Astaghfirullah lelah sekali rasanya aku. Menemani Fathan, sampai kemarin harus ke Ranu Kumbolo demi terselesaikannya tugas dadakannya. Aku tidak tau mau sampai kapan hubungan kami seperti ini, aku masih bertahan dengan pertemanan kami tapi sudah berapa banyak air mata yang keluar karena kelelahan.
Ping! Hpku berbunyi tanda ada pesan masuk.Mawar
Hai, Nis. Aku mau minta tolong dong. Boleh tidak?Allah, apa yang harus kujawab. Kemarin dia sudah dengan sengaja membuat Fathan salah paham padaku dan sekarang dia masih meminta tolong. Ah tidak, aku tidak boleh pamrih, harusnya aku tetap menolongnya meski Fathan tidak tau. Harusnya aku juga percaya bahwa suatu saat tanpa aku menjelaskan apapun Fathan akan tahu siapa yang berbohong padanya selama ini.
Me
Iya Mawar, insyaallah jika aku bisa aku akan membantumuDan akupun sudah bertekad, tutup mata, telinga, dan hatimu. Jangan hiraukan apapun tentang Mawar, kamu hanya akan menjalani tugasmu untuk saling membantu sesama teman.
*
Keesokan harinya aku berjalan santai karena sebenarnya aku tidak ada mata kuliah hari ini. Tapi urusanku dan tugas Fathan belum juga kelar.
"Nisa", panggil seseorang berperawakan tinggi namun aku tak bisa melihat jelas karena mataku yang memang butuh kacamata.
" Astaghfirullah, Tama. Maaf ya aku nggak keliatan dengan jelas tadi. Ada apa?"
"Tadi Fathan berangkat kuliah terburu-buru, dia sudah telat, akhirnya handphonenya tertinggal. Boleh titip kan? Aku mau analisa bahan di kampus sebelah takut ada yang hubungi Fathan", ujar Tama dengan napas yang sudah kejar-kejaran itu.
Sekarang hp Fathan sudah berada di tasku berangkat menuju kampus. Belum sempat aku melangkahkan kaki ada telepon dari .. Mawar? Oh jadi mereka sering berhubungan rupanya.
Keraguan menyelimuti diriku, takut mengganggu privasi teman sendiri. Tapi dering panggilan sudah tertulis di layar 4x berturut-turut. Apa kuangkat saja, nanti pasti kujelaskan pada Fathan agar tidak marah.
" Ass..." belum sempat salam kuucap Mawar sudah memotong.
"Kak Fathan tau tidak Nisa itu suka sama kakak, dia itu terobsesi banget dan bikin orang lain buat jauhin kakak. Bukti bukti kemarin udah kakak lihat kan? Dia itu hanya baik di depan kakak. Menurutmu siapa yang membuat Nisa terobsesi? Duh kak, kamu jangan tertipu dong. Aku kasihan sama kamu tau. Dia juga sudah cerita sama semua teman teman perempuan club fotografi seolah olah jangan ada yang gangguin Kak Fathan karena Nisa duluan yang naksir. Jauhin gih", cerocos Mawar tanpa mengucap salam, tanpa tau pula bahwa pendengar di seberang telponnya adalah objek yang dibicarakan, Nisa.
Allah, apalagi yang ia rencakan. Aku terobsesi pada Fathan? Bukankah dia sendiri yang masuk ke lubang perangkapnya. Jika aku itu Fathan mungkin aku sudah berpikir mengapa Mawar dengan repot-repot memberitahukan hal konyol ini. Ah tapi Fathan mungkin tak berpikir demikian dan aku tetap akan buruk dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Subuh
Teen FictionFathan bukan lelaki sempurna, hanya seseorang yang menjadi impian Nisa. Sederhana dan bagus agamanya. Bersahabat sejak lama, dan dengan sadar menaruh rasa. Nisa paham rasa itu tidak pantas disampaikan, dengan diam ia berharap Fathan mengerti dan men...