MDD - 16

2.6K 228 13
                                    

Acara hari ini berjalan dengan lancar, walaupun terjadi ada sedikit hambatan tapi bersyukur semua bisa ditangani. Berbagi itu menyenangkan dan Sila tengah merasakannya.

Berbagi apa yang kita punya, berbagi tawa, berbagi canda bersama, saling menghibur satu sama lain. Bersyukurlah Sila masih diberi keluarga yang lengkap oleh Allah.

Sedangkan mereka, anak-anak yang kurang beruntung harus saling berbagi satu sama lain dengan anak yang lainnya. Walau di rumah Sila selalu bertengkar dengan Adam untuk suatu barang, di sini Sila mendapat pelajaran bahwa kita harus berbagi, mengalah bukan berarti kalah, tapi mengalah adalah fase menurunkan ego sejenak untuk membuat orang lain bahagia.

Sila salut kepada mereka semua, walau kadang masih ada yang suka berebut sesuatu bersama yang lain tapi nyatanya mereka menghadapinya dengan sikap yang dewasa, mengalah. Di umur yang masih muda, tapi kedaan membuat mereka menjadi dewasa dalam pemikiran. Sedangkan Sila terkadang masih bersikap manja kepada kedua orang tuanya bahkan kepada abangnya.

Setelah acaranya sudah selesai, Sila pamit ke toilet dahulu sebelum pulang. Namun saat kembali, Sila mengernyitkan dahinya setelah melihat Saka tengah berbicara dengan Rega, Danu dan Iha di samping mobil Rega.

Sila ragu untuk melangkahkan kaki ke sana, tapi ia tak bisa membuat mereka menunggu dirinya yang sangat lama. Sila mengela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar, kemudian ia berjalan dengan langkah pasti sembari memegang tali tas ranselnya di sisi kanan dan kiri.

Matanya tak lepas memandang ke arah mereka yang tengah berbincang, namun tiba-tiba ada seseorang anak kecil yang hendak beranjak remaja datang menghadang jalan Sila. Sila tebak anak tersebut berusia sekitar 8 tahun, atau tidak duduk di kelas 3 SD.

Sila menghentikan langkahnya, menatap anak perempuan itu yang sudah tersenyum lebar, melihat anak itu tersenyum Sila pun juga ikut menyunggingkan senyum.

"Ada apa dek?" tanya Sila yang berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan anak tersebut.

"Kakak, temennya kak Rere?" mata anak kecil itu mengerjap lucu sembari malu-malu menyebut nama Rega, membuat Sila lagi-lagi tersenyum.

Sila memegang pundak anak kecil itu. "Iya, ada apa?"

"Boleh enggak kak, aku titip ini buat kak Rere." anak kecil tersebut memberikan sebuah kotak kecil bertali pita kepada Sila.

"Kenapa enggak ngasih sendiri ke kak Rere?"

"Malu." anak kecil itu menundukkan kepalanya sembari menggoyang-goyangkan ujung kakinya menggambar abtrak di atas lantai. Membuat Sila terkikik geli. Bahkan anak kecil saja sudah terkena pesona Rega.

"Kamu siapa namanya?"

"Aisyah kak."

"Nama yang bagus. Sini," Sila mengulurkan tangannya, Aisyah menatap Sila bingung. "Sini aku bantu ngasih ke kak Rere." Aisyah tersenyum lebar lalu memberikan kotak kecil itu kepada Sila.

"Terima kasih, kak?" Aisyah sengaja memberi jeda untuk menanyakan nama Sila.

"Sila."

"Terima kasih kak Sila."

Sila mengelus puncak kepala Aisyah yang tertutup oleh jilbab bewarna putih.

"Yang rajin ya disini, semoga kelak jadi anak sukses, biar bisa bertemu sama kak Rere lagi. Oke?"

Anak tersebut mengangguk. "Siap kak." Lalu anak tersebut berlari meninggalkan Sila yang tersenyum.

Sila menatap Aisyah yang berlari menjauh sampai seruan Iha membuat Sila tersadar bahwa ia sudah ditunggu.

Memintamu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang