Lampu di kamarku masih menyala. Baling-baling hijau itu masih berisik berputar-putar. Aroma apel hijau begitu segar. Tapi nyatanya pikiranku tak bisa istirahat barang sebentar. 01.58 dini hari belum juga tidur. Bagaimana mungkin nanti bangun untuk mendoakan ayah ibu dan pangeran masa depanku.
Insomnia membuatku berkhayal lagi, berkhayal terus, Lupakan dia, Nisa. Jika Fathan benar teman dekatmu dia akan sadar bahwa kamu tidak bersalah. Malamku akan berujung telat sholat malam, dan mata sembab ini besok akan terlihat oleh Fathan.
Ya, Fathan adalah teman dekatku yang mungkin sekarang pertemanan kami sedang diuji. Aku juga tak mengerti dengan perubahan sikapnya yang sekarang lebih diam, diam-diam melupakanku.Ferrum
Assalamualaikum Nisa, aku mo minta maaf ya yg tadi. Aku tau kamu belum tidur. Bantuin tugasku dong sekarang. Jangan pura pura tidur Allah Maha Mengetahui.Astaghfirullah mengapa dia membawa Allah. Hari ini dia mengabaikanku dan sekarang dia menggangguku dengan menyebut asma Allah. Dia pasti paham kalau aku tak mungkin mendiamkannya lama, tapi apa dia tak sadar aku juga dikaruniakan rasa kecewa. Ah sudahlah sesekali mendiamkannya mungkin akan jadi pelajaran untuk kedepan.
Prang
Aku tak bisa mengabaikan si pembuat onar satu ini. Ah tidak tidak di hadapan orang lain dia manis sekali tapi lihat, dia tidak sopan melempari jendelaku dengan kerikil terus menerus.
"Kamu nggak tau ini jam berapa?", tanyaku geram karena ingat pagi tadi dia menyapaku saja tidak.
"Hehe aku tau kamu nggak bakal tega sama aku, Nis", jawab si bocah tanpa rasa bersalah.
"Iya iya, Fathan. Insyaallah aku bantuin. Cepet kirim email, sebelum ibu kos bangun. Sudah ya, jangan ngelemparin batu lagi, assalamualaikum", pamitku sembari menutup jemdela kamarku.
Astaghfirullah, aku kadang berpikir, jika Fathan tidak membutuhkanku apakah dia masih akan memperlakukanku dengan baik. Hembusan nafasku terdengar kasar. Segera kucek emailku dan kubantu tugas Fathan yang kujanjikan tadi.
03.00
Ferrum
Nis, makasih banyak ya. Aku selalu ngrepotin wkwkBegitulah, aku selalu luluh padanya. Pada segala kesalahannya. Tak ada kata protes selama ini semua kesalahannya terhapus tanpa diminta. Tak ada celah meski aku kadang juga merasa sakit. Allah maafkan aku yang tak pernah letih memohon untuk menjagakan Fathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Subuh
Teen FictionFathan bukan lelaki sempurna, hanya seseorang yang menjadi impian Nisa. Sederhana dan bagus agamanya. Bersahabat sejak lama, dan dengan sadar menaruh rasa. Nisa paham rasa itu tidak pantas disampaikan, dengan diam ia berharap Fathan mengerti dan men...