Maaf, kemarin saya tidak update. Dan alhamdulillah hari ini bisa update. Nanti kalo tidak ada halangan insyaallah mau double update tapi kalau tidak biaa update besok lagi. Maaf sebelumnya.
Selamat membaca..
.
.
.Pagi ini udara sangat sejuk. Embun pagi masih terlihat di daun-daun di tepian jalan. Mungkin karena kemarin malam hujan lagi-lagi datang. Membuat udara masih terasa berbekas akibat diterpa hujan.
Sila pagi ini berangkat dengan wajah ceria, walaupun sedari pagi ia selalu bersin-bersin akibat hujan-hujanan kemarin. Tak apalah, untung daya tahan tubuh Sila lumayan tebal, kalau tidak sudah dipastikan sekarang dia masih berselimut tebal di atas kasur kamarnya. Dan memakan bubur sekaligus teh hangat. Ditambah lagi obat-obat pahit, yang sungguh tak disukai oleh Sila. Oh jangan lupa ada ceramah juga dari sang bunda berbicara ini dan itu mengingatkan jangan diulangi lagi hujan hujanan.
Namun, masih teringat jelas kemarin. Seseorang datang membawa martabak yang mampu membuat seisi rumah gempar. Apalagi Bunda Sila terlihat yang paling heboh.
.
.
.
."Assalamualaikum." Sapa seseorang dari arah luar pagar rumah Sila malam itu.
Bunda dan Ayah Sila yang berada di teras rumah dan sedang mengobrol pun menoleh ke sumber suara. Begitupun dengan Adam yang sedang rebahan dan bermain game di gazebo depan kolam ikan yang ada tak jauh dari teras.
Adam berinisiatif membukakan pintu pagar untuk orang tersebut. Adam berjalan gontai menuju pagar rumahnya.
"Ada apa bang? Cari siapa? Temannya bang Ibra?" bukan Adam namanya bila tidak cerewet satu pertanyaan saja belum dijawab tapi sudah memberi pertanyaan lagi.
Orang tersebut menggaruk pelipisnya, berpikir apakah benar bocah di depannya itu adalah adik gadis yang tadi.
"Emm itu, cuma nganterin ini dek. Ini benar rumahnya Sila?" Orang tersebut mengangkat sebuah kantung plastik berukuran lumayan besar.
Adam menautkan alisnya. "Iya benar. Abang gojek? Atau jangan-jangan ini abang jaket itu?" tebak Adam ngawur.
Orang tersebut mengerutkan dahinya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, betapa ajaibnya anak ini. "Bukan. Saya mau mengantar ini sebagai ucapan terima kasih tadi karena membantu adik saya."
"Maksutnya kakak bantu adik abang?" Adam bertanya itu memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. Dia ragu kakaknya membantu orang lain. Bahkan orang tak dikenal. Apalagi orangnya bisa tau rumah mereka.
"Iya, ini," Orang tersebut menyerahkan kantong kresek tersebut ke arah Adam dan Adam pun menerimanya. Enggak boleh nolak rejeki katanya. Ah emang dasarnya aja Adam yang mau-mau aja.
"Terima kasih, bang?" Ucap Adam menggantung kalimat akhirnya. Seolah meminta penjelasan siapaa nama orang tersebut.
Orang tersebut pun mengerti apa yang dimaksut oleh Adam pun mengulurkan tangannya. "Saka."
"Adam." Balas Adam menjabat tangam Saka.
"Oke bang Saka, enggak mau mampir dulu?" ucap Adam sembari menoleh melihat rumahnya.
"Eh enggak usah. Cuma mau nganter ini doang kok. Sama ucapan terima kasih." Saka tersenyum.
"Oh gitu. Saya juga makasih bang. Udah dikasih ini," Adam nyengir sambil mengangkat kantong kresek pemberian dari Saka.
"Iya sama-sama. Yaudah, saya pulang dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." lalu Saka berbalik badan dan pergi meminggalkan rumah Sila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memintamu Dalam Doa
Novela JuvenilMemintamu dalam doa adalah cara terbaikku untuk berusaha. Menjadikanmu yang belum halal untukku menjadi halal setelah kuucapkan qobiltu. Memintamu dalam doa adalah cara sederhana walau efeknya begitu luar biasa. Kusebut namamu di setiap malam mengud...