- 14 -

842 90 1
                                    

Sebuah pertemuan penting tiba-tiba diadakan. Yoongi yang berniat ingin hibernasi di musim dingin terpaksa harus pergi ke kantor. Sebenarnya pergi ke kantor juga salah satu kewajiban seorang presdir, tetapi Yoongi terlalu malas untuk itu.

"Topik hari ini adalah mengenai presdir yang menjalankan proyek besar yang bekerja sama dengan lembaga dana pensiun. Bagaimana bisa seorang presdir yang memiliki rasa paranoid parah akan memimpin perusahaan dan proyek dengan baik?" tegas Hoseok.

"Mwo?" Yoongi sangat terkejut karena ucapan Hoseok. Ia tidak tahu jika pertemuan itu akan membahas dirinya. Yang terlebih penting, darimana Hoseok tahu phobia yang dideritanya?

"Tidak penting darimana saya mengetahui itu, tetapi kalian bisa melihat video ini."

Sebuah video ditayangkan di layar dan televisi yang berada di ruangan itu. Semua orang terkejut. Terlihat Yoongi yang berubah menjadi putih pucat dan berteriak kesakitan di lantai. Bahkan kulit Yoongi hampir berwarna biru.

"Jungjihabsisio!" Seru Park Changmin. (tolong hentikan)

"Bagaimana seorang presdir memiliki penyakit yang parah seperti itu?" Sindir Hoseok.

"Tetapi kalian tidak pernah melihatku mengacau di kantor. Semua proyek kujalani dengan baik dan bisa terlaksana." Yoongi membela diri.

"Selama ini memang tidak pernah, tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi hari esok. Aku harap pihak lembaga dana pensiun tidak mengambil keputusan yang salah." Hoseok menegaskan.

"Hoseok-ssi. Apakah kau sengaja melakukan ini agar kau bisa mengambil alih proyek itu?" tanya Yoongi dengan santai.

"Seperti itulah bisnis." jawab Hoseok sambil menyeringai.

Yoongi tidak pernah menyangka pertemanannya dengan Hoseok akan kacau karena urusan bisnis.

Hasil pertemuan hari ini belum menemukan titik terang. Yoongi tetap melanjutkan proyek itu meskipun lembaga dana pensiun belum mengklarifikasi akan tetap berada di Daebuild atau berpindah ke Hope Company.

***

Hari ini Jimin hendak mengenalkan Yoora dengan Arin. Ia hanya ingin agar sahabatnya bisa dekat dengan orang yang ia sukai.

Yoora yang datang pun terkejut. "Apa aku salah? Maaf menganggu kalian."

"Aniya. Kemarilah, aku ingin kalian berkenalan." kata Jimin.

Yoora pun duduk di samping Arin. Setelah itu Jimin mulai memperkenalkan. "Jadi, Arin, dia Yoora orang yang hampir kutabrak di Busan, aku pernah menceritakan padamu kan?"

Setelah Arin mengangguk, Jimin melanjutkan, "Yoora, dia Arin, kami berteman sejak kecil."

Yoora dan Arin pun saling berjabat tangan dan kembali menyebutkan nama mereka masing-masing.

"Jamkkanman, sepertinya aku pernah melihat foto gadis kecil yang wajahnya seperti Arin. Tetapi dimana ya?" Yoora berusaha mengingat.

"Di rumah Yoongi. Kau pasti melihat 7 anak laki-laki dengan seorang anak perempuan, dan itu Arin." jawab Jimin.

"Ah maja." sahut Yoora setelah ia mengingatnya.

"Oh, Yoora-ssi mengenal Yoongi?"

Yoora mengangguk. "Aku mengenalnya karena Jimin."

"Sepertinya kau suka memperkenalkan seseorang kepada yang lain Jiminie." Arin tertawa kecil.

Setelah beberapa saat, Jimin pamit karena ia harus mengikuti tes tahap awal di universitas.

"Yoora, apa kau tahu? Aku sangat ingin memiliki seorang teman dekat yang bisa kubagi semua ceritaku. Aku harap kita bisa berteman baik."

"Tentu saja. Kau bisa mengungkapkan segala hal kepadaku."

"Aku tahu itu. Jimin berkata bahwa kau adalah pendengar yang baik." Mendengar ucapan Arin membuat Yoora tertawa.

"Aku pernah mengagumi Yoongi."

Perkataan itu membuat Yoora terkejut.

"Ani. Aku pernah menyukai Yoongi. Tetapi kini semua rasa itu telah musnah."

"Wae? Aku tidak pernah mendengar Yoongi mengatakan bahwa dia menyukai seorang gadis atau berkencan."

"Itulah yang selama ini mengganggu pikiranku. Aku dan Yoongi sudah berteman lebih dari 13 tahun, tetapi tidak sekalipun ada yang mendengar jika Yoongi menyukai seseorang."

Yoora hanya terdiam. Ia belum mengerti seluruh masalah yang dialami Arin sehingga ia tidak berani berkomentar atau memberi saran.

"Dia adalah orang yang dingin, berpendirian keras, tetapi berhati lembut. Awalnya aku mengira dia berbuat itu hanya kepadaku, ternyata tidak. Saat Jimin sakit, Yoongi seharian menemani Jimin di rumah sakit, dia sangat peduli kepada Jimin. Ketika Jimin tersadar, dia akan kembali bersifat ketus, tetapi aku bisa melihat sorot matanya yang merasa sedih karena teman baiknya sakit."

Arin menghela napas.

"Dia bersikap sama kepada semua orang. Itu yang membuatku tidak bisa meneruskan perasaanku padanya. Semuanya sama saja, dia menganggapku teman baiknya, dan itulah yang membuatku mundur secara perlahan. Aku harap dia mendapatkan gadis yang bisa mengerti dirinya."

"Apa kau masih sedih karena tidak bisa bersama Yoongi?"

Arin tersenyum. "Tidak. Aku masih memiliki Jimin yang bisa mengertiku. Atau Jungkook, walaupun aku pernah mendengar jika Jungkook akan dijodohkan, tetapi dia masih bersikap sama denganku. Mereka berdua adalah orang yang sangat mengerti perasaanku."

"Kalau begitu, mulai sekarang, kau harus lebih peka terhadap sekitarmu. Terkadang ada orang yang berbuat lebih kepada orang yang dia sukai karena tidak berani mengungkapkan perasaannya."

"Dangsineun museun?" (apa maksudmu)

"Aniya. Lupakan saja." Yoora berusaha tertawa meskipun tidak ada hal lucu disana. Ia merasa jika Arin adalah orang yang dikagumi Jimin, sehingga ia bisa mengatakan itu.

"Yoora-ssi, apa kau sedang mengagumi seseorang?"

"Aniya, eopseum." jawab Yoora dengan cepat. Tetapi ia sadar, jika caranya menjawab malah menunjukkan bahwa dia sedang mengagumi seseorang. (tidak, tidak ada)

Arin hanya terdiam. Ia belum bisa menilai seperti apa orang di dekatnya itu.

Yoora menanyai dirinya sendiri dalam hati, Apakah aku seperti Arin?

***

vote yaa kalo suka chapter ini~~

phobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang