▪ DUA PULUH DUA ▪

919 41 12
                                    

"Apakah kamu tahu bagaimana sakitnya memperjuangkan padahal tahu orang yang disukai tidak mengharapkan?"

____

Derum motor Leon dan Alan terdengar nyaring dari arah gerbang sekolah. Dua cowok itu memasuki parkiran sekolah dengan aksi kebut-kebutan. Mereka memang cukup mengganggu, bahkan satpam sekolah sempat menegur. Namun, Leon dan Alan tak mau ambil pusing dan menganggapnya angin lalu.

Leon membuka helm full face-nya setelah mendapat tempat parkir lebih dulu dari pada Alan.

"Lo kalah, traktir gue pas istirahat!" seru Leon.

Alan merapihkan jambulnya setelah membuka helm. Lelaki itu langsung mendelik ke arah Leon. "Lo curang tadi. Gue belum siap lo udah jalan duluan!"

"Lo aja yang lelet, segala nyisir dulu. Rambut kayak jambul ayam aja dibanggain!" cibir Leon.

"Nggak usah sirik! Intinya gue nggak mau traktir lo," ucap Alan, lalu turun dari motor sport kesayangannya.

"SEKARANG KITA LOMBA LARI KE KELAS. YANG KALAH TRAKTIR MIE AYAM SELAMA SEBULAN!" seru Alan seraya berlari menuju kelas dengan kecepatan kilat.

"BAJIGUR, LO CURANG CUMI!" Kemudian, Leon berlari menyusul Alan yang jaraknya jauh beberapa meter darinya.

☁☁☁

Ran berjalan menuju kantin bersama Ruby dan Grace. Gadis itu melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum rapat OSIS dimulai.

Sesampainya di sana, Ran, Ruby, dan Grace memilih duduk di tengah-tengah area kantin. Setelah memesan makanan, mereka bertiga berbincang ringan sambil menunggu pesanan datang.

"By the way, lo gimana sama Radit, Rub?" tanya Grace menyinggung soal hubungan Ruby dengan Radit Sang atlet karate kebanggaan sekolah.

"Nggak tahu," jawab Ruby dengan enggan.

"Maksud lo?" Ran bertanya dengan kerutan terpati di dahinya.

"Udah putus," lanjut Ruby.

"WHAT?!" ucap Grace dan Ran bersamaan. Bagaimana tidak terkejut? Mereka sama sekali tidak mengetahui hal itu. Selama ini Ruby hanya diam-diam saja.

Ruby mendengus. "Nggak usah lebay, gue sama dia udah lama pacaran."

"Kok, nggak kasih tahu gue?! Lo kapan putus? Kapan jadian?" Grace menghujani Ruby dengan berbagai pertanyaan.

"Pertama, karena lo pasti bakalan heboh kalau gue kasih tahu. Kedua, gue putus dua bulan yang lalu. Ketiga, gue jadian dua bulan yang lalu," jelas Ruby.

"Jadi, lo berapa lama jadian sama Radit?" tanya Ran masih heran.

"Lima hari."

Grace tertawa mendengar pernyataan Ruby. "Bukan jadian namanya, tapi khilaf!"

Ran terkekeh geli, bersamaan dengan pesanan mereka yang datang. "Lagian, jadian nggak bilang-bilang. Hubungan lo nggak awet jadinya."

Ruby memutar bola matanya malas. "Walaupun cuma lima hari, banyak banget kenangan gue sama Radit. Gue putus karena kita harus fokus sama ujian."

Ran dan Grace mengangguk seolah mengerti apa yang terjadi antara dua sejoli itu.

"Ran, bukannya lo ada rapat OSIS, ya?" celetuk Grace yang membuat Ran melirik arlojinya.

"Ya ampun, gue telat!" seru Ran, lalu bangkit dan berlari menuju ruang OSIS. Ia tidak memedulikan makanan dan minuman yang masih utuh di mejanya.

☁☁☁

Love for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang