MDD - 12

2.9K 175 3
                                    

Maaf untuk typo dimana-mana. Selesai ngetik langsung aku publish. Revisi nanti kalo sudah ending aja ya. Maaf menggangu kenyamanan baca.

Iha menyenggol lengan Sila yang berada di sebelahnya. "Itu kenapa sih Saka liatin kamu terus," ucapnya berbisik kepada Sila.

Sila dan Iha duduk di barisan nomor dua dari depan, karena mereka kurang cepat masuk ke dalan aula. Kebanyakan orang lebih memilih duduk di belakang melainkan duduk di barisan terdepan. Jadi siapa yang datang terlambat mau tidak mau duduk di barisan depan.

"Enggak tau." balas Sila. Bukannya Sila tak sadar telah di perhatikan sedari tadi oleh Saka. Bahkan saat mata mereka bertubrukan Saka malah melempar senyumnya ke arah Sila. Dan Sila mau tak mau membalas senyuman itu lalu sedetiknya ia membuang pandangannya dari Saka, mencoba sibuk sendiri.

Dan ternyata bukan hanya Sila yang menyadari Iha pun yang berada di sebelahnya juga merasakan hal yang sama.

Saka, Rega dan beberapa jajaran Osis tengah berdiri di atas podium aula memberikan pengarahan kepada beberapa murid yang menjadi perwakilan di setiap kelas mereka masing - masing. Walaupun tak banyak.

Dan sekarang Sila tak fokus mengkuti acara karena ketika pandangannya mengarah ke podium dan saat itulah Saka tengan melihat ke arahnya. Canggung. Siapa sih yang mau diperhatikan terus menerus oleh seseorang. Pasti akibatnya jadi salah tingkah, apalagi berlawanan jenis.

Tapi, mau tak mau Sila harus fokus. Ia memberanikan menatap ke arah podium tapi tidak mengarah kepada Saka. Tapi yang namanya mata pasti selalu aja berkhianat, ia melirik ke arah Saka dan tetap sekali saat itu Rega sedang berbisik kepada Saka. Saka sesekali menganggukkan kepalanua saat mendengar bisikan Rega. Lalu setelah Rega membisikkan sesuatu, entah apa itu Sila tak mengerti yang jelas setelah itu arah pandangan Saka bukan ke dirinya lagi. Pandangannya lurus dan tak ada lirikan pun mengarah ke arah Sila. Aneh. Tadi saja tidak bisa lepas memandang tapi sekarang melirik pun tidak.

"Kayaknya tadi Rere ngomong sesuatu deh tuh Saka enggak liat kesini lagi." bisik Iha. Dan lagi-lagi Iha juga mengamati mereka, sama seperti Sila.

"Masa? Mungkin kebetulan aja Ha. Pas Rere abis bisikin itu Saka udah capek lihatin aku."

"Enggak! Aku yakin tadi Saka enggak lihatin kamu ada hubungannya sama bisikan Rere." kata Iha yang masih mempertahankan pendapatnya.

"Ya udah lah. Yang penting dia enggak liat sini lagi." Iha lalu mengedikkan bahunya.

Acara tersebut tak terasa sudah selesai. Beberapa orang mulai beranjak keluar. Begitupun dengan Iha dan Sila. Tak mau Ema menunggu lama mereka berdua.

Namun, saat hendak berjalan ke arah pintu keluar tiba-tiba seseorang berteriak memanggil nama Sila. Sila pun menoleh, dan matanya menangkap sosok Saka dan diikuti oleh Rega di belakanganya.

"Sila, bentar." seru Saka, lalu ia berjalan semakin mendekat.

"Iya, kenapa?" tanya Sila saat Saka begitupun Rega sudah berdiri tepat di hadapannya. Sedangkan Iha masih tetap berada di samping Sila.

"Terima kasih kemarin sudah nolongin adik aku. Dan adik aku berharap banget kamu bisa main ke rumah buat ketemu mereka." kata Saka.

Sila menoleh ke arah Iha. Iha malah mengerutkan dahinya dan mengedikkan bahunya. Lalu Sila kembali fokus ke arah depan.

"Hmm, oke kapan-kapan kalau ada waktu. Aku main ke rumah kalian deh," Sila menggaruk tengkuknya yang tertutup oleh hijabnya itu. Dan memberikan senyumannya.

Sedangkan Saka tersenyum lebar, "Oke aku tunggu ya."

"Oh iya aku juga mau berterima kasih, harusnya kamu enggak usah repot-repot bawain martabak kemarin."

Memintamu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang