MDD - 1

13.9K 356 20
                                    

Hari ini terik matahari begitu menyengat kulit. Matahari baru saja terbit kurang lebih 3 jam yang lalu namun panasnya sungguh tak bisa ditoleransi.

Senin, adalah hari yang dinobatkan oleh para murid-murid yang tengah duduk di bangku sekolah sebagai hari melelahkan, membosankan, dan juga hari terlama.

Setelah libur sehari pada hari minggu, membuat hari senin begitu horor di mata mereka. Ditambah ada kegiatan yang upacara yang harus berdiri bermenit-menit lamanya di bawah terik matahari.

Beberapa murid yang berdiri dan berbaris sesuai dengan kelas masing-masing tampak mengelap peluh yang menetes di kening mereka.

Mulut mereka tak henti-hentinya mengeluh dengan panas sang surya. Padahal panas matahari tak ada apa-apanya dibandingkan dengan panas api neraka kelak.

"Panas banget sih hari ini, mana upacaranya lama banget lagi." gerutu seseorang yang berdiri di tengah-tengah barisan.

"Sabar kali Ma, namanya juga pelantikan ketua OSIS jadinya ya lama." jawab teman seseorang yang dipanggil Ma tersebut.

"Ngapain juga sih ada pelantikan-pelantikan segala sih, kan udah tau juga sih siapa yang bakal jadi ketua OSIS," gadis yang dipanggil Ma itu tak henti-hentinya mengeluh. Bahkan ujung jilbabnya sudah ia kenakan untuk melap keringat di dahinya.

"Sstt... Sila, Ema, Jangan berisik, ada pak Imam tuh lagi keliling. Jangan sampai kalian kena hukum," bisik seseorang yang berbaris di belakang mereka.

Sila dan Ema kontan menyapu pandangan dan benar memang pak Imam sedang berkeliling mencari-cari murid yang tidak tertib.

Dan akhirnya Sila dan Ema memilih diam mendengarkan acara pelantikan OSIS tahun ajaran baru. Sila dan Ema adalah salah satu murid SMA Angkasa, dan tahun ini mereka sudah berada di kelas sebelas.

Tak lama setelah pak Imam sudah tak terlihat, Ema hendak mengajak Sila mengobrol lagi, "Rega itu manis ya, Sil?" bisik Ema kepada Sila. Kontan Sila mendongakkan kepalanya menelisik Rega si ketua OSIS baru yang lagi berpidato di depan.

"Mana suaranya adem banget lagi, lembut." lanjut Ema memuji-muji Rega.

"Oke aku akui omonganmu ada benernya sih," Sila mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

"Tapi doi anti dengan yang namanya cewek, dia cuma deket sama temen-temen sekelas dia doang," bisik Ema dengan mata yang masih melihat ke arah Rega.

"Rega kan temen sekelas Iha, kan?"

"Iya, aku kan pernah ke kelasnya Iha balikin buku catatan dia nah aku liat Rere santai ngobrol sama Iha sama temennya lagi aku lupa, cowok yang jelas. Nah pas aku dateng eh dia langsung diam gitu enggak ada ngomong. Terus pergi gitu aja."

"Iya?"

"Iya Sil, doi tuh kayak jaga jarak gitu tuh sama cewek baru."

"Oh." jawab Sila santai dan setelah itu riuh tepuk tangan mengudara pertanda pidato dari sang ketua OSIS sudah selesai.

Yang memang sebenarnya harus begitu, harus ada jarak antara seseorang yang bukan mahramnya. Menghindari zina, entah zina mata atau bahkan zina hati.

Setelah menit demi menit terlewatkan, akhirnya upacara yang terasa sangat lama itupun selesai membuat Sila menghembuskan napas lega.

🎀🎀🎀

Sila dan Ema berjalan menusuri koridor menuju kelas mereka. Koridor lumayan sepi karena memang mereka berdua tadi setelah upacara selesai langsung menuju ke toilet terlebih dahulu.

"Nanti pulang sekolah ke toko buku dulu yuk Sil?"

Sila menolehkan kepalanya kearah Ema yang berjalan disampingnya, "Lama enggak?"

Memintamu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang