Ciara nampak termenung. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Jika seseorang melihat raut wajahnya kini, maka mereka akan dengan segera menjauhi Ciara. Karena tatapan matanya begitu menakutkan. Bagaikan seekor elang yang siap menerkam ayam betina yang lemah.Namun dia seolah lupa, bahwa dirinya kini sedang mengandung. Seharusnya Ciara dapat mengendalikan perasaannya dan berpikir dengan positif bukan sebaliknya. Dia bahkan seolah menanamkan kebencian kepada janin yang kini telah berkembang di dalam rahimnya. Sungguh wanita yang keji.
Ciara berusaha menyelinap masuk ke dalam kamar Dievo. Dia tanpa ragu segera meraih ponsel milik Dievo yang tergeletak di sebuah meja. Dengan cepat dia memeriksa daftar nomor telepon yang terdaftar. Tidak butuh waktu lama, kini Ciara sudah menemukan apa yang dia cari. Untuk menghindari kemarahan Dievo, maka Ciara memutuskan untuk segera keluar dari sana.
Langkah kakinya yang perlahan, sungguh menunjukkan perilakunya yang buruk. Dia dengan begitu saja memeriksa ponsel Dievo tanpa izin. Bahkan Ciara sama sekali tidak merasa bersalah dengan sikapnya yang sudah melebihi batas.
Kini dia mencoba untuk menekan sebuah nomor pada ponselnya. Dengan tanpa ragu dia mulai untuk berbicara.
"Halo, aku Ciara. Bisa kita bertemu," ucap Ciara.
"Dari mana kamu tahu nomor ponselku?" Tanya Vanya.
"Mudah saja. Tentu suamiku yang memberitahu," jawab Ciara dengan angkuh. Dia berharap perkataannya dapat menyulut emosi Vanya.
"Apa maumu?" Tanya Vanya.
"Aku ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin aku sampaikan," jawab Ciara.
"Katakan saja sekarang. Jangan membuang-buang waktu," ucap Vanya dengan ketus.
"Aduh, jangan seperti itu donk Vanya. Aku ingin kita bertemu empat mata," ucap Ciara.
"Untuk apa lagi? Bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau?" Tanya Vanya.
"Apa kamu tahu apa yang aku iginkan?" Tanya Ciara. Dia sungguh tahu bagaimana cara untuk menyulut emosi Vanya.
"Sudah! Jangan bicara yang tidak perlu," ucap Vanya. Dia seketika mematikan sambungan telepon itu. "Wanita tidak bermoral. Beraninya dia berkata seperti itu padaku. Dia yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Tetapi kenapa dia bisa bersikap seperti itu?" batin Vanya.
Di tempat yang berbeda, nampak Ciara menyeringai."Akan kupastikan, kamu akan datang menemuiku," batin Ciara.
Dengan cepat dia mengetik sebuah pesan pada ponselnya dan mengirimkannya kepada Vanya. "Bertemulah dengan ku. Kalau kamu tidak mau, maka akan aku pastikan hidupmu lebih menderita. Datanglah seorang diri jika ingin janinmu selamat."
Vanya terkejut mendapati pesan Ciara yang terdengar sebagai sebuah ancaman. Seketika Vanya merasa gelisah. Dia yakin Ciara mampu melakukan apa yang sudah dia katakan pada pesan singkat itu. Karena Ciara sudah berhasil menghancurkan hidupnya dengan merebut Dievo. Namun Vanya tidak ingin Ciara mengancurkan hidupnya dengan mencelakai janinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
RomanceSeason 3 (Kelanjutan Cerita dari Another Love) Full Of Drama Sinopsis? Baca dulu Affair Series ♡♡♡♡♡ Kalau mau Baca Ceritanya, Jangan lupa Follow, Vote & Coment