"Nanti proposal kamu buat ulang, ya?" ucap Pak Rahmat, beliau menyerahkan kembali proposal yang Rey berikan kepadanya beberapa saat lalu, "Ada bagian yang kurang lengkap."
Rey menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Emm, buat ulang, Pak?" tanya Rey ragu. Pak Rahmat mengangguk. "Ya sudah, nanti akan saya buat ulang dan menyerahkannya pada Bapak secepat mungkin."
"Baiklah, kalau begitu kamu boleh kembali ke kelas."
Rey mengangguk patuh, lalu pergi meninggalkan ruang guru dan kembali ke kelasnya.
Menjadi Ketua OSIS memang hal yang cukup berat baginya. Rey harus mengatur ini-itu, tugas-tugas, rapat, dan lain-lain. Sekalinya ia membuat kesalahan kecil, ia harus mendengar ceramah panjang dari Pak Rahmat. Untungnya, Rey jarang membuat kesalahan selama menjabat sebagai Ketua OSIS.
Rey beruntung, perangkat OSIS selalu bisa diandalkan. Apa lagi Ran yang selalu membantunya ketika mengerjakan tugas atau proposal tanpa diminta.
Baru saja Rey ingin duduk kembali ke bangkunya. Namun, panggilan Leon dan Alan membuatya mengurungkan niat.
"Rey!" panggil Leon dan Alan bersamaan.
Rey menoleh. "Apa?"
"Lo udah ngerjain PR Matematika, kan?" tanya Alan yang diberi anggukan oleh Rey. "Pinjem, dong, gue mau salin. Biasa, belum ngerjain. Hehehe," cengir Alan.
Rey memutar bola mata malas. Kedua sahabatnya itu selalu saja seperti ini. Tidak mengerjakan PR, mereka meminjam PR-nya. Bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali.
Terkadang Rey bertanya-tanya, mereka memang lupa mengerjakan PR atau sengaja tidak mengerjakan PR agar mendapat jawaban yang benar darinya?
"Ayo, dong. Mumpung Bu Evi belum dateng," pinta Leon tak sabaran.
"Ambil di tas." Rey menunjuk tasnya dengan dagu, lalu Alan langsung mencari buku Matematika di tas Rey. Setelah mendapatkannya, Alan dan Leon langsung menyalin PR itu secepat kilat.
"Dasar," gumam Rey, lalu duduk di bangkunya. Cowok berparas tampan itu meratapi proposal yang ada di tangannya dengan resah. Semoga saja ia bisa membuat ulang proposal tersebut dengan cepat.
☁☁☁
Rey belum mengganti kaus olahraganya. Ia berjalan memasuki kelas dengan napas tersengal-sengal. Dadanya kembali terasa sesak dan sakit. Ia mencari suatu obat di tasnya untuk mengurangi rasa sakit yang sedang melanda.
Sial! Di mana, sih, obatnya?! Rey mengumpat dalam batin. Cowok itu tidak kunjung menemukan obat yang sedang dibutuhkan sekarang juga.
Rey mengeluarkan seluruh isi tasnya. Sampai akhirnya irisnya menangkap sebuah botol obat yang berisikan banyak sekali pil di dalamnya.
Kemudian, ia langsung meminum obat itu. Namun, sebelum meminumnya, Rey perlu air. Rey lupa, bahwa ia sama sekali tidak membawa air minum.
Astagfirullah ... cobaan apa lagi ini?!
Sejurus kemudian, Rey mendapati sebuah botol minum kemasan tidak jauh dari barang-barangnya yang berserakan di meja. Tanpa pikir panjang, cowok itu langsung meneguk minuman tersebut bersamaan dengan obatnya. Ia tidak peduli. Yang terpenting, rasa sakitnya hilang.
Rey duduk di bangkunya seraya menghembuskan napas lega.
Tadi, sehabis pelajaran olahraga, tiba-tiba saja dada kirinya langsung terasa sakit. Ia langsung pergi dari lapangan tanpa peduli Leon dan Alan yang mengajaknya pergi ke kantin. Rey juga tidak sempat mengganti kaus olahraganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for You
Teen Fiction"Karena gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo." Ini cerita tentang Kirana Oliveria, panggil saja Ran. Gadis yang merasakan sakitnya jatuh cinta. Memperjuangkan rasanya selama bertahun-tahun. Namun, seseorang yang dia perjuangkan selama ini tidak...