Dua bulan telah berlalu. Semua berjalan dengan baik. Ran telah memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Kini, sudah saatnya Ran menagih sesuatu pada Grace.
Ran baru saja datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Grace yang memang biasanya datang pagi sudah terlebih dahulu duduk manis di kursinya sembari memainkan ponsel.
"Grace, udah dua bulan. Lo udah lakuin apa yang gue suruh, kan?" tanya Ran.
Grace mendongak menatap Ran, cewek itu menelan salivanya perlahan. "Ini benaran jadi? Lo udah pikirin baik-baik?" Grace memastikan.
Ran mengangguk kecil. "Gue yakin, kok."
Grace mengeluarkan amplop biru muda, namun ia tidak langsung memberikannya kepada Ran. Ia belum terlalu yakin untuk memberikan itu. "Lo tahu, kan, apa yang pernah terjadi di masa lalu dia?"
"Gue tahu persis. Tapi, kejadian itu udah lama. Mungkin aja dia udah ngelupain hal itu walau belum sepenuhnya."
Grace menghela napas berat. Sebagai teman yang baik ia harus membantu Ran, walaupun dengan sangat berat hati. "Ini, ambil." Grace menyodorkan amplop biru muda itu kepada Ran. "Semoga berhasil, ya."
Ran kembali mengangguk, lalu menerima amplop itu. Sebesar atau sekecil apa pun risiko yang akan ia hadapi, biarlah ia yang menanggungnya sendiri. Ran sudah siap.
☁☁☁
Bel pertanda jam istirahat baru saja berbunyi. Setelah membereskan alat tulisnya, Ran langsung pergi meninggalkan kelas. Cewek berambut pirang itu berjalan di koridor untuk mencari seseorang.
"Leon!" panggil Ran ketika irisnya berhasil menemukan Leon yang sedang menyapa genit cewek-cewek di koridor.
Ran menghampiri Leon, lalu menarik cowok itu ke tempat yang lebih sepi.
"Eh, kenapa gue dita—" Pertanyaan Leon terhenti ketika Ran menyodorkan sebuah amplop biru muda ke arahnya. Alisnya bertaut. "Apaan, nih?"
"Surat."
"Surat? Buat siapa?" tanya Leon heran.
"Reihan Alexander."
Leon terbahak seketika. "Hari gini, kok, masih pakai surat, sih?"
Ran mutar bola matanya malas. "Pokoknya surat ini harus lo kasih ke Rey. Jangan sampai enggak." Ran menatap Leon serius. "Tapi jangan bilang dari gue, oke?"
Leon menatap Ran heran, lalu cowok itu mengangguk sambil menerima amplop biru muda yang Ran berikan.
"Makasih!" ucap Ran, kemudian pergi meninggalkan Leon yang masih diam di tempat.
☁☁☁
"Rey," panggil Leon.
"Hm?" Rey menyahut sekenanya, cowok itu fokus pada ponsel yang sedang ia genggam.
Leon menaruh amplop biru muda itu di meja Rey. "S-surat, buat lo."
Rey menatap amplop biru muda itu dengan sebelah alis yang terangkat tinggi. "Dari siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for You
Teen Fiction"Karena gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo." Ini cerita tentang Kirana Oliveria, panggil saja Ran. Gadis yang merasakan sakitnya jatuh cinta. Memperjuangkan rasanya selama bertahun-tahun. Namun, seseorang yang dia perjuangkan selama ini tidak...