"Lucas sorry karena gue, lo hampir dibawa ke China lagi."
Lucas maupun Taeyong menundukan kepalanya sedangkan Jira melipat tangannya seraya menyenderkan tubuhnya di pondasi rumahnya dan menatap drama mereka berdua.
"Gausah di bubarin bang, lagian tanpa guekan gapapa." Lucas menatap Taeyong seraya memainkan jari-jari tangannya.
Taeyong tertawa canggung, "Masalah itu nanti gue suruh kumpul lagi dulu biar gue gak mutusin secara sepihak."
Lucas menganggukan kepalanya pertanda mengerti sebenarnya menurut Lucas, Taeyong itu hangat tapi demi membela kebenaran makanya wajahnya keliatan sangar.
"Jadi udah drama sedihnya?" Jira menatap Taeyong dan Lucas bergantian.
Sedangkan Taeyong menganggukan kepalanya dan beranjak berdiri dari kursinya lalu menepuk bahu Lucas.
"Kalo ada apa-apa hubungin gue, gue siap ngebantu lu."
"Makasih bang."
"Sissy where are you?"
Jira, Lucas maupun Taeyong menatap pagar rumah kokoh yang sedang terbuka setengah.
"Udah masuk aja gausah malu-malu lagian pake baju ini kan?" Suara Haechan lantang didepan pagar namun tidak mau menampakan wujudnya.
"Buset dah udah gede minta dianterin kedalem gini ya bang, Haechan dalam keadaan gini jadi gabisa kedalem bye bang." Suara lari Haechan terdengar mungkin dia balik lagi kelapangan bola buat merayakan kemenangan timnya.
Rasa penasaran Jira masih ada, ia melangkahkan kakinya mendekati pagar dan menarik pagarnya kesamping agar terbuka semua dan Jira melipat tangannya didadanya.
"Hehe Jira apakabar?"
"Winwin kita udah ketemu di kantor polisi kemarin malem jadi gausah nanyain gue kabar." Jira menatap Winwin yang salah tingkat berkali-kali menggaruk tengkuk lehernya yang mungkin tidak gatal sama sekali.
Winwin beralih menatap Lucas yang sedang memandangnya tanpa di komando Winwin masuk kedalam dan duduk disamping Lucas.
"Lucas maafin gue ya, seharusnya gue gak ngajak lo gabung ke Limitless."
Jira menghela napasnya dan bebalik menatap Lucas, "Cas, gue keluar dulu. Jaga rumah."
"Iya kak Jira."
Jira melangkahkan kakinya keluar dari kompleknya, bukan karena ia tidak mau melihat Winwin atau Taeyong melainkan ia harus membelikan adik-adiknyaㅡ Haechan dan Lucasㅡ makanan.
Karena tadi pagi Haechan hanya memakan sereal sebelum bermain sepak bola, sedangkan Lucas hanya memakan roti sisaan dari Haechan kalo engga diingetin sama Jira karena ada dirumah ada Lucas juga sekarang.
Jira mendorong minimarket yang berada diperbatasan wilayah Jira dan wilayah Jihyun, karena ini adalah satu-satunya minimarket diwilayah sini.
"Haechan gaboleh makan ramyun terus." Jira melangkahkan kakinya menyusuri seisi minimarket, entah apa yang ada dikepala Jira membuat seisi keranjang sudah terisi.
Jira mengetuk kaca tempat eskrim namun ia masih bimbang untuk membelinya.
"Beli ga ya, kalo Haechan di beliin terus Lucas kaga kan kesian. Beli aja kali ya dua, jadi gue gapapa gausah beli lagian uang sisaan belanja ini." Jira mengambil dua eskrim untuk Haechan dan Lucas dan meletakkannya di keranjang.
Jira membalikkan tubuhnya dan terkejut membuat dirinya mundur selangkah menambrak tempat eskrim bahkan berkali-kali ia memukul dadanya.
"Ngagetin tau gak si tiba-tiba berdiri disini."
"Sendirian?"
Jira menghela napasnya dan memasang wajah kesalnya, "Kaga, berdua sama bayangan."
"Bang Yuta ramyun boleh ngambil ga?" bariton berat suara Jaemin terdengar diujung sana.
Yuta tidak menolehkan kepalanya melainkan masih tetap berdiri dan menatap Jira yang sudah membuang pandangannya kesegala arah, "Ambil aja."
"Mana Jihyun, dia ga ikut?" Tanya Jira tanpa menatap Yuta.
Yuta tersenyum seraya memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya, "Gue disini dan wajah gue disini, lu ngomong sama siapa? rak permen?"
Ini yang membuat Jira malas menanggapi Yuta bagi Jira, Yuta selalu mempermasalahkan hal kecil dan membuang-buang waktu atau justru sengaja agar lama berduaan?
"Jihyun ga ikut?" Jira menatap Yuta sekilas dan senyuman Yuta masih bertengger disana.
"Jihyun udah dirumah, buat apa nanyain yang gaada lebih baik ngomongin yang ada kaya gue udah ada didepan lu."
Jira menaikan sebelah alisnya menatap Yuta lalu bergidik dan melangkahkan kakinya kekasir.
"Gue becanda kok, belanja bulanan ya?"
Jira meletakan keranjangnya kekasir dan memutar balikkan tubuhnya menghadap Yuta, "Denger ya kak Yuta, gue lagi ga mau diganggu karena masih pagi dan jangan ikut campur hidup gue."
Mesin kasir mendominasi minimarket yang sepi ini sedangkan Yuta berganti wajahnya menjadi datar, dan menatap punggung Jira yang sedang melakukan pengecekan harga dikasir.
"Sebentar mas saya baru inget sama list belanjaan saya." Ucap Jira kepada kasir.
Jira melewati Yuta begitu saja seperti menganggapnya tidak ada, tapi Jira tidak perduli dan tetap melangkahkan kakinya menuju mesin pendingin minuman.
Soju, Jira mengerti keluarganya sedang stress termasuk dirinya dan Mamanya untuk berjaga-jaga jadi ia harus beli tanpa harus ketahuan Lucas apalagi Haechan.
Karena Haechan adalah makhluk yang paling sok mengerti dan akan mencobanya, dulu pernah Jira ketahuan minum Soju ditengah malam dan itupun hanya segelas.
Tapi Haechan penasaran dan Jira otomatis meluk botol sojunya dikasih penjelasan tentang rasanya Haechan malah ngejawab 'Gausah kasih penjelasan, biarin gue cobain kak.' membuat Jira dan Haechan saat itu juga bertengkar dan memecahkan Soju milik Mamanya.
Jira mengambil Soju dengan rasa Leci ia mengambil dengan ukuran kecil dan membeli 4 Soju, ia memegang dikanan kirinya 2 botol Soju.
"Gue bantuin bawa." Yuta mengambil 2 Soju yang berada ditangan Jira dan melangkah duluan menuju kasir.
"Gue ga ganggu lu, gue cuma mau bantu lu." Yuta meletakan botol Sojunya di meja kasir diikuti oleh Jira.
Jira menautkan kedua tangannya dan berucap, "Makasih."
Yuta menatap Jira dari samping dan menjawab, "Ucapan makasihnya cukup dengan terima kehadiran gue yang bakal ada selalu di sekeliling lu, ngerti?"
ㅡㅡㅡ
WOI TAU AH KALO TYPO ATAU GA JELAS NANTI KALO BANYAK WAKTU MAU DIREVISI AJA YANG PENTING UDAH DI UPDATE
KAMU SEDANG MEMBACA
badboy; nct
Conto"Menurut gue si mending sama bang Taeyong aja cocok." ㅡ Lucas "Sebagai adik kandung gue lebih menyarankan sama bang Yuta aja." ㅡ Haechan