Bab 13 - Arti Sebuah Maaf

3.9K 170 23
                                    


Mama Amora nampak sedang merenung. Dari kejauhan papa Fabian hanya memperhatikan ekspresi wajah istrinya dengan seksama dan perlahan melangkah mendekati.

"Ada apa ma?" Tanya papa Fabian yang kini sudah berada tepat di sampingnya.

"Aku baru saja bertemu dengan Vanya," jawab mama Amora.

"Apa? Vanya?" Tanya papa Fabian yang nampak terkejut.

"Iya pa," jawab mama Amora dengan tenang.

"Kenapa aku tidak dibangunkan? Aku juga ingin menemui Vanya," ucap papa Fabian yang nampak kesal.

"Maaf pa, aku hanya tidak ingin mengganggu waktu istirahat papa," ucap mama Amora.

Tanpa berucap apa pun, kini papa Fabian bergegas beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya mendekati pintu utama.

"Tunggu pa, tapi Vanya sudah pulang," ucap mama Amora dengan hati-hati.

"Kamu sudah membuatku kecewa," ucap papa Fabian seraya menatap mama Amora dengan kesal.

"Maafkan aku pa. Duduklah bersamaku, ada yang ingin aku sampaikan," ucap mama Amora seraya membujuk papa Fabian yang terlihat merajuk.

"Tentang apa?" Tanya papa Fabian.

"Aku ingin menyampaikan pesan dari Vanya," jawab mama Amora seraya tersenyum.

"Vanya?" ucap papa Fabian yang dengan refleks tersenyum ketika mendengar nama menantunya.

"Ayo duduk di sini pa," ucap mama Amora.

"Baiklah," ucap papa Fabian.

Kini mereka sudah duduk bersama. Mama Amora menatap hangat ke arah suaminya dengan penuh cinta. Sehingga hal itu berhasil meluluhkan perasaan papa Fabian yang sedang merasa kesal.

"Aku akan ceritakan apa yang Vanya bicarakan, tetapi papa jangan memikirkan semuanya dengan berat. Janji ya pa?" ucap mama Amora.

"Aku akan berusaha melakukannya. Sekarang ceritakan padaku sayang," ucap papa Fabian seraya menggenggam mesra pergelangan tangan istrinya.

"Vanya ingin kita menerima Dievo," ucap mama Amora dengan hati-hati.

"Apa?" Tanya papa Fabian dengan raut wajah terkejut.

"Kumohon tenanglah pa," ucap mama Amora seraya membujuk.

Papa Fabian tidak menjawab. Namun dia nampak begitu terkejut. Setelah beberapa saat kemudian papa Fabian sudah mampu mengatur emosinya dan mulai terlihat tenang.

"Apa benar Vanya berkata seperti itu?" Tanya papa Fabian dengan nada suara yang nampak meragu.

"Iya pa. Hubungi saja Vanya dan tanyakan langsung padanya," jawab mama Amora dengan santai.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, kini papa Fabian sudah menggunakan ponsel miliknya yang tergeletak di sebuah meja untuk menghubungi Vanya.

Sudah terdengar sebuah nada yang tersambung dengan ponsel milik Vanya, namun tidak juga terdengar sebuah suara yang merdu menjawab di seberang sana.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang