MDD 22

1.3K 55 16
                                    

Hari ini cuacanya cerah, matahari tanpa malu-malu menampakkan dirinya. Sila dan Ema seperti biasa menghabiskan istirahat siangnya di kantin bersama murid yang lainnya.

Semangkok bakso dan segelas es teh menjadi menu Sila hari ini. Nikmat dengan sambal yang banyak, disantap di panas siang hari seperti sekarang. Lalu disegarkan dengan segelas es teh manis. Kurang nikmat bagaimana?

Tiba-tiba tanpa diundang, Iha datang dengan semangkok bakso dan segelas es teh dan duduk di sebelah Ema yang saat itu duduk berhadapan dengan Sila.

"Aduh-aduh panas, sepanas omongan tetangga eh baksonya," seloroh Iha setelah meletakkan baksonya di atas meja, sembari meniup-niup telapak tangannya.

"Apasih Iha, dateng-dateng bikin rusuh aja," komentar Ema yang sedang mengaduk-aduk  es tehnya.

Iha menatap malas ke arah Ema, "apasih, udah makan aja gak usah komentar deh. Sila aja diam kok."

Sedangkan yang disebut namanya hanya menatap Iha dan Ema bergantian lalu melanjutkan menyantap baksonya yang mulai dingin itu.

Lalu Ema berdecak, setelah itu kembali makan seperti sebelumnya. Dan mereka bertiga pun makan dengan tenang sampai makanan mereka habis.

"Eh, ada kabar baru tau gak." Ucap Iha sambil mendekatkan wajahnya ke tengah meja seperti biang gosip yang sedang memulai acara gosipnya.

"Apa? Kulit manggis kini ada extractnya? Apa? Ayam melahirkan? Apa?" Celetuk Ema dengan entengnya.

"Ema lagi PMS apa gimana sih Sil, sewot mulu dari tadi." Kata Iha sambil melirik sinis ke arah Ema, pun dengan Ema yang tak mau kalah dengan memelototi Iha.

Sila terkekeh, "Ya gitu," ucapnya kemudian menyedot es tehnya yang masih tersisa.

"Bodo amat ah," Iha mengibas-ngibaskan tangannya di depan Ema, "Tau gak, Si Rere mau pindah sekolah dong."

Sila yang sedari tadi menyedot minumannya pelan-pelan pun tersedak dengan kabar dari Iha tersebut.

Iha dan Ema pun spontan menatap Sila dan menyodorkan sebotol air mineral milik Ema yang dibelinya tadi.

"Kalem Sil, santuy." Celetuk Iha.

"Eh kok bisa?" Tanya Ema yang sudah kepo tak tertahankan.

"Ya bisa lah." Kata Iha.

Ema yang gemas menjitak kening Iha, Iha pun terpekik karena kaget dan juga sedikit sakit. Lalu Iha membalas dengan memukul bahu Ema, "Heh sakit tau." Kata Iha.

Sila masih diam menunggu penjelasan Iha dahulu, walaupun sebenarnya dia juga sangat penasaran. Kaget itu juga pasti, masih tidak percaya. Kenapa bisa sampai pindah sekolah.

"Makanya kalo mau cerita yang bener, bukan lawak mulu deh." Cibir Ema yang rada sensitif hari ini.

"Iya bentar napa deh, jadi tadi pagi aku tau dari si Danu katanya ortunya si Rere disuruh ngurus cabang perusahaan dimana gitu lupa. Dan itu dalam waktu yang lama gitu, jadi sekeluarga pindah sekalian, gituuu." Cerita Iha dengan penuh ekspresif.

"Yah gak ketemu Rere lagi dong, iya gak Sil?" Ema menatap Sila yang melamun, lalu menyenggol Iha disebelahnya, mereka berdua pun saling tatap sambil berbicara dengan bahasa isyarat mereka.

"Sil?" Panggil Iha tetapi tak digubris oleh Sila.

"Sila?" Dengan jentikan jari Ema akhirnya Sila pun berhenti melamun.

"Hah? Gimana-gimana?" Respon Sila setelah melamun.

Lagi-lagi Iha dan Ema saling pandang. Mereka berdua tak tau apa yang dipikirkan Sila sampai melamun seperti itu. Yang Sila tau bahwa dia tak akan bisa melihat Rere lagi entah sampai kapan.

Memintamu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang