namanya Tata."
"Yuta." Yuta meralat namanya.
"Lagian gue udah tau dan ketemu tadi." Yuta meneruskan jawabannya melangkah dan terduduk dikursi kosong disebelah Jihyun, Jira? ya berdiri ajalah biar enak.
Jihyun tersedak dengan air liurnya sendiri, "Demi apa? wah ada masalah bareng, kesini bareng eh minta nginep bareng. Jodoh ya?" Jihyun menyolek lengan Yuta sambil tersenyum dibuat-buat.
Jihyun menghentikan kegiatannya dan teringat sesuatu, "Eh ga jodoh deh, nanti Sorn mau dikemanain. Udah ah tidur lo sana diruang tamu, Ra keatas yuk."
Jihyun melangkah mendahului Jira sesaat Jira ingin melangkahkan kakinya ia berhenti karena Yuta memanggilnya.
"Jira?" Jira menoleh kewajah Yuta.
"Ditunggu ya." Yuta mengakhiri percakapannya dengan senyuman manisnya, sedangkan Jira mengerutkan dahinya dan meninggalkan Yuta sendirian diluar.
Jira melangkah masuk kedalam rumah Jihyun, ini yang buat Jira tertekan misal kerumah Jihyun. Ibunya selalu membuat sesuatu buat Jira, ya pendek kata jadi ngerepotin.
"Jira ini ada makanan bawa keatas ya buat kalian, kalo kurang atau mau yang lain bilang aja ya." Jaeru mengusap lengan Jira dengan lembut.
"Aduh tante makasih banyak jadi gaenak ih ngerepotin." Jira menatap wajah Jaeru yang mulai menua namun tetap cantik.
"Yaampun Jira kamu kaya sama siapa aja, kamu udah tante anggap anak kedua tante naik gih udah malem." Jaeru mengusap kembali lengan Jira.
"Mah keatas dulu ya, bilangin si Tata ambil bantal sendiri dikamar Jihyun." Jihyun mulai melangkahkan kakinya menaiki tangga dan Jira mengikutinya sambil berhati-hati karena ia tidak mau piring yang dipegangnya kebanting.
"Jihyun naiknya cepetan napa sih, berenti ditengah jalan." Jira mendesak Jihyun agar naik lebih cepat.
"Bentar dong ini piring merosot lu galiat gue bawa tiga piring gini kaya yang dirumah makan padang hah." Jihyun berdesis kesal membuat Jira tertawa malu.
Jihyun melangkah lebih jauh dan berhenti didepan pintu, "Bukain pintunya Ra gue gabisa buka."
"Lah lu kata gue ga megang piring, ah piring di gue tidak terlihat ya." Jira menyindir Jihyun dengan lugunya.
"Gue bukain." Yuta memutar knop pintu kamar Jihyun dan mendahului masuk.
"Eh Ta, buset perasaan diluar tadi." Jihyun masuk kedalam kamarnya diikuti oleh Jira san meletakkan piringnya di meja belajar Jihyun.
Yuta membuka selimut Jihyun yang sudah tertata rapih, "Mana bantal gue."
"Ngaku-ngaku loh, baru juga nginep sehari." Jihyun melemparkan bantalnya ke Yuta.
Yuta mengambil bantalnya dan melangkah keluar dari kamar Jihyun namun sebelumnya ia juga mengambil selimut Jihyun.
"Ta, Tata tutup pintu kamar gue anjir."
"Tangan sama kaki masih berfungsikan? tutup sendiri." Yuta keluar dari kamar Jihyun dan turun melangkah ditangga.
"Untung bapanya baik sama gue suka ngasih uang jajan, kalo kaga mah udah gue usir kali." Jihyun menggerutu sambil menutup pintu kamarnya.
Jira menjatuhkan tubuhnya di kasur milik Jihyun, "Aduh akhirnya bisa tidur nyaman, bangunin gue pagi-pagi ya Mama gue udah berangkat pergi ke pengadilan."
"Tersangka?" Jihyun menjawab meledek.
"Sejak kapan Mama gue pindah kerja dari Hakim ke Tersangka? Mama gue pergi karena ada kasus dua orang bersaudara tapi saling bunuh." Jira memutar tubuhnya jadi tiduran kesamping.
"Wah lu banget, Ra sama Haechan nanti kalo udah gede."
Tidak ada sedetik, Jira bangun dari tidurnya dan menyentil bahu Jihyun, "Eh denger ya se rival apapun gue sama Haechan, gue gabakal gitu."
Jihyun tersentuh dan tersenyum, "Iya tau kok becanda doang ah." Jihyun mencolek dagu Jira.
Jihyun membenarkan letak posisi bantalnya terlebih dahulu, "Oh iya Ra, tadi ketemu Tata ya?"
"Hm." Jira menganggukan kepalanya.
"Maaf ya ra, Tata baik kok sebenernya sumpah. Dia kalo ada masalah emang gitu mukanya sepet ga enak diliat." Jihyun menjatuhkan kepalanya di bantal ternyamannya.
"Dia anak tunggal ya?" Jira menatap Jihyun yang sudah menutup mata.
"Dia punya kakak perempuan, kakaknya cantik dan si Yuta ya mirip sama kakaknya sama-sama cantik makanya gue manggilnya Tata." Jihyun tertawa sendiri padahal gaada yang lucu.
"Gue, lu sama si Tata beda 2 tahun, gue males manggil dia abang ga lepel kelakuannya malah dibawah gue labil." Jihyun berlagak membersihkan bahunya membuat Jihyun tertawa.
"Jihyun, Sorn itu pacarnya ya?"
ㅡㅡㅡ
Kurang lebihnya aku minta maaf ya hehehe, ayo ayo komentar. aku cuman pengen berkarya aja ga terlalu mikirin sama vote karena vote sama komentar adalah bonus kebahagiaan dari kalian hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
badboy; nct
Short Story"Menurut gue si mending sama bang Taeyong aja cocok." ㅡ Lucas "Sebagai adik kandung gue lebih menyarankan sama bang Yuta aja." ㅡ Haechan