Emosi yang telah tersulut tidak mudah untuk dipadamkan begitu saja. Maka sebuah pertengkaran tidak akan bisa dihindari lagi."Tok-tok-tok." Pintu kamar Dievo terketuk dengan kasar. Hal itu berhasil menyulut emosi Dievo dengan cepat. Sehingga kini raut wajahnya nampak begitu tegang. "Siapa yang berani mengetuk pintu kamarku seperti itu? Tidak tahu sopan santun," ucap Dievo. Dia berjalan dari arah kamar mandi menuju pintu kamarnya dengan kesal.
"Buka pintunya Dievo!" ucap Ciara. Suaranya terdengar menyimpan sebuah kemarahan.
"Klek." Pintu terbuka dengan kasar. "Ada apa? Kenapa kamu ke sini? Jangan menggangguku dan jangan mengetuk pintu seperti itu. Ini adalah rumahku, maka ikuti aturan yang sudah aku buat," ucap Dievo dengan ketus.
"Luar biasa! Setelah berhari-hari kamu tidak kembali. Sekarang kamu bersikap sangat dingin kepadaku. Sebenarnya ada apa Dievo?" ucap Ciara. Terlihat begitu jelas sikap Ciara yang sebenarnya.
"Jangan memutar balikkan keadaan Ciara. Aku tidak habis pikir, seharusnya aku yang marah terhadap dirimu. Tetapi ini kamu yang bersikap seolah aku yang bersalah," ucap Dievo. Dia nampak semakin tersulut emosinya. "Sudah! Aku mau pakai baju dulu. Tidak baik bagimu melihatku seperti ini bukan?" ucap Dievo seraya menggoda. Dia hanya ingin membuat Ciara semakin kesal.
"Aku juga tidak berniat untuk melihatnya!" ucap Ciara. Dia segera membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhi Dievo.
"Brak!" Dievo menutup pintu dengan kasar dan membantingnya karena merasa sangat marah. Tidak lama kemudian Dievo nampak bergegas memakai pakaian santai miliknya. Dia belum berencana untuk pergi kemana pun. Namun karena perilaku Ciara yang begitu menyebalkan membuat dirinya tidak betah berada di rumahnya sendiri.
Kini Dievo melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju lantai dasar dan mendekati area ruang kerjanya. "Klek." Pintu ruangan kerja terbuka perlahan.
"Akhirnya kamu datang juga," ucap Ciara. Dia melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. Sehingga hal itu membuat Dievo semakin emosi.
"Aku pasti datang. Karena ini adalah ruangan kerjaku," ucap Dievo dengan angkuh. Dia terlihat berjalan mendekati kursi kerjanya yang nyaman. "Sebenarnya apa yang mau kamu katakan?" tanya Dievo. Dia berbicara tanpa ekspresi.
"Aku hanya ingin memastikan apa yang sudah terjadi selama kamu tidak kembali ke rumah," ucap Ciara.
"Tidak ada. Aku hanya dirawat di rumah sakit karena kondisiku yang tidak stabil dan kelelahan," ucap Dievo.
"Lalu mengapa sikapmu sekarang begitu berbeda? Tidak ada kehangantan. Bahkan kamu bersikap begitu dingin kepadaku," ucap Ciara.
"Apa itu aneh bagimu?" Tanya Dievo dengan sombong.
"Sudahlah Dievo, jangan bermain teka-teki denganku," jawab Ciara dengan kesal.
"Setelah sikapmu yang tidak peduli seperti itu, apa aku tidak boleh marah? Kamu bahkan membuang-buang uang untuk barang yang tidak diperlukan. Lalu setelah semua yang terjadi, apa aku harus bersikap begitu mesra padamu?" Tanya Dievo. Dia menatap tajam ke arah Ciara, sehingga berhasil membuat Ciara bergidik.
"Aku kan tidak tahu kamu ada di mana. Lalu aku harus mencari kemana?" jawab Ciara dengan acuh.
"Apa sekecil itu rasa cintamu padaku? Sehingga tidak ada usaha untuk mencari keberadaanku. Menghubungi ponselku saja tidak, padahal ponselku selalu dalam kondisi menyala. Namun tidak sekalipun kamu menghubungiku," ucap Dievo.
Ciara hanya terdiam. Semua perkataan Dievo begitu mengenai perasaannya. Karena apa yang Dievo katakan adalah hal yang sebenarnya terjadi. Kini Ciara semakin terpojok dengan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
RomanceSeason 3 (Kelanjutan Cerita dari Another Love) Full Of Drama Sinopsis? Baca dulu Affair Series ♡♡♡♡♡ Kalau mau Baca Ceritanya, Jangan lupa Follow, Vote & Coment