"Satu yang kuinginkan saat ini. Bukan memilikimu sepenuh hati, namun bisa bersamamu walau tanpa status yang pasti."
____Deting sendok yang beradu dengan piring terdengar jelas di telinga Ran. Suasana kantin memang sedang ramai-ramainya. Sebab, saat ini adalah puncak para siswa mengisi perutnya dengan makanan setelah kurang lebih empat jam berkutat dengan buku pelajaran. Namun, walaupun begitu tetap saja Ran merasa sepi. Padahal ada Ruby dan Grace yang sedari tadi mengoceh tak henti-henti.
"Ran, lo bengong melulu, sih? Dari tadi nuang sambal nggak kelar-kelar," celetuk Grace yang menyadarkan Ran dari lamunannya.
Niat Ran tadi memang menuang sambal untuk baksonya, namun tak lama tatapan Ran menjadi kosong.
"Eh, iya," sahut Ran, lalu mulai melahap baksonya. Bukan tanpa alasan Ran seperti itu. Ia terus teringat tentang kejadian beberapa hari lalu saat Rey datang ke rumahnya dengan tidak ikhlas.
"Lo kenapa? Rey lagi, ya? Udahlah, orang kayak begitu nggak usah dipikirin," ucap Ruby setelah menyeruput es jeruknya.
Rumor tentang Ran dan Rey memang sudah menyebar disatu angkatan. Bahkan, hampir seantero sekolah tahu tentang rumor itu karena Rey dan Ran adalah murid yang cukup terkenal di sekolah.
Ran hanya diam sambil menunduk dalam. Kini cewek itu hanya mengaduk-aduk baksonya yang masih banyak.
"Ran, masa waktu itu Rey pernah bilang sama gue kal—" Mulut Grace terkatup begitu saja ketika Ran menyela ucapannya.
"Udah tahu dan gue nggak mau ngebahas itu," sela Ran. Setelahnya terdengar helaan napas panjang dari cewek itu. "Gue lihat sendiri. Jadi, lo nggak usah jelasin itu lagi." Nada bicara Ran terdengar naik satu oktaf.
"Ran, kalau itu buat lo frustrasi jangan dipikirin terus." Ruby yang berada di samping Ran mengusap punggung cewek itu lembut, berusaha memberi sedikit kekuatan untuk Ran.
"Maaf, Ran. Mending lo makan aja. Sayang tuh bakso lo dianggurin," ucap Grace.
Ran menggeleng pelan. "Gue nggak laper. Kalau lo mau makan aja bakso gue." Setelah mengatakan itu Ran bangkit berdiri, membuat Grace dan Ruby mengernyit heran.
"Lo mau kemana?" tanya Ruby.
"Kemana aja yang bikin gue tenang," jawab Ran lalu pergi meninggalkan kantin.
Tanpa mereka sadari, dari tadi ada yang terus menatap cewek berambut pirang itu seraya tersenyum miring.
☁☁☁
Jam menunjukkan pukul tiga sore. Ran telah berada di dalam ruang musik sambil memangku gitar akustiknya. Hari ini adalah jadwal latihan ekskul musik, namun satu orang pun yang mengikuti ekskul belum hadir di sini. Termasuk Alan dan Leon.Ran memutuskan untuk bermain gitar sembari menunggu kedatangan mereka semua.
Nada yang dikeluarkan dari petikkan gitar Ran terdengar indah. Ia mencoba membuat nada yang pas untuk lagunya.
Kunci B dan F tadinya adalah masalah besar untuk Ran. Tetapi, seiring berjalannya waktu ia bisa menguasai kedua kunci itu. Sekarang masalah besar baginya adalah Leon dan Alan. Mereka selalu bertengkar setiap saat, membuat kepala Ran berdenyut hebat ketika mengajarkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for You
Teen Fiction"Karena gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo." Ini cerita tentang Kirana Oliveria, panggil saja Ran. Gadis yang merasakan sakitnya jatuh cinta. Memperjuangkan rasanya selama bertahun-tahun. Namun, seseorang yang dia perjuangkan selama ini tidak...