• FLASHBACK #2 •

759 29 3
                                    

"Jika waktu bisa berjalan mundur, aku ingin kenangan indah itu kembali."

___

"Kerjakan tugas yang ada di papan tulis. Jika sudah selesai kumpulkan, lalu kalian boleh istirahat," titah Bu Tuti, kemudian beliau pergi meninggalkan kelas.

Semua mengangguk, tanpa babibu lagi mereka semua langsung mengerjakan tugas itu.

Tempat duduk Ran kini ada di baris kedua. Ia bertukar posisi dengan Rey karena merasa tidak nyaman duduk di depan.

"Ran," panggil Rey, cowok itu berbalik menghadap Ran.

Ran yang sedang asyik menulis itu mendongak menatap Rey.

"Gue punya sulap, lihatin deh." Rey langsung melakukan aksinya. Cowok itu menyatukan dua buah pembatas buku, menyobeknya, lalu membukanya kembali.

"Lihat, jadi ada dua, kan?"

Ran mengernyit, itu trik sulap teraneh yang pernah ia lihat. Namun, entah mengapa itu bisa membuatnya tertawa.

"Apaan, sih? Nggak jelas banget."

Rey terkekeh, lalu cowok itu kembali menghadap depan untuk mengerjakan tugasnya. Rey memang suka membuat orang lain tertawa, itu kebiasaannya sejak kecil. Tak peduli sereceh atau seaneh apapun leluconnya, Rey tetap akan membuat orang itu tertawa.

Ran masih tertawa kecil sembari menatap pembatas buku itu, lalu tatapnya beralih ke arah punggung Rey. Entah dorongan dari mana Ran bisa tertawa, intinya Ran sangat bahagia sekarang.

Ran suka Rey. Gadis itu membatin.

☁☁☁

Bel pulang sekolah telah berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Namun, Ran masih berada di lobi sekolah.

Gadis itu menunggu hujan reda, sebab ia tidak membawa payung. Padahal, Ran harus berjalan menuju halte karena pulang menaiki angkutan umum.

Ran mendengus, ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

"Eh, Ran. Lo belum pulang?" tanya Rey yang entah sejak kapan berada di samping Ran.

Ran agak sedikit terkejut, gadis itu langsung menoleh ke arah Rey.

"N-nggak bawa payung."

"Emang lo nggak dijemput?"

Ran menggeleng.

"Mau bareng gue nggak? Kita, kan, satu kompleks!" tawar cowok itu.

Dahi Ran berkerut, bahkan ia tidak tahu jika Rey satu kompleks dengannya.

"Oh, ya? Dari mana kamu tau?" tanya Ran heran, membuat cowok itu menunjukkan senyum termanisnya.

"Oh, ya? Dari mana kamu tau?" tanya Ran heran, membuat cowok itu menunjukkan senyum termanisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa, sih, yang Rey nggak tau!"

Gadis itu terkekeh. "By the way, bawa payung nggak?"

Rey mengangguk, lalu mengeluarkan sesuatu di balik punggungnya seraya menyengir lebar.

"Nih."

Lagi-lagi Rey berhasil membuat Ran terawa renyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi Rey berhasil membuat Ran terawa renyah. Rey tidak sengaja menemukan daun itu ketika berjalan ke sini dan ingin ia bawa pulang untuk dijadikan koleksi.

"Ya ampun, Rey. kamu kira kita kurcaci? Masa pakai daun kecil begitu," ucap Ran di sela-sela tawanya.

"Gue bercanda, Ran." Rey terkekeh kecil. "Gue nggak bawa payung, tapi bawanya jas hujan. Nggak apa-apa?"

Ran meredakan tawanya, lalu mengangguk.

Dia lucu, Ran suka.

☁☁☁

Saat itu, kelas 7-1 sedang pelajaran olahraga. Mereka semua tengah berada di lapangan, termasuk Ran yang kini duduk di pinggir lapangan seraya meluruskan kakinya. Mata gadis itu menjelajah sambil meneguk air putih.

Ran menangkap manik mata Rey yang sedang melihat ke arahnya sembari tersenyum tipis. Gadis itu terkesiap, ia buru-buru memalingkan pandangannya.

"Hai, Ran!" sapa Rey, cowok itu duduk di samping Ran.

"Hai." Ran tersenyum.

"Oh, iya. Lo belum terlalu hapal isi sekolah ini, kan?" tanya Rey.

Ran mengangguk.

"Nanti gue ajak keliling sekolah, ya. Hitung-hitung mini tour, gue juga mau kenalin lo sama seseorang," ajak Rey.

Ran mengangguk antusias. "Mau! Emang siapa orang yang mau kamu kenalin?"

"Liat aja nanti-awh." Rey meringis pelan. Penyakitnya memang sering kambuh jika sedang olahraga. Sekarang jantungnya berdenyut hebat.

Rey meremas celana olahraganya, berusaha meredam sakit yang menjalar di dada.

Rey memang sudah mengidap penyakit menyiksa ini sejak kecil. Ia juga belum mendapatkan pengobatan yang lebih intens untuk penyakitnya. Hanya obat-obatan karena untuk melakukan operasi umurnya masih terlalu muda.

"Kamu kenapa?" tanya Ran yang menyadari perubahan air muka cowok itu.

"N-nggak." Rey tersenyum. Namun, itu membuat Ran semakin bingung.

"Kamu sakit?" tanya Ran curiga.

"Gue nggak apa-apa, Ran," Rey masih mengelak. Ran pun mengangguk sambil membulatkan mulutnya.

☁☁☁

HALO ZEYEENGG

SELAMAT DATANG KEMBALI DI LAPAK AKUUUU. Gimana chap kali ini?? Pendek ya? Wkwkw.

Setiap chapter flashback yg aku tulis gk lebih dari 1000 kata. Biar kesannya singkat dan nggak bertele-tele :))

Okeee sampai jumpa dipart selanjutnya.

Bubay, vomment jgn lupa.

With love,
Leon yg gk nongol-nongol 💙

Love for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang