MDD - 19

2.6K 197 3
                                    

"Re, Rere nanti mampir dulu ke rumah Sila ya, kebelet pipis gue!" seru Danu sembari menepuk-nepuk bahu Rega yang tengah fokus menyetir.

Rega menoleh sekilas ke arah Danu, "Kenapa enggak dari tadi aja di rumah Saka." katanya.

Danu berdecak sebal, "Ya mana gue tau sih Re, datangnya tiba-tiba kayak jailangkung."

"Terserah deh."

Danu memutar setengah tubuhnya ke belakang menghadap Iha dan Sila. "Sil nanti gue numpang ke kamar mandi ya, kebelet pipis." Sila yang tengah sibuk memainkan ponselnya mendongakkan kepalanya menatap Danu yang mengajaknya bicara. Sedangkan Iha tengah memejamkan matanya dan memasang headset di telinga kiri dan kanannya, tak merasa terusik dengan keadaan sekitar.

"Apa Nu?" tanya Sila yang tak mengerti apa yang baru saja Danu katakan. Ia terlalu fokus membalas pesan dari abangnya yang sedari tadi heboh menanyakan kebaradaan Sila yang tak kunjung sampai rumah.

"Ah lo sih, diajak ngomong enggak denger. Nanti numpang ke toilet bentar ya."

Sila mengerjapkan matanya lalu mengangguk cepat. "Iya Nu."

Beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan pagar rumah Sila. Danu yang sudah tidak tahan dengan cepatnya keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan cukup keras. Sampai membuat Iha yang tak terusik sedari tadi pun ikut membuka mata karena saking kagetnya dengan suara pintu mobil.

"Ada apa sih Re?" tanya Iha yang tak mengerti situasi yang tengah terjadi.

"Itu si Danu kebelet, bikin heboh aja. Kamu mau turun juga?"

"Iya deh aku mau minta air. Haus, kalo habis minum yang manis-manis cepetan haus emang."

Setelah sampai di depan pagar rumah Sila, Danu menoleh ke belakang melihat Sila yang masih kalem-kalem saja keluar dari mobil tak paham bahwa temannya dalam suasana yang sangat genting.

"Ah Sila, keburu gue ngompol nih!" Danu sudah mencak-mencak sendiri menahan untuk tidak ngompol di tempat.

Sila yang kelabakan langsung berjalan cepat membuka pagar rumahnya dan berjalan mendahului masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum!" teriak Danu yang baru saja masuk ke dalam rumah Sila.

Ibra yang tengah tidur terlentang di sofa ruang tamu sempat terkejut mendengar teriakan Danu. Segera ia mendudukkan dirinya dengan kaki yang bersila. "Waalaikumsalam." jawab Ibra.

"Eh permisi bang." Danu merasa kikuk, ia kira tidak ada orang yang berada di rumah Sila, dan ternyata ada orang yang berada di ruang tamu.

"Itu sebelah dapur, ada kamar mandi." Sila menunjuk arah dimana letak kamar mandi terdekat.

"Oke." dengan cepat Danu berlari ngacir menuju ke arah kamar mandi yang Sila arahkan.

Sila menoleh ke arah abangnya yang menatapnya dengan dahi yang berkerut, bingung. Dan Sila hanya membalas dengan mangangkat bahunya.

"Assalamualaikum." Iha masuk ke dalam rumah diikuti Rega yang mengekor di belakangnya. Sebenarnya Rega ingin menunggu di dalam mobil saja, tapi Iha menyuruhnya ikut masuk ke dalam.

"Masuk Re, enggak enak masak kamu nunggu disini sendirian, yang lainnya pada masuk."

"Enggak Ha, Danu bentar lagi juga keluar."

"Yakin Danu cepetan keluar? Ayolah Re, bentar doang. Masak bertamu cuma di depan pagar doang."

Rega menghela napas panjang, kalau sudah berdebat dengan Iha semua juga akan mengangkat bendera putih tanda menyerah. Akhirnya Rega pun ikut masuk bersama dengan Iha.

"Waalaikumsalam." jawab Ibra dan Sila bersamaan. Ibra menatap seseorang yang berada di belakang Iha. Seseorang itu tersenyum menyapa Ibra yang tak lepas menatapnya. Sebenarnya orang itu juga risih dilihat seperti itu, tapi mungkin itu cara menilai seseorang yang berteman dengan adiknya.

"Sil, minta minum." Iha pun berlalu menuju dapur lalu mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin dalam kulkas.

Sila memperhatikan Rere yang bingung harus bertindak apapun mempersilahkannya duduk. "Duduk Re. Kenalin itu abang aku." Sila tak lupa memperkenalkan abangnya kepada Rere.

Ibra lebih dulu mengulurkan tangannya, "Ibra." tatapan Ibra bak laser dan suara yang cukup terkesan dingin membuat Rega beranggapan bahwa Ibra ini orangnya sangat tegas.

"Rega."

"Teman sekelas Sila?

"Bukan bang, saya temen sekelasnya Iha."

Iha datang sambil membawa segelas air dan meletakkannya di depan Rega. "Anggap saja rumah sendiri."

Iha menoleh ke arah Ibra. "Eits bang, jangan diintrogasi dulu. Kasian dia belum siap. Kalau sudah siap lahir batin baru gembleng aja bang." kata Iha yang baru saja mendaratkan bokongnya duduk di samping Sila. Sila memelotot ke arah Iha.

Ibra hanya lagi-lagi mengerutkan dahinya. Apa mungkin ini orang yang diinginkan oleh adiknya.

Rega yang mengulum bibirnya tak tau harus bertindak apalagi. Yang ia tahu bahwa Iha sangat begitu akrab dengan keluarga ini. Mereka begitu dekat. Dan dirinya berada di tengah itu dan dirinya bingung harus bersikap seperti apa.

"Santai aja Re, kak Ibra mah orangnya kayak gitu. Sok jutek. Dia itu sebenarnya baik kok."

"Ya Iha kenapa diomongin sih. Kan aku mau ngerjain orang biar kelihatan sangar gitu. Adik-adik aku aja pada enggak takut sama aku."

"Mukamu enggak cocok bang." sahut Sila yang terkikik melihat abangnya yang mencebik kesal.

"Kalau mau ngerjain jangan yang ini. Yang satunya aja. Yang ini melas banget bang kasian." kata Iha menyarankan kalau mau mengerjai, kerjai saja si Danu, sekali-kali kasih dia pelajaran.

"Eh-eh dia datang." seru Iha saat mendengar langkah kaki mulai mendekat. Ibra segera memasang wajah sok judesnya dan menatap ke Danu yang mulai mendekat.

"Siapa kamu?" tanya Ibra dengan nada dingingnya membuat Danu terkejut.

"Emm itu bang, saya temannya Sila."

"Apa seperti itu ada bertamu, masuk dan berteriak."

"Bukan bang. Maaf bang saya ada keadaan mendesak."

"Mendesak? Apa semua jika dalam keadaan mendesak diperbolehkan."

"Tidak bang."

"Terus."

"Iya bang maaf saya salah. Saya sudah tidak sopan."

Iha yang tak kuat menahan tawanya seketika meledakkan tawanya cukup keras. Membuat Danu yang menundukkan kepalanya seketika mendongak, menatap semua orang menampilkan ekpresi menahan tawa.

Danu membuka mulutnya tak percaya, ternyata ia dikerjai oleh mereka.

"Muka lo Nu, harusnya gue video tadi. Biar viral." Iha lagi-lagi terbahak.

"Santai aja bro! Enggak usah tegang gitu. Gue cuma bercanda tadi."

"Maafin abangku ya Nu, dia emang suka jailin orang."

Danu hanya tersenyum kecut, malang sekali nasibnya menjadi tertawaan orang-orang.

Rega menepuk-nepuk punggung Danu pelan setelah Danu duduk di sebelah Rega. Tanpa bertanya Danu meraih segelas air yang berada dia atas meja dan meminumnya sampai habis.

"Itu air hujan, kemarin bocor dan gue pake gelas itu buat wadah." celetuk ibra membuat Danu memelotot tak percaya.

"Tapi bercanda." lanjut Ibra membuat semua orang kembali tertawa terkecuali Danu yang menekuk wajahnya kesal.

Di dalam tawanya Ibra melihat adiknya sedari tadi hanya melihat satu objek, yaitu cowok yang memperkenalkan dirinya sebagai Rega. Ibra tersenyum tipis. Kalau memang berjodoh mereka akan disatukan dalam akad, bukan?

Assalamualaikum, maaf baru update :)
Jangan lupa vote dan komen :)

Memintamu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang