18. Menjauh

1.9K 188 10
                                    

Jira menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal mencoba melangkahkan kaki walaupun hanya beberapa senti.

Gugup.

Seharusnya Jira tidak boleh gugup, lagipula status Jira dengan Taeyong sama seperti dengan Yuta yaitu sama-sama teman.

Teman yang tidak tahu awalannya seperti apa dan berakhir menjadi sedekat nadi seperti ini.

"Gue kesini cuman mau kasih titipan Ayahnya Lucas, katanya ini barang-barang pentingnya Lucas abis ini gue cabut kok."

"Bukan gituㅡ"

Jira tersentak dan menghentikan perkataannya, untuk apa menjelaskan keadaan kepada Taeyong memangnya Taeyong siapa, kenapa harus menjelaskannya seperti tertangkap basah berduaan dengan lelaki lain saja.

"Ah maksudnya gausah buru-buru mau mampir dulu?"

Taeyong tersenyum kecil sangat kecil sambil menundukkan kepalanya menatap sepasang sepatu vansnya. Ia kembali menatap objek didepannya bukan Jira melainkan seseorang yang berada dibelakang Jira.

"Gue mau cabut karena lo lagi sakitkan? cepet sembuh ya pasti udah banyak yang bakal jagain lo."

Taeyong melangkahkan kakinya dan mengambil lengan Jira memindahkan paperbag dari tangannya menjadi ke tangan Jira diakhiri dengan senyuman dari Taeyong.

"Pergi dulu ya." Taeyong tertawa dan mengusak rambut Jira lalu ia pergi dengan motor CBR nya.

"Waw suatu kebetulan viral dua-duaan disini."

"Rival chan bukan Viral."

Jira menghela napasnya lalu menggelengkan kepalanya ia masuk kedalam rumahnya terlebih dahulu.

"Diem aja bang, jangan kalah gitu ah." Jeno menepuk bahu Yuta dan tertawa.

Haechan memberi helm hitamnya kepada Jeno, "Balik lo sono jan ngayap."

"Salam buat kak Jira ya Chan, Bang balik dulu ya inget jangan kalah ah masa jagoan kalah." Jeno kembali tertawa lalu menutup kaca helmnya dan berlalu begitu saja.

"Kak Jira keluar rumah ya?"

Yuta menaikan alisnya sebelah dan menatap Haechan, ia menoleh kanan dan kirinya. Karena Haechan berbicara namun matanya tidak menatap Yuta.

"Lo ngomong sama gue?"

"Yaiyalah masa gue ngomong sama batu. Halo batu tadi kak Jira keluar ya nginjek lo ga?"

Yuta menggelengkan kepalanya dan memberikan plastik belanjaannya kepada Haechan. "Jira tadi mau pingsan di minimarket gue ditelp Johnny makanya kesana cuma ngebantuin kok, salam buat Jira ya."

Haechan mematung karena Yuta ikutan berlalu begitu saja.

"Gini nih kalo punya kakak perempuan cantiknya kebangetan jangankan dua, sekomplek juga bisa dapetin kali."

Setiap kali Jira bertemu keduanya disaat bersamaan Jira tidak dapat menahan rasa gugupnya seperti bukan ini yang diinginkan.

Jira mengacak rambutnya dan menutup wajahnya dengan bantal seraya tiduran ngacak disofa.

"Sejak kapan ini rumah banyak setannya, kan gue bilang apa kalo gaada Lucas susah aduh gue telp Lucas aja kali ya suruh pulang si Jira kesurupan."

Jira menghentikan teriakan stressnya dan menatap Haechan. "Eh ngomong apaan lo ngatain gue kesurupan?"

"Kerang ajaib gue kaget untung ini hp ga loncat."

Jira melemparkan bantal sofa ke Haechan dan merengek, "Haechan gue kok mood swing gini sih."

"Kenapa si suka gak jelas jadi cewe."

Haechan meletakan plastik berisi belanjaannya di meja ruang tamu. "Coba sini cerita ada apaan masalah jaemin?"

Jira memukul kepala Haechan, "Aduh sissy sakit, ih dia mah galak banget heran."

"Lagi kenapa Jaemin sih."

"Oh pasti Jeno kan."

Jira kembali memukul kepala Haechan bertubi-tubi sedangkan Haechan melindungi kepalanya menggunakan kedua tangannya. "Sissy ah sakit gila."

"Haechan ih."

"Yaallah kenapa nangis sih kan gue yang dipukul astatank."

Haechan bangkit dari duduknya dan menatap Jira yang sedang menangis wah bahaya nih kalo Lucas tahu pasti salah sangka.

"Baru gue tinggal setengah hari udah dibuat nangis aja."

tuhkan.

"Apaan si cas gue ga buat nangis dia aja nangis sendiri."

"Wah gila lo chan lo apain lo omel-omelin juga? dia lagi sakit chan."

Lucas menggelengkan kepalanya seraya melemparkan tas backpacknya kesofa, "Kak Jira, don't cry i'll hug you."

"Ye lo malah peluk bau matahari lo." Haechan menarik kerah baju Lucas yang sudah basah.

"Najis mana keringetan." Haechan langsung memegang celana sekolahnya berharap keringet Lucas menempel disana.

Lucas menatap Haechan sengit, "Jujur sama gue lo apain?"

Haechan berdecak sebal dan mengeluh, "Anjrit gak gue apa-apain sumpah dah kalo gue ketahuan boong lo ambil parfum gue dikamar."

"Serius."

"Gue serius, Cas."

"Chan kita ini sodaraan saling terbuka aja kenapa."

"Apanya saling terbuka sih yaampun, dia bilang mood swing. Lagian nih ya tadi ngapain coba bang Yuta sama bang Taeyong didepan rumah, Mark bilang Yuta pergi gataunya mana gi. Sekarang kalo ada apa-apa kasih tau gue tentang bang Taeyong, gue juga udah kasih tau ke Mark tentang ini. pusing gue punya kaka cantik."

Haechan meninggalkan Lucas yang sedang terdiam sedangkan Jira masih menangis.

"Kak Jira kenapa, Lucas bingung."

Jira mengelap air matanya dan menatap Lucas. "Lucas."

"Iya kak kenapa? Haechan emang kurang ajarkan?"

"Lucas."

"Iya kak kenapa Lucas disini."

"Bener kata Haechan."

"Yang mana?"

Jira menatap Lucas berusaha memfokuskan tatapannya. "semua tentang Taeyong kasih tau Haechan, kayanya kak Jira mau menjauh dari kedua orang itu karena kak Jira gak mau ini semakin jauh. Tolong ya, Lucas."

ㅡㅡㅡ
HALO EVERYBODY MAAF BARU LANJUT KARENA AKU SEDANG MASA MENENANGKAN DIRI BCS MY DAD BACK TO HEAVEN MINTA DOANYA YA

I HOPE U GUYS ENJOY FOR READ THIS

badboy; nctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang