- 18 -

755 70 2
                                    

Jimin mendatangi rumah Yoongi untuk mencari kejelasan mengenai perbuatan Yoongi yang membentak Yoora. Ia berusaha bersikap netral disana karena pada dasarnya Yoongi dan Yoora adalah temannya.

Ia bertemu Kang Doryeom yang sedang membawa makanan pesanan Yoongi.

"Ahjussi, apa Yoongi di dalam?"

"Iya. Kau mau menemuinya?"

Jimin mengangguk. "Tumben sekali ahjussi memesan makanan." katanya setelah melihat kotak paket makanan yang dibawa Kang Doryeom.

"Bukan. Lebih baik aku membuat makanan untukku sendiri. Ini pesanan tuan, aku hanya mengantarkan. Biasanya beliau menunggu Yoora tetapi mungkin Yoora sedang ada halangan sehingga beliau memesan makanan." jelas Kang Doryeom, yang tidak tahu masalah diantara dua orang itu.

"Biar ku bawa saja. Ahjussi bisa melanjutkan pekerjaan." Jimin menawarkan.

"Ah baiklah, kamsahamnida."

Jimin mengangguk sebentar sambil tersenyum, lalu membawa makanan itu masuk ke rumah Yoongi.

Ia mengetuk pintu rumah Yoongi seolah dia adalah Kang Doryeom.

"Aku kira kau ahjussi dan harus repot membukakan pintu untukmu." Yoongi mendengus.

"Dimana harus ku letakkan ini?" tanya Jimin sambil mengangkat kotak makanan itu.

Yoongi pun mengambil makanan itu dan membawanya ke meja makan. Ia mulai membuka paket itu dan mengeluarkan beberapa jenis makanan.

"Kau sudah makan? Aku memesan cukup makanan untuk dihabiskan dua orang. Makan saja."

"Aniya. Aku ambil minum saja." ucap Jimin seraya berjalan menuju drink machine.

"Kau bilang tidak akan minum soda."

Jimin tertawa kecil. "Aku tidak akan melanjutkan karierku sebagai model."

"Wae? Orang-orang akan mencarimu di majalah dan kau akan menggentarkan Seoul karena seorang model tampan menghilang secara misterius."

"Aigoo kau ini hampir membuat keputusanku goyah." Jimin terkekeh. "Tetapi aku tetap berhenti dari dunia model."

"Jika kau diminta menjadi model atau ambasador produk ternama, kau akan menolak?"

Jimin berpikir sejenak. "Mmm mungkin tidak. Sebenarnya, menjadi dokter adalah cita-citaku sejak kecil, bukan dunia seperti yang kujalani itu."

Yoongi yang sedang makan pun tersedak. "Mwo? Aku tidak tahu ternyata seorang Jimin sangat ingin masuk bidang kedokteran. Tapi, saat kau memakai kacamata kau memang terlihat seperti dokter."

"Aigoo... tidak usah memuji seperti itu. Aku kesini untuk membahas hal penting." Wajah Jimin menjadi lebih serius.

Seolah membaca pikiran orang dihadapannya, Yoongi pun berkata, "Yoora? Apa lagi yang ingin kau bahas tentangnya."

"Dia tidak bersalah. Kau salah paham. Dia dan Hoseok--"

"Tidak perlu membantunya. Kalau dia tidak mau kembali lagi ya sudahlah biarkan. Aku bisa mencari asisten lain."

"Yoongi, dengarkan dulu. Aku tahu kau pasti sangat kecewa, tetapi apa yang kau lihat belum tentu kebenarannya." tegas Jimin.

"Iya, terimakasih atas ceramah panjang lebarmu itu. Aku ada urusan di kantor Jungkook, kau mau ikut atau tetap disini?"

"Aku pulang saja. Aku harap kau bisa memikirkan baik-baik." kata Jimin sebelum meninggalkan rumah Yoongi.

Tidak lama, Yoongi pun keluar dan pergi ke kantor Jungkook.

Jungkook menyambut kedatangan Yoongi dikantornya. Jungkook tidak terkejut karena sebelumnya Yoongi sudah mengirim pesan jika ia akan mendatangi kantor itu.

"Ada apa?" tanya Jungkook setiba Yoongi di dalam ruangannya.

"Kau ingat proyek besar yang bekerja sama dengan lembaga dana pensiun itu? Aku pernah menceritakannya padamu."

"Oh wae?"

"Aku membutuhkan beberapa model rumah untuk proyek itu. Apa kau bisa membantuku?"

"Tentu."

Jungkook pun bangkit dan mengambil laptopnya. Ia mencari folder yang menyimpan berbagai model rumah mulai dari yang sederhana hingga mansion.

Setelah melihat-lihat rumah itu, Yoongi menemukan pilihannya.

"Biayanya akan ku transfer nanti. Jika sudah mulai pembangunan, aku harap kau bisa mengirim orang-orangmu untuk memantau disana." pinta Yoongi.

"Sudah pasti. Oh iya kau mau minum apa?"

"Terserah saja."

Mereka mengobrol banyak hal seraya menunggu minuman mereka datang.

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah bertemu dengan Arin?"

"Belum. Aku belum memiliki waktu yang tepat."

"Aku rasa kalian harus segera memberi kejelasan satu sama lain."

Yoongi hanya mengangguk mendengar nasihat Jungkook.

***

Ditempat lain pada waktu yang sama, Jimin sedang sibuk menyusun strategi yang sudah ia pikirkan baik-baik.

Ia kembali masuk ke area mansion Yoongi.

"Tuan kembali? Ada apa?"

Jimin pun membuka kaca mobilnya lalu berkata, "Aku meninggalkan ponselku di dalam. Aku ijin untuk mengambilnya boleh, ahjussi?"

"Silakan saja. Tidak perlu sungkan." jawab Kang Doryeom.

Setelah itu Jimin langsung masuk ke rumah Yoongi.

Sebenarnya, ia tidak kembali untuk mengambil ponsel--yang tidak tertinggal. Ia pergi untuk mencari kebenaran mengenai tuduhan kepada Yoora. Jimin langsung menuju ruang kendali cctv di lantai atas.

"Harusnya ada rekamannya hari itu. Mengapa Yoongi tidak mencari dan melihatnya sendiri?" Gumam Jimin.

Ia terus mencari rekaman agar ia juga mengetahui kebenarannya.

"Damn!" Pekik Jimin ketika ia melihat video rekaman itu. Ia sangat terkejut karena ia kini mengetahui pelakunya.

"Seokjin hyung."

***

phobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang