Lima

1.4K 101 6
                                    

25 Mei 2018

Perasaan tak tenang itu masih memenuhi hatiku ketika melihat Kara di depanku. Senyuman manisnya terus mengembang saat berjalan ke arahku. Dia menyapa beberapa anak yang lewat dan akhirnya tiba di depanku. Wirdah yang dari tadi menunduk menatap ponselnya, kini mengalihkannya dengan dahi berkerut ketika Kara merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Kara mengajakku dan Wirdah untuk masuk ke dalam kelas, agar sesuatu yang dia tunjukkan tidak terlihat oleh orang lain selain kami bertiga.

"Awww!" pekik Kara senang.

Aku hanya diam, memandangnya lekat. Tidak biasanya Kara akan sesenang ini. Karena rasa penasaran Wirdah yang sangat tinggi, akhirnya Wirdah menyambar tas milik Kara dan langsung mengeluarkan benda yang mungkin membuat Kara sesenang ini.

"Dapet dari mana lo?!" tanya Wirdah sembari mengeluarkan isinya.

Aku langsung tertegun, berusaha biasa saja saat melihatnya. Boneka itu milik Bara. Dari mana aku tau? Itu adalah boneka pokemon yang dulu sempat diberikan kepadaku, tapi aku menolaknya. Boneka itu didapat saat aku dan Bara berjalan-jalan di mall lalu bertemu dengan seorang bocah yang sedang menangis. Bocah itu menangis karena bonekanya jatuh dan hilang, lalu aku dan Bara berinisiatif untuk menggantinya, namun saat kami sudah membelinya, Ibunya datang dan menolak halus pemberian kami.

"Ada deh! Gue seneng banget pokoknya!" Kara merebut boneka itu dari Wirdah dan memeluknya erat.

Aku mencoba tersenyum, walaupun hatiku sakit melihatnya. Berbagai pertanyaan mulai muncul di kepalaku. Mulai dari apa maksud Bara memberikan boneka itu kepada Kara? Mengapa harus boneka itu yang diberikan? Dan, seberapa dekatnya Bara dengan Kara saat ini?

"Lo punya gebetan ya?! Waaaah, nggak bilang ke kita-kita!" Wirdah menepuk pelan lengan Kara.

"Iya. Lo deket sama siapa, Kar?" tanyaku, mencoba menahan gejolak panas dalam dada.

Kara mengerling, tampak malu-malu ingin menjawab. Aku menghela napas, sudah mulai menaruh curiga terhadap sahabatku sendiri.

°°°

Istirahat kali ini aku tidak ingin pergi ke kantin. Entah, aku hanya malas bertemu Bara atau siapapun saat ini. Di kelas hanya ada aku dan dua teman cewekku lainnya. Mereka tampak begitu serius menonton drama korea di laptop. Sedangkan aku hanya memainkan ujung jari dengan pulpen di tangan kiri. Aku hanya bergumam sambil menyanyikan lagu dari Ed Sheeran.

"Apa lo ngerasain apa yang gue rasain juga?"

Aku terperanjat. Dua temanku di belakang langsung memekik tanpa suara saat melihat kedatangan cowok di hadapanku.

"Ngapain lo kesini?!" tanyaku dengan nada tak bersahabat.

Galih menaikkan salah satu sudut bibirnya, lalu mengambil duduk di sebelahku. Dia mengusap rambutnya sebentar, kemudian beralih menatapku.

"Ck, Bara juga begitu," ucapnya.

"Hm?" aku mengernyitkan dahi, "Maksud lo?"

"Kara sama Bara kan?" Galih beralih menatap papan tulis di depan.

Aku semakin bingung dengannya. Dia seperti tau segalanya, bahkan nama Kara saja dia tau dari mana? Aku curiga Galih memang cenayang. Apalagi, dia anak baru dan sangat pendiam menurutku. Oh ya, termasuk juga misterius. Tapi, ada untungnya juga dia seperti itu. Aku jadi merasa tau tentang Bara dan Kara yang sudah lebih dari dua minggu ini jarang membagi cerita kepadaku. Bahkan mungkin, sudah tidak pernah?

"Gue bingung deh," aku mengubah posisi menghadap Galih sepenuhnya, "Pertama, lo anak baru disini. Kedua, first impression kita aneh banget. Ketiga, lo tiba-tiba jadi sok deket sama gue dan bahas cerita tentang Kara dan Bara."

Aku menarik napas, menghembuskannya perlahan. Kurang ajar dia, Galih malah seenaknya memejamkan mata sambil menopang dagunya dengan kedua tangan. Karena kesal, aku menjambak rambutnya sampai Galih terpekik kaget.

"Oke, gue jelasin satu-satu," jawabnya kemudian tanpa melihat ke arahku.

Dan pada saat aku ingin sekali menampar mulutnya itu, Galih sudah beranjak dari kursi, lalu pergi keluar dari kelasku. Sedangkan aku hanya melongo menatap punggung Galih yang semakin menjauh.

°°°

"Bye!"

Wirdah menepuk bahuku sebentar, lalu pergi mendahuluiku. Beberapa anak juga masih membereskan alat-alat tulisnya, dan juga ada yang mulai mengerjakan tugasnya; piket. Saat aku hendak berjalan menuju pintu, tiba-tiba Kara menyenggolku. Aku tidak tau, apakah dia sengaja atau tidak, tapi itu cukup keras, meskipun tidak sakit.

"Sori-sori. Gue buru-buru, Lel!" Kara menyunggingkan senyum miringnya, lalu berlari kecil keluar kelas.

Aku terdiam sebentar, masih aneh dengan sikap Kara akhir-akhir ini. Ah, lebih baik aku pulang dan makan siang dari pada harus memikirkan perubahan sikap Kara tadi.

"Nyatanya, lo cuma jalan di tempat."

Aku berteriak, refleks. Teman sekelasku menanyakan apa yang terjadi, namun aku hanya menjawabnya dengan cengiran dan gelengan kecil. Bagaimana tidak, suara berat dari Galih yang muncul tiba-tiba membuatku terkejut. Dia dengan cepat langsung menarik tanganku, menyuruhku agar diam.

"Mulut lo!" ucapnya tajam sambil menekan puncak kepalaku.

Aku menepis tangannya, lalu berjalan mendahului Galih. Kenapa dia selalu mengikutiku?! Aku berdecak saat Galih sudah berjalan di sisiku dengan kedua tangan di dalam saku celana.

"Mau lo apa?" tanyaku datar.

"Gue mau ngomong."

"Ini udah ngomong."

Galih menghembuskan napas beratnya, "Se-ri-us!" ucapnya penuh penekanan.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengajaknya ke aula sekolah dengan sedikit menarik seragamnya. Tidak peduli beberapa anak lain memandangku aneh, yang terpenting urusanku dengan Galih harus selesai hari ini.

"Hm, tepat!" Galih menjentikkan jarinya saat aku melepas cekalan seragamnya.

"Apanya?"

"Liat mereka," Galih menunjuk tempat parkir yang bisa kami lihat dari aula.

Disana, ada beberapa anak yang mengambil motor atau mobilnya, sekedar menunggu jemputan, atau ada juga yang mencari tebengan pulang. Namun, ada dua anak yang menarik perhatianku. Mereka berdua tampak tertawa satu sama lain, bahkan yang cowok mengacak rambut ceweknya sebentar, sampai membuat cewek itu tertawa malu-malu.

Hatiku panas. Tanpa sadar tanganku juga terkepal.

"Ck ck ck, nggak nyangka kan?"
















Hm, emang beneran, sakit bgt klo digituin sama sahabat sendiri. Sakiiit banget!

Jan lupa vote, komen gaes! Maacih :*

Broken {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang