Bab 10 - Hidup Dua Wanita

4.7K 232 40
                                    


Ciara melangkahkan kakinya dengan gontai. Dia tidak tahu harus pergi kemana, karena dia tidak pernah memiliki seorang teman. Semua itu karena sikapnya yang tidak pernah tulus dalam menjalin pertemanan. Namun kini ketika dia berada di dalam kesusahan, maka tidak akan ada satu pun yang bersedia untuk menolong dirinya.


Puluhan nama yang tersimpan pada ponselnya menjadi harapan terakhir bagi Ciara untuk meminta pertolongan.

"Tut-tut-tut," terdengar suara sambungan telepon.

"Halo," ucap seseorang.

"Halo apa kabar? Apa aku bisa meminta pertolongan padamu?" Tanya Ciara.

"Aduh, maaf ya aku sedang sibuk. Lain kali saja!" jawab seseorang. Telepon itu terputus begitu saja tanpa mendapat kesempatan lebih.

Nampak Ciara tidak ingin menyerah begitu saja.

"Tut-tut-tut," terdengar suara sambungan telepon.

"Apa apa?" Tanya seseorang.

"Maaf mengganggu. Apa aku boleh meminta pertolongan padamu?" jawab Ciara.

"Kemana saja kamu selama ini? Kalau butuh saja baru menghubungiku. Maaf aku tidak bisa membantu!" ucap seseorang. Sambungan telepon yang kedua pun tidak berhasil.

Namun Ciara tetap ingin mencoba keberuntugannya.

"Tut-tut-tut," terdengar suara sambungan telepon.

"Halo," ucap Ciara seraya menyapa.

"Kenapa tiba-tiba menghubungiku?" Tanya seseorang.

"Aku sedang membutuhkan pertolongan darimu," jawab Ciara.

"Sudah aku duga. Kamu hanya mencariku ketika sedang kesulitan! Tetapi maaf, aku tidak bisa membantumu lagi," ucap seseorang.

"Kumohon jangan begitu padaku," ucap Ciara. Dia terdengar seolah sedang memohon.

"Sudahlah Ciara. Maaf ya aku tidak bisa membantu kamu lagi. Bye," ucap seseorang. Sambungan telepon yang ketiga pun tidak memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan Ciara.

Tidak satu pun dari mereka merespon panggilan telepon Ciara dengan baik. Bahkan tidak sedikit yang memilih untuk menolak panggilan telepon dari Ciara. Maka tidak ada satu pun kesempatan dari teman lama Ciara yang menyimpan luka hati di masa lalu.

Terpaksa Ciara kini menghabiskan waktu istirahat malamnya di sebuah taman. Dia hanya bisa beristirahat serta memejamkan matanya dengan posisi terduduk. Dia bahkan harus menahan rasa laparnya selama mungkin, karena dia tidak membawa sepeser pun uang ketika pergi.

Kini dia harus menuai hasil dari perbuatannya. Karena dia telah menyakiti perasaan sesama wanita dan secara tidak langsung memisahkan calon bayi yang dikandung Vanya untuk berpisah dari papanya. Maka kini Ciara merasakan kehilangan yang luar biasa. Selain kehilangan calon bayinya, dia juga harus berpisah dengan Dievo dan kehilangan semua kenyamanan serta harta yang diberikan oleh Dievo sebelumnya.

 Selain kehilangan calon bayinya, dia juga harus berpisah dengan Dievo dan kehilangan semua kenyamanan serta harta yang diberikan oleh Dievo sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang