- 16 -

786 75 0
                                    

Yoora menerima panggilan dari teman sekolahnya.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Mwo? Bagaimana bisa? Aku akan ke rumah duka setelah menyelesaikan tugasku."

Ia pun langsung pergi ke rumah Yoongi dan memasak sarapan untuk Yoongi. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi dan ia sudah sibuk menyiapkan sarapan.

Yoora harus sampai di rumah duka sebelum jam 8. Teman sekelasnya, Jung Hyeri, meninggal setelah leukimia yang menyerang sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Hyeri adalah salah satu siswi pandai di kelasnya. Peringkatnya tidak pernah keluar dari 3 besar. Tetapi penyakitnya kini merenggut nyawanya.

Setelah selesai menyiapkan makan pagi untuk Yoongi, ia menuliskan pesan di sticky note dan menempelkannya di tempat yang bisa dibaca oleh Yoongi.

Ia pun segera pergi ke rumah duka seperti yang dikatakan Dayoung, teman dekatnya.

Dengan bus, ia sampai di rumah duka itu. Orang-orang berpakaian hitam memenuhi tempat itu.

"Ahjumma." Panggil Yoora seraya berjalan mendekati ibu Hyeri.

"Aku turut berduka cita karena kepergian Hyeri. Aku harap ahjumma tidak mendapat kesedihan yang berlanjut-lanjut." kata Yoora.

"Terimakasih sudah datang. Setidaknya kini Hyeri tidak merasa kesakitan lagi. Aku sendiri yang menyaksikan betapa dia menahan rasa sakitnya."

Yoora memeluk ibu Hyeri. "Ahjumma, ini yang terbaik untuk Hyeri. Berjanjilah ahjumma tidak akan menangis lagi setelah hari ini. Hyeri tidak akan senang jika ahjumma masih menangisinya."

"Ahjumma janji."

Setelah beberapa saat, Yoora pamit ingin pergi menemui teman-temannya, sekalian reuni.

"Dayoung!" Panggil Yoora.

"Oh? Yoora? Apa kabar?"

"Aku baik. Kita harus pergi bersama lain waktu." Ajak Yoora.

"Pasti. Maaf aku harus kesana, ibu Hyeri menungguku."

Yoora pun mengangguk, mengijinkan. Beberapa saat kemudian, ia menemukan seseorang yang bukan lain adalah Chaeyoung.

"Aku kira kau belum tahu. Baru saja aku hendak menghubungimu." kata Yoora yang berjalan mendekati Chaeyoung.

"Aku sudah diberi kabar tadi."

"Chaeyoung, kau masuk sekarang atau nanti?" tanya Taehyung. Pria itu juga datang ke rumah duka.

"Kau duluan saja." Saran Chaeyoung.

"Taehyung juga mengenal dia?" Yoora penasaran.

"Aku mengenal saudaranya, jadi menurutku aku juga harus datang." jawab Taehyung sebelum pergi meninggalkan dua gadis itu.

"Aku kira kau tidak akan datang karena memasak untuk Yoongi." ledek Chaeyoung.

"Hyeri selalu membantu tugasku dulu, sekarang aku sangat merasa kehilangan, jadi mana mungkin aku tidak datang?"

"Iya kau benar. Dia dengan cuma-cuma membantu kita, dan sekarang kita belum bisa membalasnya. Apa yang bisa kita lakukan sekarang?" Wajah Chaeyoung menjadi sendu.

"Aku tidak tahu. Setidaknya kita harus selalu mendoakan dia. Lebih baik kau masuk dan temani Taehyung, aku juga akan pulang setelah ini."

"Sampai bertemu lagi." kata Chaeyoung.

Yoora pun pergi setelah teman baiknya itu masuk. Ia menuju halaman depan yang juga merupakan area parkir. Disana ia bertemu seseorang yang sudah lama tidak ia temui.

"Oppa!" Panggilnya.

Seseorang yang ia panggil pun langsung menoleh.

"Yoo-ra?" Tanya orang itu, ragu.

"Hoseok oppa masih ingat aku kan?"

Orang itu adalah Hoseok, kakak sepupu Hyeri, sehingga wajar Yoora mengenalnya karena saat masih sekolah Hoseok sering menjemput Hyeri sekolah.

"Gomawo kau sudah menyempatkan waktumu untuk datang."

Yoora hanya tersenyum menanggapi Hoseok.

Tanpa ada yang menyadari, Yoongi memandangi kedua orang yang tampak akrab itu dari kejauhan.

***

Yoora kembali ke rumah Yoongi pukul 11 pagi, sebelum jam makan siang. Ia langsung masuk seperti biasa.

Ketika sampai di depan pintu dan mengucapkan salam, ia dikejutkan oleh Yoongi yang memandanginya.

"Kau tidak memiliki urusan di luar rumah?" tanya Yoora.

"Aku memilikinya tetapi itu sudah selesai." jawab Yoongi dengan santai.

"Mau makan apa?"

"Buat makanan terbaik yang bisa kau buat."

Yoora mengangguk sejenak lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur.

Setelah beberapa saat berlalu, makanan itu sudah siap. Yoongi pun mendatangi dapur dan mengelilingi meja makan.

"Apa yang kau lakukan? Duduk saja di tempat biasanya kau duduk." Yoora terkekeh.

Bukannya duduk, Yoongi malah mengeluarkan beberapa foto.

"Ya! Apa ini?! Jelaskan! Apa yang kau lakukan dengan Hoseok?" Suara Yoongi meninggi.

"A-apa masalahmu? Aku--"

Brakk!!

Yoongi memukul meja makan yang berwarna putih itu.

"Video rekaman diriku terbongkar ke perusahaanku, hanya kau dan ahjussi yang bisa bebas berada di rumah ini. Dan tadi, kau bersama Hoseok. Bukankah itu menjelaskan semuanya?!"

"Mworago? Dangsini museun?" (apa katamu?apa maksudmu?)

"Ya!" Seruan itu bersamaan dengan Yoongi yang menggeser semua makanan, tepatnya membuang semua makanan itu. Seketika lantai area dapur menjadi kotor dan penuh dengan makanan.

Yoora terdiam. Ia ingin membantah tetapi bibirnya tidak mampu berkata-kata. Air mata sudah membasahi pipinya.

Semua yang ia pikirkan tentang Yoongi salah. Terlihat dingin tetapi berhati lembut? Cih! Itu hanya ada dalam cerita fiksi.

Yang dipikirkan Yoora saat ini adalah bagaimana dia bisa keluar dari rumah itu dan melupakan semuanya, bahkan mungkin tidak akan kembali ke rumah itu.

"Lakukan saja sesukamu. Aku tidak peduli. Aku hanya berharap tidak ada lagi orang yang mudah berkhianat sepertimu."

"Yoongi-ya.."

"Ka." (pergilah) kata Yoongi dengan suara yang lebih kecil dan lemah dari sebelumnya.

Tidak mau mengambil risiko, Yoora segera meninggalkan rumah itu. Masih dengan air mata yang tidak mau berhenti.

Yoongi terduduk di dekat meja makan. Memeluk kedua lututnya. "Hal yang paling ku benci dalam hubungan adalah sebuah pengkhianatan."

***

phobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang