Bab 23 - Bimbang

3.2K 88 5
                                    

🕊 🕊 🕊

Pasca kecelakaan, secara tidak sengaja Vanya mulai kembali memikirkan Dievo. Karena pria itu lah yang telah menyelamatkan dirinya serta sang calon bayi. Vanya merasa berhutang nyawa terhadap pengorbanan Dievo, dia pun merasa sangat bersalah atas peristiwa yang menimpa Dievo pasca kejadian itu.

Bahkan beberapa kali Vanya menyempatkan diri untuk datang dan mengunjungi Dievo di rumah keluarga Ragas. Dievo masih harus beristirahat agar pulih dengan sempurna. Entah apa yang sedang Vanya pikirkan, mungkin saja dia hanya ingin memberikan perhatian sebagai ucapan terima kasih.

Namun itu seolah menjadi rutinitas wajib bagi Vanya. Di sela-sela kesibukannya mengelola V.H Boutiques, Vanya bahkan dengan senang hati menyisihkan sebagian waktunya hanya untuk melihat kondisi kesehatan Dievo dan hal itu dia lakukan tanpa sepengetahuan suaminya.

"Bagaimana keadaan mu Dievo?" tanya Vanya seraya memperhatikan dengan seksama.

"Aku merasa jauh lebih baik Vanya. Jika saja aku diperbolehkan untuk bangkit dari kasur ini, maka ingin sekali aku bermain dengan Arashy," jawab Dievo yang terlihat begitu bersemangat.

"Jangan lakukan hal bodoh, kau bukanlah anak kecil Dievo," ucap Vanya seraya tertawa.

"Iya, aku tidak akan melakukan hal itu Vanya, aku hanya bergurau," ucap Dievo yang ikut tertawa.

"Sekarang ikuti saja apa yang dokter katakan, jangan melawan, ok!" ucap Vanya seraya mengingatkan.

"Siap ibu Presiden," ucap Dievo dengan wajah yang menahan tawa.

Vanya tidak menjawab, namun dia tertawa lepas mendengar kata-kata Dievo. Seolah mereka sudah melupakan masa lalu yang sempat menyapa dan menyakiti keduanya.

"Sudah, jangan membuat ku tertawa. Nanti aku sakit perut Dievo," ucap Vanya seraya mengusap lembut perutnya yang sudah sedikit mulai berbentuk.

"Maaf Vanya, aku hanya ingin melihatmu tertawa," ucap Dievo dengan tanpa sadar. Namun tidak lama dia langsung menyadari kata-katanya yang mungkin akan membuat suasana menjadi canggung. "Maksudku, aku hanya tidak ingin kamu mencemaskan keadaan ku yang sudah baik-baik saja," ucap Dievo seraya mencairkan suasana yang sempat menjadi tidak nyaman.

Namun tidak lama Mama Amora datang dan mngetuk pintu, "tok-tok-tok." Hal itu berhasil memecahkan kecanggungan yang ada antara Vanya dengan Dievo.

"Halo, mama datang mengantar Arashy, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayahnya," ucap Mama Amora seraya tersenyum.

"Arashy sayang, ayah masih harus banyak istirahat, jadi belum bisa menemani kamu bermain ya," ucap Vanya seraya berjalan mendekati putrinya dan mensejajarkan posisinya dengan berlutut.

"Iya mama, tapi tadi aku mendengar Mama dan Ayah sedang tertawa. Aku mau ikutan ma," ucap Arashy dengan ceria.

"Kalau gitu, sini sayang duduk dekat Ayah. Kita ketawa lagi ya sama-sama," ucap Dievo seraya melambaikan tangannya untuk memanggil Arashy untuk mendekat.

Arashy dengan cepat segera berlari kecil ke arah sang Ayah dan duduk tepat di sisi pinggir kasur.

"Ayah rindu putri cantik ayah," ucap Dievo seraya mengusap lembut kepala Arashy.

"Aku juga rindu Ayah," ucap Arashy seraya memeluk Dievo.

Namun Vanya menyadari ekspresi Dievo yang meringis menahan nyeri. "Arashy sayang, gimana kalau kamu cerita tentang boneka baru mu dengan kakek?" ucap Vanya seraya mengalihkan perhatian Arashy. "Karena Ayah mengantuk tuh, jadi perlu tidur. Arashy cantik memang mau tidur juga sama Ayah?" Vanya berusaha untuk membujuk Arashy untuk bermain di luar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang