▪ TIGA BELAS ▪

930 48 16
                                    

"Aku adalah hujan dan kamu adalah langitnya. Aku akan jatuh. Namun, jika sekalinya jatuh aku akan tetap kembali pada langit yang telah menjatuhkanku."

-Kirana Oliveria

____

"Terus lo bilang apa sama junior itu?" tanya Alan kepada Rey sambil mengunyah baksonya dengan lahap.

Baru saja Rey menceritakan pada Leon dan Alan. Ada seorang gadis cantik yang ia yakini adalah juniornya, gadis itu menyatakan perasaannya secara langsung kepada Rey.

"Gue bilang maaf, terus senyum, habis itu pergi," jawab Rey, lalu melahap batagornya.

"Sayang kalau ditolak! Mending buat gue aja. Kan, lumayan," celetuk Leon.

Alan memutar bola matanya malas. "Lo mau, dia-nya enggak!"

Rey tertawa geli, sedangkan Leon mencibir Alan.

"By the way, kenapa lo tolak dia?" tanya Alan lagi.

"Gue masih mau Tara," jawab Rey dengan santai.

Alan mendengus keras, ingin sekali rasanya ia mendorong Rey dari lantai tiga puluh. Sahabatnya itu memang sudah terobsesi dengan Tara. "Masih aja ngarepin yang udah jelas nggak pasti! Udah gue bilang berapa kali, sih? Move on, bro. Buka mata lo, lihat ke depan. Masih ada orang yang nunggu lo!"

"Tau! Bego banget, sih, lo. Hidup harus terus maju, Man. Nggak boleh mandek di situ aja," timpal Leon.

Rey hanya diam, tidak meladeni sedikitpun perkataan Alan dan Leon. Menganggap itu hanya angin lalu saja.

Sejurus kemudian, Rey menegadah menatap meja yang berada di depannya. Ada Tara dan Hansel di sana, mereka sesekali tertawa dan bercanda. Membuat hatinya panas melihat itu.

"Dua minggu lagi aku tanding basket sama SMA lain. Kamu nonton, ya?" ucap Hansel pada Tara. Cowok itu sengaja agak mengeraskan suaranya, karena Hansel tahu ada Rey di dekatnya. Cowok itu sengaja ingin memanas-manasi Rey.

"Pasti aku nonton!" jawab Tara sambil tersenyum.

Ini orang emang sengaja pengen buat gue kesel! batin Rey memaki Hansel. Ia sudah kesal setengah mati. Rey mengepalkan tangannya kuat, menatap tajam kedua pasangan itu.

"Najis." Rey mendengus, lalu cowok itu memukul kepala Leon yang ada di sampingnya dengan keras untuk menyalurkan semua emosinya.

"Aduh! Sakit, woy!" Leon mengusap kepalanya. "Lo kalau kesel naboknya Alan aja. Jangan gue yang jadi korban!" protes Leon.

"Tau, ah." Rey memutar bola matanya malas. Ia berdiri, lalu melangkah keluar kantin.

"Eh, ini makanan lo masih banyak!" seru Alan sebelum Rey benar-benar pergi dari kantin.

"Buat lo aja," jawab Rey dengan nada sarkastis.

☁☁☁

Ran duduk di pinggir rooftop sambil memakan es krimnya. Cewek beriris mata abu-abu itu menyumpal telinganya dengan earphone, menikmati angin yang berhembus yang menerpa wajahnya.

Love for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang