Dua Puluh Tujuh

1.2K 66 5
                                    

06 Juni 2018

Aku berharap Lely akan segera sadar dari komanya. Ini terhitung sudah lima hari Lely belum saja siuman. Hatiku sangat teriris ketika mendengar kabar bahwa jantungnya sempat lemah beberapa jam yang lalu, hampir saja aku meninggalkan sekolah tadi. Kini aku sedang berada di rumah sakit untuk menemui Lely lagi. Hanya ada aku, Kak Ardi, dan Bara disini. Kak Ardi sedang sibuk mengerjakan tugasnya, sedangkan Bara tidur di sofa.

Lain denganku, yang hanya memandangi wajah pucat Lely dari dekat.

Teman sekelas, guru, dan beberapa teman dekatnya sudah menjenguk kemarin. Bahkan Kara diam-diam menangis saat keluar dari kamar Lely, tapi hanya aku yang mengetahuinya, dan Kara melarangku untuk mengatakan pada siapapun.

Selama ini, aku hanya berani memandangi Lely tanpa berani menyentuhnya sekalipun saat di rumah sakit. Aku takut, takut kalau aku akan menyakitinya. Tapi kali ini, aku bukan hanya menyentuhnya, namun juga menggenggamnya. Butuh beberapa menit untuk menyiapkan diriku berani menggenggam tangan Lely yang terkulai lemas ini.

Aku menarik napas panjang, lalu memberanikan diri menggenggam tangan Lely. Dingin. Hanya itu yang kurasakan saat menggenggamnya. Nyeri di hatiku semakin bertambah ketika menyadari bahwa Lely tidak ada rasa padaku, dia terikat pada masa lalu. Aku mengelus punggung tangan Lely, memberi kehangatan agar dia tidak merasa sendiri saat ini.

"Lely," panggilku dengan suara berbisik.

"Gue nggak tau kapan perasaan ini muncul," aku menunduk, kembali teringat saat-saat bersama Lely, "Yang gue tau, lo udah ngehancurin dinding kokoh pertahanan gue selama ini."

Tanganku beralih mengelus lembut rambut Lely yang terbalut perban. Hatiku kembali dibuat perih hanya karena mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Lo salah kalo ngira gue cuek sama lo. Andai lo tau, kalo gue sebenernya selalu merhatiin lo diem-diem."

Aku ingat, saat Lely menyuruhku dan Wirdah untuk keluar dari toilet, dia menangis tersedu-sedu. Ingin sekali rasanya aku berlari menghampiri, memeluk dan membisikkan kalau aku ada disini untuk menemaninya. Tapi Lely mengatakan kalau dia butuh waktu sendiri. Aku juga melihat Lely berdebat dengan Kara di kantin hanya gara-gara Kara menyebutku 'cowok cupu', saat itu aku kebetulan lewat. Aku juga sangat ingat, bahwa pelukan Lely itu hangat. Dan masih banyak lagi.

°°°

Kabar baik untukku dan pastinya juga untuk orang yang menyayangi Lely. Tepat pada satu minggu kejadian itu, Lely sudah siuman. Tadi pagi dia sempat menggerakkan beberapa jarinya, tapi belum bisa mengucapkan sesuatu. Mendengar kabar tersebut, aku langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat keadaannya. Dan disinilah aku, bersama Wirdah, Kara, Bara, Saipul, Rafi, dan juga Diat. Melihat Lely tersenyum menanggapi lelucon yang diberikan Wirdah sudah membuat hatiku kembali menghangat.

Lely belum bisa bergerak banyak, karena bekas tusukan itu belum dioperasi. Kabarnya, Lely akan dioperasi besok atau lusa jika keadaan terus membaik. Aku juga senang saat Kara meminta maaf kepada Lely, walaupun Lely tidak memberi tau alasan dibalik kecewanya.

"Oh iya, Lel," Kara mengunyah apelnya sebentar, "Wirdah tuh, dah jadian sama Rafi."

"Bener?!" tanya Lely tak percaya.

"Kar, diem dulu dong! Gue niatnya mau kasih tau kalo Lely udah keluar dari rumah sakit," balas Wirdah sambil menepuk lengan Kara.

Aku dan teman cowok lainnya lebih asyik bercerita tentang basket dan juga sepak bola. Kadang aku juga masih aneh dengan Bara yang sesekali melirik ke arah Lely dan teman-temannya. Aku ingin sekali memberi tau tentang perjodohan ini, tapi waktunya selalu tidak tepat.

Tepukan di bahuku membuatku menoleh ke samping, "Mikirin apa?"

Aku menggeleng, "Nggak kok. Oh iya, kalian laper nggak? Mau gue jajanin di kantin," ucapku mengubah arah pembicaraan.

"Woe! Gue dong!" sahut Wirdah.

Aku hanya tersenyum, "Yaudah, gue ke kantin dulu."

Aku langsung beranjak dan berjalan keluar dari kamar Lely. Tapi aku sempat meliriknya, dia seperti melamun tapi masih mempertahankan senyumnya.

"Gue ikut, Gal."

Bara menghampiriku seraya mendorong pintu. Kami berdua berjalan menyusuri koridor dengan bau atiseptik yang sesekali tercium jika salah satu kamar pasien terbuka. Aku melirik Bara, sepertinya ada yang ingin dia sampaikan.

"Mau ngomong apa?" tanyaku tak melepas pandangan ke depan.

Bara berdeham kecil, "Ternyata lo nggak secuek yang gue kira."

Aku terkekeh, sepertinya Bara belum siap untuk bertanya kepadaku. Setibanya di kantin, aku membeli nasi bungkus dan minuman untuk mereka. Kebetulan juga hari ini giliranku untuk menjaga Lely, jadi bisa leluasa untuk menghabiskan waktu bersama yang lain. Setelah selesai, aku menghampiri Bara yang sedang duduk di salah satu kursi kantin.

"Udah?" tanyanya.

Aku mengangguk. Kami berdua kembali ke kamar Lely tanpa ada topik pembicaraan sedikitpun. Aku juga tidak mau membahas apa-apa sekarang, aku hanya ingin kembali ke kamar Lely dan melihatnya tersenyum.

"Makanan datang!" Diat berseru dan langsung merebut kantong plastik di tanganku.

Kami semua memakan makanan ini diiringi candaan receh dari Saipul atau tebak-tebakan tak masuk akal dari Rafi. Kadang juga Wirdah terus membahas artis Koreanya yang kini sedang mengganti warna rambut ataupun drama baru yang akan dibintangi idolanya tersebut. Aku senang bisa melihat Lely kembali tertawa.

Tak terasa, dua jam sudah kami menghabiskan waktu untuk mengobrol atau berbagi informasi dari sekolah. Teman-teman berpamitan pulang kepadaku dan Lely. Mereka juga sempat meminta maaf pada Lely jika punya salah, dan Lely juga sebaliknya.

"Gue anter mereka ke depan dulu," pamitku sambil menepuk bahu Lely.

Saat yang lainnya sudah keluar dari kamar Lely dan meninggalkan rumah sakit ini, hanya Bara yang sedang bersandar pada tembok dengan kepala menunduk dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Sepertinya, ini waktu yang tepat untuk berbicara soal hubunganku dengan Lely.





















Dua part lagi dah abiiiss... Kira-kira Lely bakal gimana ya?

Jangan lupa vote dan komen gaes! Gomawo.

Broken {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang