Halte itu kini menjadi sepi sejak tak lagi kau singgahi
Angkutan kota enggan menepi, sebab tak ada seorangpun yang tengah menanti
Hanya ada sekerumunan semut mengerubungi sisa es krim yang kubiarkan meleleh malam tadi
Arloji serasa berhenti, matiDua tahun entah lebih berapa hari,
Ketika terakhir kali kutatap tanganmu melambai,
Kau bilang, "berbiasalah! semua pasti terlewati."
Tapi sekali lagi
Arloji seakan berhenti, matiSesaat setelah punggungmu tak lagi mampu kusiasati
Langkahmu tak lagi mampu kusejajari;
Egomu tak lagi mampu kuakhiri;
Baik juga kita tak menjelma apa-apa, kemudian matiWaktu semakin gemar menjadi purba tanpa makna
Membiarkan bayang akan jenaka senyummu tak kunjung sirna
Dari segala angan yang tak ingin menjadi fana
Pada sepasang mataku yang terkatup menerbangkan do'a-do'a24/04/18-
Jogja-bandung
featuring FETRILOGI
Mungkin ia tak berkenan, saya yang berkenan, mungkin saya yang terlalu merasa seseorang berkenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAH
PoetrySajak-sajak sampah sekaligus payah. Sudah begitu saja(k). Baca silahkan, tidak minat ya saya baca sendiri.