Hei, apa kabar grandpa ?
Tengah apa kau disana ?
Selamat hari JUMAT kemarin lusa,
Untukmu dan kawan-kawan lama.Kau masih tampak gagah dibawah besi karat sang saka.
Yang tak berkibar meski diterpa sekencang-kencangnya angin muson utara.
Apakah ini sebuah pertanda ?Sewaktu sukma masih berada didalam rongga dada, ku bertanya ;
Berapa pecundang yang kau terjang, pejuang ?
Berapa peluru yang kau lesatkan ke berbagai penjuru ?
Berapa kepala yang kau jadikan bandang tulang belulang ?Dengan kekeh enteng sambil menghisap tembakau yang berpadu dengan hangatnya segelas teh, kau bertutur ;
Aku mengasah bambu hingga muncul anak-anak sembilu.
Ku-asuh hingga runcing ujungnya menyaingi taring-taring.
Hingga lontarannya dapat membelah sempurnanya purnama.Aku mengaum laksana singa yang kelaparan akan pengakuan
Melolong layaknya serigala yang kehausan darah-darah kemanusiaan
Lari bak harimau yang mencari-cari makna tentang arti kemenanganAku berteriak lantang hingga bahanannya menggelegar melebihi sambaran halilintar.
Kukatakan pada mereka ;
"PERGI ATAU KUBENAMKAN TOMBAKKU TEPAT DIULU HATI, ANGKAT KAKI ATAU ESOK KALIAN TAK AKAN PERNAH LAGI MELIHAT MENTARI!"
Kukejar mereka, kutatap nyalang mereka, kutampar satu persatu wajah mereka dengan beringas, hingga mereka hengkang dari padang nusantara.
Kukobarkan semangat tanpa ada rasa putus asa,
Kukorbankan segenap nyawa jiwa raga untuk sebuah kata ; "MERDEKA.-"
.
.
.
Sayangnya, setelah mati-matian mengupayakan.
Masih banyak juga yang belum mencicipi sepeser kebahagiaan.
Sebab disini, dinegeri tirani,
Hanya nama-nama besar yang diamati.
Selebihnya terkapar, mati.Bagaimana mau menangguhkan, sisa dari kalian sudah amat sangat senja.
Hanya bisa berserah sampai maut menjelma.
Jarang ada perlakuan keadilan secara menyeluruh.
Tumpang tindih,
yang diatas tambah ditumpang,
Yang dibawah makin ditindih.
Tentunya oleh para perut-perut buncit yang kerjanya dikit-dikit, sedekahpun diperirit.Selamat hari minggu, Selamat datang di Negeri Tumpang Tindih.
Sekadar mengingatkan, menerangkan, sekaligus menegaskan, bahwasannya ;
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." Soekarno-Sleman, 12/11/17
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAH
PoetrySajak-sajak sampah sekaligus payah. Sudah begitu saja(k). Baca silahkan, tidak minat ya saya baca sendiri.