Arti Pertemanan

124 11 0
                                    

Aku sudah cukup membaik. Sadar jika aku tak boleh mendiamkan Fathan padahal dia tak tahu letak masalah nya. Allah bantu aku menghadapi satu hari ini, insyaallah aku bisa menghadapinya tanpa menangis.
Langkahku lebih ringan kali ini. Ya aku lebih senang berjalan kaki menuju kampus.

Hingga mata kuliah telah usai aku masih dengan mood baikku. Kulangkahkan kaki menuju taman kampus. Aku sudah bersiap menyapa Fathan, tapi kuurungkan. Allah aku tidak boleh marah atau menangis sekarang. Mungkin Kak Fathan memang akan mengkhitbah Mawar. Aku kan juga sudah menduganya, lantas kenapa masih terkejut. Sangat konyol.
Samar samar kudengar percakapan Fathan dan Mawar.

"Kak, kamu udah baca semua kan? Semua itu mengarah ke aku. Kok dia tega banget gitu. Dia nggak sebaik yang terlihat." ujar Mawar.

"Iya aku udah selesai baca, kamu nggak boleh suudzon ya. Pasti nanti dia akan capek sendiri, nggak nyangka aja kok dia ngelakuin itu buat apa. Nanti kalo ada kabar lain langsung kasih tau aku ya. Udah nggak usah dipikirin jadi baik aja kayak sekarang", jawaban Fathan yang membuat ku terdiam sesaat. Jadi apalagi sekarang yang ditunjukkan Mawar pada Fathan? Sampai dia mencurigaiku. Astaghfirullah hanya sebatas ini kah pertemanan kami selama ini? Kupikir dia sudah sangat mengenalku. Ah ya Allah sepertinya aku memang belum mengenal Fathan dengan baik. Mungkin memang aku harus mencari jalan lain setelah ini.

Aku pun langsung bergegas pulang tanpa Fathan tau kedatanganku. Mati matian kutahan kecewaku dan air di pelupuk mataku sudah jatuh sangat deras.
Sungguh jika ini jalan yang baik maka akan kulalui. Dan aku melihat sekali lagi email masuk yang sempat kuabaikan tadi pagi.

Lelaki SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang