▪ TIGA ▪

1.6K 93 28
                                    


"Aku hanya ingin melihatmu bahagia, walaupun aku melihatmu bahagia dengan yang lain."

___

"Rey," panggil Papa Rey, Nion. Kepada putranya yang baru saja pulang sekolah itu.

"Apa, Pa?" tanya Rey.

"Papa udah dapat pendonor jantung untuk kamu," ucap Nion.

"Enggak perlu, Pa. Aku masih sehat!" Rey mendengkus, alisnya bertaut kesal.

"Tapi, Rey, kamu nggak bisa bergantung sama obat terus," sahut Rachel, Mama Rey.

"Aku nggak mau, Ma, Pa!" jawabnya ketus, lalu berlari menaiki tangga dan menutup pintu kamarnya dengan kencang.

Rey duduk di pinggir kasur setelah menaruh tasnya di sembarang tempat. Kemudian ia merogoh ponselnya yang ada di saku celana.

Rey membuka aplikasi chat, lalu melihat pembaruan timeline dan mendapati beberapa menit yang lalu Tara mengubah foto profilnya menjadi cewek itu dan Hansel. Sang kapten tim basket yang baru-baru ini dikabarkan tengah berpacaran dengan Tara.

Ada sesak yang menjalar di dada Rey kala melihat foto mereka berdua. "Semoga lo bahagia sama dia."

Cowok itu menaruh ponselnya di atas nakas, lalu mengacak rambutnya frustrasi.

"By the way, tadi di sekolah gue bercandain Ran soal pulang bareng kenapa ekspresinya berubah gitu, ya? Biasanya juga dia ketawa kok. Apa omongan gue salah?" Rey berpikir sejenak.

"Bodo, ah!" ucapnya kemudian. Tidak mau ambil pusing dengan hal tersebut.

☁☁☁

Pagi ini semua murid SMA Pelita Bangsa sedang berbaris di lapangan mendengarkan pidato Pak Rahmat sejak lima belas menit yang lalu.

Matahari sudah mulai terik, membuat para murid berkeringat dan ingin cepat-cepat meninggalkan lapangan.

"Ran, lo capek nggak?" bisik Grace.

Ran menggeleng. "Enggak."

Sebenarnya, dari tadi Ran sama sekali tidak mendengarkan pidato Pak Rahmat. Dirinya hanya fokus memerhatikan Rey yang ada di barisan kelas sebelah.

"Ran, kayaknya si Rey pengen pingsan tuh!" ucap Ruby dengan suara pelan.

Ran mengerutkan dahi, ia mempertajam penglihatannya.

Rey tidak bisa berdiri tegak, pengelihatannya mulai kabur. Beberapa detik kemudian, cowok itu tidak sadarkan diri.

Untungnya Alan dan Leon yang berada di belakang Rey dengan sigap menangkap cowok itu dan membawanya ke UKS.

Ran terbelalak kaget. "Eh, gue nyusul mereka dulu, ya!"

Ruby dan Grace mengangguk ragu, kemudian Ran berlari kecil menuju UKS. Kedua temannya itu mengerti, jika Ran sangat mengkhawatirkan Rey saat ini.

☁☁☁

Alan dan Leon menidurkan Rey di atas brankar UKS.

"Lan, kenapa Rey bisa pingsan gini, sih?" tanya Leon heran sambil memandangi Rey yang kini terbaring di atas brankar.

"Nggak tau gue juga, Yon," jawab Alan seraya mengedikkan bahu.

Setelah itu Ran masuk ke dalam UKS dengan napas yang agak terengah-engah.

"Ran?" gumam Alan. Kemudian, ia memberi kode mata kepada Leon. Seolah mengerti, mereka berdua pergi meninggalkan UKS.

Ran menghampiri brankar, di sana terlihat Rey yang masih menutup mata dengan wajah pucat.

Lo manis kalau kayak gini, batin Ran.

"Lo kenapa bisa pingsan gini, sih?" Nadanya berubah menjadi khawatir, lalu Ran mengelus rambut cowok itu lembut.

Tidak lama kemudian langkah kaki seseorang terdengar jelas memasuki UKS. Ran menoleh ke arah belakang dan melihat siswi yang memakai topi PMR.

Ran tersenyum tipis pada gadis itu yang ternyata adalah Tara. Kemudian, Ran ke luar dari tempat itu dan bersembunyi di balik tembok dekat pintu UKS.

Tak lama kemudian Rey mengerjapkan mata. Ran yang melihat itu menghembuskan napasnya lega.

"Ra, lo yang nyamperin gue ke sini?" tanya Rey dan mencoba untuk duduk.

"E-mm. " Tara bingung harus menjawab apa. Ia melirik ke arah pintu dan melihat Ran yang mengangguk kecil.

"I-iya. Kan, gue petugas PMR. Lo lupa, ya?" Meski itu tugasnya, Tara merasa tidak enak hati pada Ran.

Rey tersenyum. "Makasih, ya. Ternyata lo masih khawatir sama gue. Walaupun itu emang kewajiban lo sebagai PMR, sih."

Ucapan Rey membuat Tara bungkam. Jadi cewek itu hanya bisa tersenyum kikuk.

Seharusnya lo berterima kasih sama Ran, kata Tara dalam hati.

Ran menghembuskan napas, kemudian memilih untuk melangkah pergi.

Seharusnya Ran kembali ke lapangan. Namun, cewek itu kehilangan mood. Ran memutuskan untuk pergi ke tempat kesukaannya, walaupun Ran tahu setelah itu akan dihukum oleh guru.

☁☁☁

Part 3 !!!!

Ran sabar ya... 😅😅
Rey emang gagal move on
Wkwkwk

#plak

Chapter berikutnya bakalan ada...

"MEET THE CAST"

Yang penasaran nih siapa yang bakal jadi visual di LFY :3

Ok, see you. Vomment jangan lupa :))

With love,
Tias.

Love for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang